
Bursa Saham Asia Kompak Menguat, IHSG Kok Loyo?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 November 2018 12:45

Sayang, aksi jual investor asing membuat IHSG tak bisa memanfaatkan momentum. Hingga akhir sesi 1, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 7,4 miliar.
5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 24,3 miliar), PT Waskita Karya Tbk/WSKT (Rp 23,8 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 19 miliar), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 16,8 miliar), dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (Rp 13 miliar).
Perlu diketahui, untuk minggu yang berakhir pada 16 November 2018, investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 3,38 triliun di pasar saham tanah air. Kemudian sepanjang minggu lalu, aksi beli investor asing belum usai. Investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 94,1 miliar.
Walaupun masih membukukan beli bersih, tetapi nilainya jauh menciut dibandingkan dengan capaian pada minggu yang berakhir pada 16 November 2018. Hal ini menunjukkan bahwa investor asing sudah mulai mengerem aksi belinya di pasar saham tanah air.
Pada perdagangan hari ini, investor asing mulai merealisasikan keuntungan yang sudah didapatkan. Secara sentimen, memang ada hal-hal yang bisa menjustifikasi aksi jual investor asing.
Sentimen negatif yang pertama datang dari perkembangan terkait Brexit itu sendiri. Walaupun draf Brexit sudah disetujui oleh Uni Eropa dan Inggris, kisruh seputar Brexit masih jauh dari kata usai. Masih ada tahapan yang harus dilalui May yang tidak kalah berat, yakni meloloskan draf Brexit di tingkatan parlemen. Kemungkinan besar, pemungutan suara terkait dengan hal ini akan digelar pada 11 Desember mendatang, seperti dikutip dari CNBC International.
Jika sampai gagal digolkan di Parlemen, May bisa saja dilengserkan dari posisinya atau yang lebih parahnya lagi, Inggris bisa meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan.
Berbicara mengenai pemungutan suara di parlemen, kondisinya memang tak terlalu bagus. Mantan Menteri Brexit Dominic Raab belum lama ini memproyeksikan bahwa draf Brexit akan ditolak oleh parlemen.
Raab, yang mengundurkan diri pada 15 November lalu karena ketidaksetujuannya terhadap draf Brexit, mengatakan bahwa pada titik tersebut (penolakan draf Brexit oleh Parlemen), opsi-opsi alternatif termasuk “No Deal exit” akan dipertimbangkan.
Lebih lanjut, ada tentangan dari Democratic Union Party (DUP) yang merupakan partai pendukung pemerintah. DUP menyatakan bakal menggagalkan draf Brexit yang sudah disetujui oleh London dan Brussel. Pasalnya, kesepakatan itu berpotensi membuat Inggris tunduk kepada aturan-aturan Uni Eropa dan bisa membuat Irlandia Utara menjauh dari Inggris.
Ketua DUP Arlene Foster menegaskan akan mengkaji ulang dukungannya kepada pemerintah apabila draf Brexit mendapat pengesahan dari parlemen. Hal ini tentu akan menjadi ganjalan kala May juga harus menghadapi kubu oposisi yang dipimpin Jeremy Corbyn.
Sentimen negatif kedua yang menjustifikasi aksi jual investor asing adalah pesimisme terkait dengan pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 pada akhir bulan ini.
Pasalnya, tensi antara kedua negara terkait dengan perang dagang tak juga mereda, bahkan bertambah panas. Pada hari Selasa (20/11/2018), United States Trade Representative (USTR) mengatakan bahwa China telah gagal untuk mengubah praktik-praktik tidak adil di bidang kekayaan intelektual dan transfer teknologi yang menjadi salah satu alasan AS membebankan bea masuk baru bagi importasi produk-produk asal China.
“Tinjauan baru ini menunjukkan bahwa China belum secara fundamental merubah praktik-praktik yang tidak adil, tidak beralasan, dan menganggu keseimbangan pasar yang merupakan inti dari laporan pada Maret 2018 mengenai investigasi “Section 301”.” Tulis USTR dalam pernyataannya.
China pun kemudian dibuat berang oleh pernyataan tersebut. Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, menegaskan bahwa tuduhan AS sama sekali tidak berdasar.
"AS membuat tuduhan baru yang tak berdasar kepada China. Kami sangat tidak bisa menerimanya. Kami harap AS mencabut kata-kata dan perilaku yang menghancurkan hubungan bilateral kedua negara," sebut Gao dalam jumpa pers di Beijing, dilansir Reuters.
Bila AS melakukan tindakan atas tuduhannya, Gao mengatakan China akan tetap menjaga kepentingannya. Menurutnya, tindakan AS selanjutnya bisa saja semakin merusak tata cara perdagangan dunia. (ank/hps)
5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 24,3 miliar), PT Waskita Karya Tbk/WSKT (Rp 23,8 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 19 miliar), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 16,8 miliar), dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (Rp 13 miliar).
Perlu diketahui, untuk minggu yang berakhir pada 16 November 2018, investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 3,38 triliun di pasar saham tanah air. Kemudian sepanjang minggu lalu, aksi beli investor asing belum usai. Investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 94,1 miliar.
Pada perdagangan hari ini, investor asing mulai merealisasikan keuntungan yang sudah didapatkan. Secara sentimen, memang ada hal-hal yang bisa menjustifikasi aksi jual investor asing.
Sentimen negatif yang pertama datang dari perkembangan terkait Brexit itu sendiri. Walaupun draf Brexit sudah disetujui oleh Uni Eropa dan Inggris, kisruh seputar Brexit masih jauh dari kata usai. Masih ada tahapan yang harus dilalui May yang tidak kalah berat, yakni meloloskan draf Brexit di tingkatan parlemen. Kemungkinan besar, pemungutan suara terkait dengan hal ini akan digelar pada 11 Desember mendatang, seperti dikutip dari CNBC International.
Jika sampai gagal digolkan di Parlemen, May bisa saja dilengserkan dari posisinya atau yang lebih parahnya lagi, Inggris bisa meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan.
Berbicara mengenai pemungutan suara di parlemen, kondisinya memang tak terlalu bagus. Mantan Menteri Brexit Dominic Raab belum lama ini memproyeksikan bahwa draf Brexit akan ditolak oleh parlemen.
Raab, yang mengundurkan diri pada 15 November lalu karena ketidaksetujuannya terhadap draf Brexit, mengatakan bahwa pada titik tersebut (penolakan draf Brexit oleh Parlemen), opsi-opsi alternatif termasuk “No Deal exit” akan dipertimbangkan.
Lebih lanjut, ada tentangan dari Democratic Union Party (DUP) yang merupakan partai pendukung pemerintah. DUP menyatakan bakal menggagalkan draf Brexit yang sudah disetujui oleh London dan Brussel. Pasalnya, kesepakatan itu berpotensi membuat Inggris tunduk kepada aturan-aturan Uni Eropa dan bisa membuat Irlandia Utara menjauh dari Inggris.
Ketua DUP Arlene Foster menegaskan akan mengkaji ulang dukungannya kepada pemerintah apabila draf Brexit mendapat pengesahan dari parlemen. Hal ini tentu akan menjadi ganjalan kala May juga harus menghadapi kubu oposisi yang dipimpin Jeremy Corbyn.
Sentimen negatif kedua yang menjustifikasi aksi jual investor asing adalah pesimisme terkait dengan pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 pada akhir bulan ini.
Pasalnya, tensi antara kedua negara terkait dengan perang dagang tak juga mereda, bahkan bertambah panas. Pada hari Selasa (20/11/2018), United States Trade Representative (USTR) mengatakan bahwa China telah gagal untuk mengubah praktik-praktik tidak adil di bidang kekayaan intelektual dan transfer teknologi yang menjadi salah satu alasan AS membebankan bea masuk baru bagi importasi produk-produk asal China.
“Tinjauan baru ini menunjukkan bahwa China belum secara fundamental merubah praktik-praktik yang tidak adil, tidak beralasan, dan menganggu keseimbangan pasar yang merupakan inti dari laporan pada Maret 2018 mengenai investigasi “Section 301”.” Tulis USTR dalam pernyataannya.
China pun kemudian dibuat berang oleh pernyataan tersebut. Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, menegaskan bahwa tuduhan AS sama sekali tidak berdasar.
"AS membuat tuduhan baru yang tak berdasar kepada China. Kami sangat tidak bisa menerimanya. Kami harap AS mencabut kata-kata dan perilaku yang menghancurkan hubungan bilateral kedua negara," sebut Gao dalam jumpa pers di Beijing, dilansir Reuters.
Bila AS melakukan tindakan atas tuduhannya, Gao mengatakan China akan tetap menjaga kepentingannya. Menurutnya, tindakan AS selanjutnya bisa saja semakin merusak tata cara perdagangan dunia. (ank/hps)
Next Page
Sektor Jasa Keuangan Pimpin Laju IHSG
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular