
Penjelasan BI Soal Ganasnya Rupiah di Hadapan Dolar AS
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
30 November 2018 10:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali perkasa. Rupiah berhasil mencapai ke titik terkuatnya sejak 17 Juli 2018.
Pada Kamis (29/11/2018), US$ 1 berada di Rp 14.380 kala penutupan pasar spot. Mata uang Garuda menguat 1% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Bagi Bank Indonesia (BI), penguatan rupiah yang sempat menembus level Rp 15.200/US$ hingga saat ini di kisaran Rp 14.300/US$ masih dalam batasan yang wajar.
"BI mencermati dampak dari dinamika global terhadap penguatan rupiah dan melihat ruang yang besar bagi penguatan lebih lanjut," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia.
"Hal ini karena rupiah sempat melemah cukup tajam selama 2018 sehingga penguatan saat ini masih cukup wajar," tegasnya.
Menurut Nanang, ekspektasi kenaikan suku bunga Fed dan tensi perang dagang yang terjadi sejak April hingga September 2018 memang terus menekan rupiah.
"Namun pada saat ini sudah memberikan iklim yang lebih kondusif bagi terciptanya stabilitas nilai tukar rupiah dengan tidak tertutup kemungkinan akan membuat rupiah semakin kuat," katanya.
Berdasarkan catatan bank sentral, arus modal yang masuk ke pasar sekunder selama November 2018 telah mencapai Rp 31,8 triliun. Secara year to date (ytd) mencapai Rp 63 triliun.
(roy/roy) Next Article Rupiah Sulit Menuju Level 13.500. Jadi BI Harus Apa?
Pada Kamis (29/11/2018), US$ 1 berada di Rp 14.380 kala penutupan pasar spot. Mata uang Garuda menguat 1% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"BI mencermati dampak dari dinamika global terhadap penguatan rupiah dan melihat ruang yang besar bagi penguatan lebih lanjut," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia.
"Hal ini karena rupiah sempat melemah cukup tajam selama 2018 sehingga penguatan saat ini masih cukup wajar," tegasnya.
Menurut Nanang, ekspektasi kenaikan suku bunga Fed dan tensi perang dagang yang terjadi sejak April hingga September 2018 memang terus menekan rupiah.
"Namun pada saat ini sudah memberikan iklim yang lebih kondusif bagi terciptanya stabilitas nilai tukar rupiah dengan tidak tertutup kemungkinan akan membuat rupiah semakin kuat," katanya.
Berdasarkan catatan bank sentral, arus modal yang masuk ke pasar sekunder selama November 2018 telah mencapai Rp 31,8 triliun. Secara year to date (ytd) mencapai Rp 63 triliun.
(roy/roy) Next Article Rupiah Sulit Menuju Level 13.500. Jadi BI Harus Apa?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular