
Mackenzie Prediksi Harga Minyak 2019 di US$ 65-70/Barel
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
28 November 2018 20:14

Jakarta, CNBC Indonesia- Lembaga riset Wood Mackenzie memprediksi harga minyak dunia akan relatif stabil di US$ 65-70 per barel pada 2019 mendatang.
"Sekarang ini harga lemah karena ada kelebihan pasokan dan permintaan yang tidak stabil. Tetapi akan kembali stabil dalam beberapa bulan ke depan karena ada kenaikan produksi minyak dari Iran dan Amerika Serikat," ujar Research Director Wood Mackenzie Andrew Harwood kepada media ketika dijumpai dalam gelaran Pertamina Energy Forum 2018, di Jakarta, Rabu (28/11/2018).
Dengan prediksi harga minyak tersebut, maka, Deputi Bidang Usaha Pertambang, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno menuturkan, agar Pertamina meningkatkan produksi sehingga dapat mengurangi impor dunia.
"Sejak 2004, Indonesia sudah jadi net importer dan sejak 2016-2017 impor bahan bakar minyak sudah melebihi produksi. Sampai 2016 konsumsi energi primer sudah 47%, sedangkan produksi sekitar 800 ribuan barel per hari," papar Fajar.
Sehingga, lanjutnya, Pertamina diberi amanah oleh Presiden sebagai agen pembangunan untul penuhi kebutuhan dasar, ikut memajukan ekonomi kerakyatan, keamanan dan keberlanjutan energi, konektivitas (baik darat laut dan udara), dan lakukan hilirisasi local content.
Tidak hanya itu, selain tingkatkan produksi, juga harus mendukung alternatif energi. Fajar menyebutkan, energi panas bumi di Indonesia potensinya sebesar 443 GW, dan baru termanfaatkan 8,8 GW atau sebesar 2%. Selain itu data sampai 2017, kapasitas terpasang Pertamina baru 587 MW. Padahal Indonesia memiliki 40% potensi energi di dunia.
Menanggapi hal ini, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, di tahun depan perusahaan akan memulai pekerjaan perancangan/desain (Engineering), pengadaan material/peralatan (Procurement) dan pelaksanaan konstruksi (Construction) atau EPC untuk kilang Balikpapan.
"Kilang RDMP pertama dalam waktu dekat adalah kilang Balikpapan, dengan kapasitas 350 ribu barel per hari. Dengan dukungan bersama, akan tanda tangan kontrak dalam waktu dekat, dan akan kami mulai pekerjaan EPC tahun depan, Insha Allah," ujar Nicke ketika membuka gelaran Pertamina Energy Forum 2018, di Jakarta, Rabu (28/11/2018).
Selain kilang Balikpapan, BUMN migas ini juga akan melakukan percepatan pengerjaan kilang Tuban, yang bukan hanya kilang saja, tetapi juga petrokimia.
"Hari ini sudah proses lahan, baik lahan LHK maupun warga, kami juga lakukan reklamasi. Prosesnya semoga cepat, jadi ini baru. Kami lakukan bersama dengan Roseneft," ujar Nicke kepada media saat dijumpai dalam gelaran Pertamina Energy Forum 2018, di Jakarta, Rabu (28/11/2018).
Lebih lanjut, Nicke menuturkan, untuk kilang lainnya, misalnya kilang Bontang, perusahaan akan melakukan tanda tangan frame work agreement di Desember mendatang. Sedangkan untuk kilang Cilacap, Nicke menyebutkan, pihak Saudi Aramco yang merupakan mitra Pertamina di blok tersebut, masih mekakukan finalisasi.
"Kami lakukan land clearing di Cilacap," kata Nicke.
Adapun, untuk kilang Balongan, Nicke menyebutkan, dalam gelaran tahunan IMF kemarin, pihaknya sudah menjalin kerja sama dengan CPC Corporation Taiwan untuk membangun kilangnya. Ia menuturkan, prosesnya bisa menjadi valuable product.
Kemudian untuk kilang Plaju dan Dumai, Nicke menjelaskan, prosesnya bukan membangun baru, melainkan mengonversi solar dan BBM, menjadi green fuel.
"Kami arahkan ke green avtur dengan menggunakan CPO, kami bisa B100, kami bikin long term agreement. Waktu yang diperlukan 24 bulan, dan ini dalam pertengahan bulan depan, kami agreement dengan ENI untuk bisa melakukan konversi tersebut," pungkas Nicke.
(gus) Next Article Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi
"Sekarang ini harga lemah karena ada kelebihan pasokan dan permintaan yang tidak stabil. Tetapi akan kembali stabil dalam beberapa bulan ke depan karena ada kenaikan produksi minyak dari Iran dan Amerika Serikat," ujar Research Director Wood Mackenzie Andrew Harwood kepada media ketika dijumpai dalam gelaran Pertamina Energy Forum 2018, di Jakarta, Rabu (28/11/2018).
"Sejak 2004, Indonesia sudah jadi net importer dan sejak 2016-2017 impor bahan bakar minyak sudah melebihi produksi. Sampai 2016 konsumsi energi primer sudah 47%, sedangkan produksi sekitar 800 ribuan barel per hari," papar Fajar.
Sehingga, lanjutnya, Pertamina diberi amanah oleh Presiden sebagai agen pembangunan untul penuhi kebutuhan dasar, ikut memajukan ekonomi kerakyatan, keamanan dan keberlanjutan energi, konektivitas (baik darat laut dan udara), dan lakukan hilirisasi local content.
Tidak hanya itu, selain tingkatkan produksi, juga harus mendukung alternatif energi. Fajar menyebutkan, energi panas bumi di Indonesia potensinya sebesar 443 GW, dan baru termanfaatkan 8,8 GW atau sebesar 2%. Selain itu data sampai 2017, kapasitas terpasang Pertamina baru 587 MW. Padahal Indonesia memiliki 40% potensi energi di dunia.
Menanggapi hal ini, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, di tahun depan perusahaan akan memulai pekerjaan perancangan/desain (Engineering), pengadaan material/peralatan (Procurement) dan pelaksanaan konstruksi (Construction) atau EPC untuk kilang Balikpapan.
"Kilang RDMP pertama dalam waktu dekat adalah kilang Balikpapan, dengan kapasitas 350 ribu barel per hari. Dengan dukungan bersama, akan tanda tangan kontrak dalam waktu dekat, dan akan kami mulai pekerjaan EPC tahun depan, Insha Allah," ujar Nicke ketika membuka gelaran Pertamina Energy Forum 2018, di Jakarta, Rabu (28/11/2018).
Selain kilang Balikpapan, BUMN migas ini juga akan melakukan percepatan pengerjaan kilang Tuban, yang bukan hanya kilang saja, tetapi juga petrokimia.
"Hari ini sudah proses lahan, baik lahan LHK maupun warga, kami juga lakukan reklamasi. Prosesnya semoga cepat, jadi ini baru. Kami lakukan bersama dengan Roseneft," ujar Nicke kepada media saat dijumpai dalam gelaran Pertamina Energy Forum 2018, di Jakarta, Rabu (28/11/2018).
Lebih lanjut, Nicke menuturkan, untuk kilang lainnya, misalnya kilang Bontang, perusahaan akan melakukan tanda tangan frame work agreement di Desember mendatang. Sedangkan untuk kilang Cilacap, Nicke menyebutkan, pihak Saudi Aramco yang merupakan mitra Pertamina di blok tersebut, masih mekakukan finalisasi.
"Kami lakukan land clearing di Cilacap," kata Nicke.
Adapun, untuk kilang Balongan, Nicke menyebutkan, dalam gelaran tahunan IMF kemarin, pihaknya sudah menjalin kerja sama dengan CPC Corporation Taiwan untuk membangun kilangnya. Ia menuturkan, prosesnya bisa menjadi valuable product.
Kemudian untuk kilang Plaju dan Dumai, Nicke menjelaskan, prosesnya bukan membangun baru, melainkan mengonversi solar dan BBM, menjadi green fuel.
"Kami arahkan ke green avtur dengan menggunakan CPO, kami bisa B100, kami bikin long term agreement. Waktu yang diperlukan 24 bulan, dan ini dalam pertengahan bulan depan, kami agreement dengan ENI untuk bisa melakukan konversi tersebut," pungkas Nicke.
(gus) Next Article Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi
Most Popular