
Ekonom Ini Sebut Rp 14.500/US$ Ekuilibrium Baru Rupiah
Monica Wareza, CNBC Indonesia
24 November 2018 20:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom menilai pergerakan rupiah saat ini sudah stabil dan memasuki titik keseimbangan baru (ekluilibrium). Kondisi ini didukung oleh beberapa faktor seperti aliran modal masuk (capital inflow) di pasar modal dan harga minyak yang mengalami pelemahan selama beberapa waktu belakang ini.
Kepala Ekonom Bank BCA David Sumual mengatakan titik keseimbangan baru yang saat ini dicapai rupiah berada di level Rp 14.500 dan masih akan tetap bergerak di kisaran ini hingga beberapa waktu ke depan.
"Rupiah berada di titik keseimbangan baru di Rp 14.500/US$ dan masih akan berada di kisaran ini karena ekuilibrium baru. Biasanya bertahan beberapa lama, biasanya hitungan bulan seperti waktu di atas Rp 15.000/US$ kan juga hitungan bulan," kata David kepada CNBC Indonesia, Sabtu (24/11).
Menurut dia, faktor yang membawa penguatan rupiah ini antara lain kembali masuknya asing ke pasar modal Indonesia melalui instrumen obligasi dan saham karena mulai stabilnya sentimen dari global.
Rencana pertemuan Donald Trump dan Xi Jinping pada pertemuan G20 akhir bulan ini di Argentina memunculkan harapan baru untuk meredanya perang dagang antara kedua negara. Sentimen positif global ainnya datang Inggris dan Uni Eropa yang sudah menyepakati kerja sama perdagangan setelah Brexit rampung.
Kabar baik lainnya adalah harga minyak dunia yang selama beberapa waktu terakhir mengalami pelemahan. Dampaknya dinilai tak akan memberatkan neraca perdagangan Indonesia.
"Dari dalam negeri beritanya bagus. Data terakhir cukup baik dan reformasi struktural dari paket kebijakan, PPh badan dan kebijakan properti dan tentang DNI itu cukup positif untuk rupiah," jelas dia.
[Gambas:Video CNBC]
(roy) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Kepala Ekonom Bank BCA David Sumual mengatakan titik keseimbangan baru yang saat ini dicapai rupiah berada di level Rp 14.500 dan masih akan tetap bergerak di kisaran ini hingga beberapa waktu ke depan.
Menurut dia, faktor yang membawa penguatan rupiah ini antara lain kembali masuknya asing ke pasar modal Indonesia melalui instrumen obligasi dan saham karena mulai stabilnya sentimen dari global.
Rencana pertemuan Donald Trump dan Xi Jinping pada pertemuan G20 akhir bulan ini di Argentina memunculkan harapan baru untuk meredanya perang dagang antara kedua negara. Sentimen positif global ainnya datang Inggris dan Uni Eropa yang sudah menyepakati kerja sama perdagangan setelah Brexit rampung.
Kabar baik lainnya adalah harga minyak dunia yang selama beberapa waktu terakhir mengalami pelemahan. Dampaknya dinilai tak akan memberatkan neraca perdagangan Indonesia.
"Dari dalam negeri beritanya bagus. Data terakhir cukup baik dan reformasi struktural dari paket kebijakan, PPh badan dan kebijakan properti dan tentang DNI itu cukup positif untuk rupiah," jelas dia.
[Gambas:Video CNBC]
(roy) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Most Popular