
Rupiah Terbaik Kedua di Asia Pekan Ini, Apa Resepnya?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 November 2018 09:20

Faktor kedua adalah harga minyak yang terus turun. Secara point-to-point, harga minyak jenis brent amblas 11,91% sementara light sweet jatuh 10,69%. Harga si emas hitam menyentuh titik terendah sejak Oktober 2017.
Kekhawatiran kelebihan pasokan jadi pemberat harga minyak. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan terjadi kelebihan pasokan sekitar 1,4 juta barel/hari pada 2019.
Kelebihan pasokan itu justru terjadi saat perekonomian melambat. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi global pada 2019 tumbuh 3,7%, melambat dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 3,9%.
Kombinasi kelebihan suplai plus perlambatan ekonomi adalah kartu mati buat harga minyak. Harga pasti akan turun, dan mungkin bertahan cukup lama.
Bagi rupiah, koreksi harga minyak justru menjadi berkah. Status Indonesia sebagai negara net importir migas membuat beban neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) semakin berat kala harga minyak naik.
Ketika harga minyak turun, biaya impor juga akan menurun. Artinya beban neraca perdagangan dan transaksi berjalan akan berkurang, sehingga jumlah devisa yang 'terbang' akibat impor minyak ikut menurun. Ini akan menjadi modal bagi rupiah untuk lebih stabil, bahkan bukan tidak mungkin terus menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Kekhawatiran kelebihan pasokan jadi pemberat harga minyak. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan terjadi kelebihan pasokan sekitar 1,4 juta barel/hari pada 2019.
Kombinasi kelebihan suplai plus perlambatan ekonomi adalah kartu mati buat harga minyak. Harga pasti akan turun, dan mungkin bertahan cukup lama.
Bagi rupiah, koreksi harga minyak justru menjadi berkah. Status Indonesia sebagai negara net importir migas membuat beban neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) semakin berat kala harga minyak naik.
Ketika harga minyak turun, biaya impor juga akan menurun. Artinya beban neraca perdagangan dan transaksi berjalan akan berkurang, sehingga jumlah devisa yang 'terbang' akibat impor minyak ikut menurun. Ini akan menjadi modal bagi rupiah untuk lebih stabil, bahkan bukan tidak mungkin terus menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular