
Aduh, Sekarang Kabar Perang Dagang Buat Wall Street Melemah
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
30 November 2018 06:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street ditutup melemah pada perdagangan hari Kamis (29/11/2018) setelah harapan akan terjadinya kesepakatan dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) kini meredup.
Dow Jones Industrial Average melemah 0,11% menjadi 25.338,84 dan mengakhiri penguatan yang telah terjadi tiga hari beruntun. S&P 500 tergelincir 0,2% ke posisi 2.737,83 untuk kali pertama dalam empat hari terakhir sementara Nasdaq Composite terkoreksi 0,25% ke level 7.273,08.
South China Morning Post melaporkan bahwa penasihat Gedung Putih Peter Navarro akan menghadiri makan malam antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Argentina saat pertemuan G20 berlangsung. CNBC kemudian mengonfirmasi kehadiran Navarro.
Kabar kehadirannya dalam makan malam tersebut meredam harapan bahwa sebuah kesepakatan dagang dapat dilahirkan mengingat nada kerasnya setiap membicarakan hubungan dagang AS-China.
Awal bulan ini Navarro mengatakan kesepakatan apapun antara AS dan China akan terjadi berdasarkan syarat dari Trump dan bukan Wall Street. Pernyataan ini kemudian dibantah oleh penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow.
"Ini bukan kabar baik. Ingat buku yang ditulis Navarro [berjudul] 'Death by China'? Anda tidak ingin ia ada di manapun di pertemuan itu," kata Andrew Brenner dari National Alliance, dilansir dari CNBC International.
AS dan China telah saling mengenakan bea impor terhadap berbagai barang dari kedua negara sejak awal tahun ini. Ketegangan perdagangan tersebut telah merembet ke pasar keuangan global karena investor mencoba menilai dampaknya terhadap kinerja keuangan perusahaan dan perekonomian dunia.
Meski ditutup melemah, indeks-indeks acuan Wall Street sempat menguat setelah rilis risalah rapat bank sentral AS Federal Reserve. Dokumen itu menunjukkan bahwa beberapa pejabat bank sentral berpendapat suku bunga telah dekat dengan level netralnya yang mengisyaratkan akan ada lebih sedikit kenaikan bunga acuan di masa depan.
Risalah ini dipublikasikan setelah Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan ia menganggap bunga acuan bank sentral dekat dengan level netral. Pernyataan ini berbeda dengan apa yang ia katakan Oktober lalu dan ini membuat bursa AS melonjak hari Rabu.
Di Oktober, Powell mengatakan AS masih jauh dari suku bunga yang dianggap netral yang mengindikasikan akan ada lebih banyak lagi kenaikan bunga dalam beberapa waktu mendatang. Pernyataan ini membuat bursa saham anjlok karena para pelaku cemas The Fed akan menaikkan bunga acuannya lebih cepat dari yang telah diperkirakan sebelumnya.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Dow Jones Industrial Average melemah 0,11% menjadi 25.338,84 dan mengakhiri penguatan yang telah terjadi tiga hari beruntun. S&P 500 tergelincir 0,2% ke posisi 2.737,83 untuk kali pertama dalam empat hari terakhir sementara Nasdaq Composite terkoreksi 0,25% ke level 7.273,08.
South China Morning Post melaporkan bahwa penasihat Gedung Putih Peter Navarro akan menghadiri makan malam antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Argentina saat pertemuan G20 berlangsung. CNBC kemudian mengonfirmasi kehadiran Navarro.
Awal bulan ini Navarro mengatakan kesepakatan apapun antara AS dan China akan terjadi berdasarkan syarat dari Trump dan bukan Wall Street. Pernyataan ini kemudian dibantah oleh penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow.
"Ini bukan kabar baik. Ingat buku yang ditulis Navarro [berjudul] 'Death by China'? Anda tidak ingin ia ada di manapun di pertemuan itu," kata Andrew Brenner dari National Alliance, dilansir dari CNBC International.
AS dan China telah saling mengenakan bea impor terhadap berbagai barang dari kedua negara sejak awal tahun ini. Ketegangan perdagangan tersebut telah merembet ke pasar keuangan global karena investor mencoba menilai dampaknya terhadap kinerja keuangan perusahaan dan perekonomian dunia.
Meski ditutup melemah, indeks-indeks acuan Wall Street sempat menguat setelah rilis risalah rapat bank sentral AS Federal Reserve. Dokumen itu menunjukkan bahwa beberapa pejabat bank sentral berpendapat suku bunga telah dekat dengan level netralnya yang mengisyaratkan akan ada lebih sedikit kenaikan bunga acuan di masa depan.
Risalah ini dipublikasikan setelah Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan ia menganggap bunga acuan bank sentral dekat dengan level netral. Pernyataan ini berbeda dengan apa yang ia katakan Oktober lalu dan ini membuat bursa AS melonjak hari Rabu.
Di Oktober, Powell mengatakan AS masih jauh dari suku bunga yang dianggap netral yang mengindikasikan akan ada lebih banyak lagi kenaikan bunga dalam beberapa waktu mendatang. Pernyataan ini membuat bursa saham anjlok karena para pelaku cemas The Fed akan menaikkan bunga acuannya lebih cepat dari yang telah diperkirakan sebelumnya.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Most Popular