
Investor Asing Tancap Gas, IHSG Ditutup Menguat 0,28%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 November 2018 17:15

Per akhir sesi 1, IHSG kurang bisa memanfaatkan sentimen-sentimen positif yang ada lantaran terkendala aksi jual investor asing, dengan nilai bersih sebesar Rp 7,4 miliar.
Namun per akhir sesi 2, investor asing ternyata sudah tancap gas dengan membukukan beli bersih senilai Rp 199,2 miliar.
6 besar saham yang diburu investor asing adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 119,9 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 109,2 miliar), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (Rp 92,5 miliar), PT Saratoga Investama Sedaya Tbk/SRTG (Rp 41,2 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 36,8 miliar), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 33,4 miliar).
Dengan melihat data tersebut, bisa disimpulkan bahwa aksi beli investor asing terkonsentrasi pada saham-saham bank BUKU IV. Investor asing menunjukkan apresiasinya atas penguatan rupiah dengan mengoleksi saham-saham bank BUKU IV.
Hingga sore hari, rupiah menguat 0,45% di pasar spot ke level Rp 14.470/dolar AS, menjadikannya mata uang dengan performa terbaik di kawasan Asia. Posisi Ini sekaligus menandai kali pertama rupiah ditutup di bawah level Rp 15.500/dolar AS sejak 10 Agustus silam.
Harga saham BBRI ditutup menguat 1,72%, BBCA menguat 0,5%, dan BMRI menguat 1,03%. Indeks sektor jasa keuangan menguat sebesar 0,69%, menjadikannya sektor dengan kontribusi positif terbesar bagi IHSG.
Dolar AS memang sedang berada dalam posisi yang lesu, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang melemah sebesar 0,2%. Dolar AS kehilangan pijakannya seiring dengan memudarnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan pada bulan desember oleh The Federal Reserve. Hal ini terjadi pasca rilis data ekonomi yang mengecewakan.
Menjelang akhir pekan, pembacaan awal untuk data Manufacturing PMI periode November 2018 versi Markit diumumkan sebesar 55,4, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 55,8, seperti dikutip dari Forex Factory.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 26 November 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps pada bulan Desember adalah sebesar 72,3%, lebih rendah dari posisi 23 November yang sebesar 75,8%.
[Gambas:Video CNBC]
(ank/roy)
Namun per akhir sesi 2, investor asing ternyata sudah tancap gas dengan membukukan beli bersih senilai Rp 199,2 miliar.
6 besar saham yang diburu investor asing adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 119,9 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 109,2 miliar), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (Rp 92,5 miliar), PT Saratoga Investama Sedaya Tbk/SRTG (Rp 41,2 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 36,8 miliar), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 33,4 miliar).
Hingga sore hari, rupiah menguat 0,45% di pasar spot ke level Rp 14.470/dolar AS, menjadikannya mata uang dengan performa terbaik di kawasan Asia. Posisi Ini sekaligus menandai kali pertama rupiah ditutup di bawah level Rp 15.500/dolar AS sejak 10 Agustus silam.
Harga saham BBRI ditutup menguat 1,72%, BBCA menguat 0,5%, dan BMRI menguat 1,03%. Indeks sektor jasa keuangan menguat sebesar 0,69%, menjadikannya sektor dengan kontribusi positif terbesar bagi IHSG.
Dolar AS memang sedang berada dalam posisi yang lesu, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang melemah sebesar 0,2%. Dolar AS kehilangan pijakannya seiring dengan memudarnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan pada bulan desember oleh The Federal Reserve. Hal ini terjadi pasca rilis data ekonomi yang mengecewakan.
Menjelang akhir pekan, pembacaan awal untuk data Manufacturing PMI periode November 2018 versi Markit diumumkan sebesar 55,4, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 55,8, seperti dikutip dari Forex Factory.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 26 November 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps pada bulan Desember adalah sebesar 72,3%, lebih rendah dari posisi 23 November yang sebesar 75,8%.
[Gambas:Video CNBC]
(ank/roy)
Next Page
Sektor Pertambangan Paling Bebani IHSG
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular