Lumayan, Rupiah Kemarin Terlemah Sekarang Terlemah Kedua

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 November 2018 17:03
Lumayan, Rupiah Kemarin Terlemah Sekarang Terlemah Kedua
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di perdagangan pasar spot. Rupiah senasib dengan mayoritas mata uang Asia yang juga terdepresiasi di hadapan greenback. 

Pada Rabu (28/11/2018), US$ 1 dibanderol Rp 14.525 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,1% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Mengawali hari, rupiah dibuka melemah tipis 0,01%. Setelah itu, pelemahan rupiah semakin dalam dan sempat menyentuh 0,21%. 


Namun selepas tengah hari, depresiasi rupiah menipis. Bahkan rupiah sempat menyamakan kedudukan di hadapan dolar AS. 


Angin segar itu ternyata berlalu sangat cepat dan rupiah kembali melemah. Akhirnya rupiah finis dengan pelemahan 0,1%. 

Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 



Rupiah tidak berjalan seorang diri. Mayoritas mata uang utama Asia yaitu yuan China, dolar Hong Kong, yen Jepang, ringgit Malaysia, peso Filipina, dan dolar Singapura pun melemah di hadapan dolar AS. 

Ringgit menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam terhadap dolar AS. Di posisi kedua terbawah ada sang tetangga yaitu rupiah, disusul peso di posisi berikutnya. Hari ini sepertinya agak mendung bagi mata uang Asia Tenggara. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16:28 WIB:  

 


(HIDAYAT SETIAJI)

Setelah sempat melepas pedal gas untuk sesaat, dolar AS kembali melesat. Pada pukul 16:32 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,05%. 

Dolar AS ditarik-tarik oleh dua sentimen besar, yaitu potensi kenaikan suku bunga acuan dan damai dagang AS-China. Investor kini tengah menanti pidato Gubernur The Federal Reserve/The Fed Jerome 'Jay' Powell di acara The Federal Reserve's Framework for Monitoring Financial Stability di New York. 

Pelaku pasar ingin mencari petunjuk langsung dari sang The Fed-1 mengenai arah kebijakan moneter ke depan. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan tiga kali pada 2019. Namun untuk kenaikan ketiga, suara pelaku pasar masih terbelah sehingga masih ada kemungkinan Federal Funds Rate hanya naik dua kali. 

Selain mencari petunjuk dari pidato Powell, pelaku pasar juga mencermati momen kedua yaitu notulensi hasil rapat (minutes of meeting) The Fed edisi November 2018. Komite pengambil kebijakan The Fed, Federal Open Market Committee (FOMC), memang memutuskan suku bunga acuan ditahan 2-2,25%. Akan tetapi, ya itu tadi, investor ingin mencari kejelasan soal arah kebijakan moneter pada 2019. 

Sembari menantikan dua momen tersebut, investor condong merapat ke dolar AS. Kenaikan suku bunga acuan akan ikut mendongkrak imbalan berinvestasi di Negeri Adidaya, sehingga menjadi kian menarik. Permintaan greenback pun bertambah dan nilainya menguat. 

Sebaliknya, damai dagang AS-China menjadi sentimen yang memberatkan langkah dolar AS. Ada potensi Washington-Beijing bisa mencapai damai dagang setelah pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Argentina dalam waktu dekat. 

"Ada kemungkinan yang cukup besar kami akan mencapai kesepakatan. Beliau (Trump) terbuka untuk itu," kata Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengutip Reuters. 

Pernyataan Kudlow melegakan pelaku pasar. Masih ada harapan Trump melunak dan bisa sepaham dengan China untuk mengakhiri perang dagang. 

Sentimen ini sempat berhasil menekan dolar AS. Investor yang awalnya memilih bermain aman menjadi berani mengambil risiko.  

Arus modal keluar dari AS dan menuju ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Inilah yang menjadi faktor penyebab rupiah sempat menyamakan kedudukan dengan dolar AS. 

Namun sepertinya tarikan sentimen kenaikan suku bunga yang menjadi pemenang. Investor melihat potensi kenaikan suku bunga lebih besar ketimbang prospek damai dagang.  

Hasilnya jelas, dolar AS lebih dipilih ketimbang mata uang Asia seperti rupiah. Mata uang Tanah Air harus menerima kenyataan melemah 2 hari berturut-turut. 

Namun, ada hal positif di balik pelemahan rupiah hari ini. Setidaknya posisi rupiah membaik dari terlemah di Asia kemarin menjadi terlemah kedua pada hari ini. 



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular