
Masih Pagi, IHSG Sudah Jadi Raja di Asia!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 November 2018 09:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung tancap gas pada perdagangan hari ini. Dibuka menguat 0,66%, kini penguatan IHSG sudah jauh bertambah besar. Pada pukul 09:20 WIB, IHSG mencatatkan penguatan sebesar 1,3% ke level 6.068,97.
Pergerakan IHSG senada dengan indeks saham lainnya di kawasan Asia yang juga menghijau. Tapi tetap saja, penguatan IHSG merupakan yang terbaik. Indeks Nikkei naik 0,68%, indeks Shanghai naik 0,26%, indeks Hang Seng naik 0,26%, indeks Strait Times naik 0,99%, indeks Kospi naik 0,71%, indeks KLCI (Malaysia) naik 0,66%, dan indeks PSEi (Filipina) naik 0,98%.
Ada 2 sentimen utama yang memotori penguatan bursa saham Benua Kuning pada hari ini. Pertama, optimisme terkait kesepakatan dagang antara AS dengan China. Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menyatakan bahwa ada kemungkinan Washington dan Beijing akan mencapai kesepakatan yang signifikan kala Presiden AS Donald Trump bertemu Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G-20 pada akhir bulan ini.
"Ada kemungkinan yang cukup besar kami akan mencapai kesepakatan. Beliau (Trump) terbuka untuk itu," kata Kudlow, mengutip Reuters.
Sebelumnya, Trump sempat mengatakan bahwa dirinya sudah bersiap-siap untuk mengenakan bea masuk baru bagi US$ 267 miliar produk China lainnya jika pertemuan dengan Xi Jingping tak membuahkan kesepakatan, seperti dikutip dari Bloomberg yang melansir publikasi Wall Street Journal. Menurut Trump, besaran bea masuknya bisa 10% atau 25%.
Komentar Kudlow lantas menebar optimisme bahwa peluang tercapainya kesepakatan dagang masih ada.
Kedua, pernyataan dovish dari Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell. Powell menyebut bahwa suku bunga acuan sudah sangat dekat dengan posisi netral, yaitu tidak mendukung pertumbuhan ekonomi maupun mengeremnya. Komentar ini jauh berubah dibandingkan pada awal Oktober, di mana Powell mengatakan suku bunga acuan masih jauh dari netral.
"Suku bunga acuan masih rendah berdasarkan standar historis, dan berada sedikit di bawah rentang estimasi yang netral," ucap Powell, mengutip Reuters.
Pernyataan Powell diartikan sebagai sinyal bahwa The Fed mungkin akan mengurangi kadar kenaikan suku bunga acuan. Sebagai informasi, The Fed memproyeksikan akan ada sekali lagi kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini, yakni pada bulan Desember. Untuk tahun depan, normalisasi diproyeksikan sebanyak 3 kali.
Kala perang dagang dengan China masih berkecamuk, normalisasi yang tak kelewat agresif memang merupakan pilihan terbaik bagi perekonomian AS dan dunia.
Pergerakan IHSG senada dengan indeks saham lainnya di kawasan Asia yang juga menghijau. Tapi tetap saja, penguatan IHSG merupakan yang terbaik. Indeks Nikkei naik 0,68%, indeks Shanghai naik 0,26%, indeks Hang Seng naik 0,26%, indeks Strait Times naik 0,99%, indeks Kospi naik 0,71%, indeks KLCI (Malaysia) naik 0,66%, dan indeks PSEi (Filipina) naik 0,98%.
Ada 2 sentimen utama yang memotori penguatan bursa saham Benua Kuning pada hari ini. Pertama, optimisme terkait kesepakatan dagang antara AS dengan China. Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menyatakan bahwa ada kemungkinan Washington dan Beijing akan mencapai kesepakatan yang signifikan kala Presiden AS Donald Trump bertemu Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G-20 pada akhir bulan ini.
Sebelumnya, Trump sempat mengatakan bahwa dirinya sudah bersiap-siap untuk mengenakan bea masuk baru bagi US$ 267 miliar produk China lainnya jika pertemuan dengan Xi Jingping tak membuahkan kesepakatan, seperti dikutip dari Bloomberg yang melansir publikasi Wall Street Journal. Menurut Trump, besaran bea masuknya bisa 10% atau 25%.
Komentar Kudlow lantas menebar optimisme bahwa peluang tercapainya kesepakatan dagang masih ada.
Kedua, pernyataan dovish dari Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell. Powell menyebut bahwa suku bunga acuan sudah sangat dekat dengan posisi netral, yaitu tidak mendukung pertumbuhan ekonomi maupun mengeremnya. Komentar ini jauh berubah dibandingkan pada awal Oktober, di mana Powell mengatakan suku bunga acuan masih jauh dari netral.
"Suku bunga acuan masih rendah berdasarkan standar historis, dan berada sedikit di bawah rentang estimasi yang netral," ucap Powell, mengutip Reuters.
Pernyataan Powell diartikan sebagai sinyal bahwa The Fed mungkin akan mengurangi kadar kenaikan suku bunga acuan. Sebagai informasi, The Fed memproyeksikan akan ada sekali lagi kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini, yakni pada bulan Desember. Untuk tahun depan, normalisasi diproyeksikan sebanyak 3 kali.
Kala perang dagang dengan China masih berkecamuk, normalisasi yang tak kelewat agresif memang merupakan pilihan terbaik bagi perekonomian AS dan dunia.
Next Page
Laju Rupiah Tak Terbendung
Pages
Most Popular