Terkuat Sejak Agustus, Rupiah Juga Terkuat di Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 November 2018 14:37
Terkuat Sejak Agustus, Rupiah Juga Terkuat di Asia!
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) belum masih terus menguat. Rupiah tidak mengendurkan pedal gas, dan kini menjadi mata uang terbaik di Asia. 

Pada Senin (26/11/2018) pukul 14:08 WIB, US$ 1 ditransaksikan Rp 14.480 di pasar spot. Rupiah menguat 0,38% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu dan mencapai posisi terkuat sejak pertengahan Agustus. 



Penguatan rupiah semakin menjadi. Dari awalnya melemah, rupiah berhasil menanjak dan menjadi mata uang terbaik ketiga Asia. 


Belum puas, rupiah menguat lagi dan naik peringkat ke runner-up Benua Kuning. Masih belum puas, rupiah kembali menguat dan berhasil menduduki posisi puncak menggeser won Korea Selatan. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 14:11 WIB: 



Derasnya aliran modal di pasar keuangan menopang rupiah ke tangga teratas Asia. Di pasar saham, investor asing memang masih membukukan jual bersih di kisaran Rp 3 miliar. Namun jumlah ini menyusut dibandingkan kala penutupan perdagangan Sesi I yaitu Rp 7,44 miliar.  

Arus modal asing di bursa saham yang mulai masuk ini membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menguat tipis 0,02% pada pukul 14:15 WIB. Padahal pada perdagangan Sesi I, IHSG banyak berkutat di zona merah. 


Bagaimana dengan di pasar obligasi negara? Jangan ditanya karena sepertinya aliran modal masuk semakin deras.  

Ini terlihat dari pergerakan imbal hasil (yield) yang semakin turun, pertanda harga obligasi sedang naik akibat tingginya minat investor. Untuk tenor 10 tahun, yield turun 0,4 basis poin (bps). Kemudian tenor 15 tahun turun 1,3 bps, tenor 20 tahun turun 0,6 bps, tenor 25 tahun turun 3,2 bps, dan tenor 30 tahun turun 2,3 bps. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Rupiah juga terbantu oleh dolar AS yang memang melemah secara global. Pada pukul 14:19 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,11%. 

Koreksi dolar AS disebabkan oleh tingginya risk appetite investor sehingga aset-aset aman (safe haven) ditinggalkan. Investor menaruh harapan tinggi terhadap pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Argentina 3 hari lagi. 

Ada ekspektasi Washington dan Beijing akan mencapai kesepakatan yang signifikan untuk mengakhiri perang dagang yang intensif sejak awal tahun ini. Harapan itu muncul dari pernyataan Trump bahwa dirinya membuka diri untuk bernegosiasi. 

"Saya bisa bilang begini. China sangat ingin membuat kesepakatan. Jika itu bisa tercapai, kami siap," tegasnya, dikutip dari Reuters. 

Perang dagang AS vs China adalah sebuah sentimen besar yang sangat mempengaruhi pasar. Tidak heran karena keduanya adalah perekonomian terbesar di planet bumi. Jika keduanya saling hambat dalam perdagangan, maka rantai pasok global (global supply chain) akan terpengaruh. 

Oleh karena itu, setiap kabar potensi damai dagang AS-China menjadi aura positif di pasar. Investor pun berani mengambil risiko, tidak lagi bermain aman, dan arus modal berdatangan ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular