Awali Pekan, Rupiah Langsung Gas Pol dan Jadi Juara Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 November 2018 16:55
Damai Dagang dan Fiskal Italia Dukung Rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Sementara dari eksternal, dolar AS tertekan karena risk appetite pasar sedang meningkat. Investor menantikan KTT G20 di Argentina 3 hari lagi. Sebenarnya bukan KTT itu yang ditunggu-tunggu, melainkan pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. 

Pelaku pasar berekspektasi akan ada hasil yang positif dari pertemuan ini. Walau mungkin belum sampai ke tahap pencabutan seluruh bea masuk yang diterapkan sejak awal tahun, tetapi setidaknya ada harapan Washington dan Beijing berdamai dan menyudahi saling balas pengenaan tarif impor. 

Ada pula kabar baik dari Eropa yang kian menambah risk appetite pasar. Dari Inggris, para pemimpin Uni Eropa akhirnya menyepakati draft perjanjian Brexit yang diajukan pemerintahan Perdana Menteri Inggris Theresa May. 

PM May mengatakan dalam kesepakatan tersebut, Inggris tetap memiliki kewenangan untuk mengatur batas-batas wilayah dan anggarannya sendiri. Namun London tetap membuat kebijakan yang serasi dengan Brussel sehingga menciptakan kepastian bagi para pelaku usaha. 


Kemudian dari Italia, pemerintah Negeri Pizza semakin membuka diri untuk berdialog soal rancangan anggaran 2019. Pemerintahan Perdana Menteri Giuseppe Conte kini tidak lagi ngotot menggolkan defisit anggaran 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tahun depan. 

"Saya rasa tidak ada yang kaku. Jika tujuannya adalah membuat ekonomi negara ini tumbuh, maka (defisit) bisa saja 2,2% atau 2,6%. Masalahnya bukan desimal, tetapi yang penting serius dan konkret," tutur Matteo Salvini, Wakil Perdana Menteri Italia, dikutip dari Reuters. 

Dua kabar gembira dari Eropa itu membuat investor berbunga-bunga. Setidaknya dua risiko besar yaitu Brexit dan fiskal Italia bisa dikesampingkan, sehingga bukan lagi saatnya bermain aman. 

Arus modal pun mengalir deras ke negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia. di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 199,2 miliar yang membantu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,28%. 

Sedangkan di pasar obligasi, masuknya arus modal ditandai dengan penurunan imbal hasil (yield). Saat yield turun, itu artinya harga obligasi tengah naik akibat tingginya permintaan pasar. 

Pada pukul 16:40 WIB, yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun turun 1 bps. Kemudian untuk tenor 15 tahun turun 1,8 bps, 20 tahun turun 1,2 bps, tenor 25 tahun turun 1 bps, dan tenor 30 tahun turun 3 bps. 

Derasnya arus modal di pasar keuangan Indonesia mendorong penguatan rupiah hari ini. Bukan sembarang menguat, tetapi menjadi yang terbaik di Asia. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular