BI: Rupiah Masih Punya Ruang untuk Lebih Perkasa

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
27 November 2018 08:21
Nilai tukar rupiah membuka awal pekan dengan penguatan tajam.
Foto: Seorang karyawan menghitung uang kertas dolar AS di kantor penukaran mata uang di Jakarta, Indonesia 23 Oktober 2018. Gambar diambil 23 Oktober 2018. REUTERS / Beawiharta
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah membuka awal pekan dengan sempurna. Status mata uang dengan penguatan tertajam di Asia pun ada di genggaman mata uang Garuda.

Pada Senin (26/11/2018), US$1 dibanderol Rp 14.470/US$ kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,45% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.


Sempat menembus level di atas Rp 15.00/US$, kini rupiah kembali ke level Rp 14.400/US$. Lantas, apakah level rupiah saat ini sudah sesuai dengan fundamentalnya?

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah memandang nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih memiliki ruang untuk melanjutkan penguatan.

"Rupiah harusnya masih punya ruang untuk bisa lebih menguat dari level sekarang," kata Nanang saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Senin (26/11/2018).

BI: Rupiah Masih Punya Ruang untuk Lebih PerkasaFoto: ilustrasi dolar Amerika (REUTERS/Marcos Brindicci)
Optimisme tersebut tak lepas dari kondisi global yang semakin mengarah kondusif, seiring dengan tensi perang dagang AS-China yang lebih tenang jelang pertemuan kedua pimpinan di pertemuan G-20.

Selain itu, negosiasi Brexit yang mulai terlihat, kemungkinan Italia mengubah target defisit lebih rendah, serta turunnya harga minyak membuat suasana ekonomi global semakin nyaman.

Belum lagi, ditambah dengan sejumlah lembaga keuangan global yang mulai memberikan bobot Indonesia pada posisi overweight dalam komposisi investasi.


"Yang biasanya akan direplikasi dalam komposisi kebanyakan investor, sehingga akan mendorong lebih banyak arus modal ke Indonesia," tegasnya.

Berdasarkan catatan bank sentral, total arus modal asing yang masuk ke pasar sekunder SBN sejak September sampai November 2018 mencapai Rp 49,32 triliun.


(prm) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular