Turun Tipis, Harga Batu Bara Dekati Rekor Terendah 6 Bulan

Houtmand P Saragih & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
23 November 2018 11:23
Harga batu bara Newcastle turun tipis 0,05% ke US$ 102,4/ Metrik Ton (MT) pada penutupan perdagangan hari Kamis (22/11/2018).
Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga batu bara Newcastle turun tipis 0,05% ke US$ 102,4/ Metrik Ton (MT) pada penutupan perdagangan hari Kamis (22/11/2018). Harga batu bara masih bergerak belum jauh dari level terendahnya dalam 6 bulan terakhir.

Sejumlah sentimen negatif memang masih "menghantui" harga komoditas ini. Dari mulai tingkat konsumsi China yang lemah hingga pemangkasan impor China. Meski demikian, masih naiknya impor batu bara China dan India secara mingguan masih menahan kejatuhan harga kemarin.



Meski sudah memasuki musim dingin, tingkat konsumsi batu bara masih cukup lemah di China. Mengutip China Coal Transport & Distribution, konsumsi batu bara di China bagian tengah dan selatan masih cukup lambat.

Hal ini dipertegas dengan stok batu bara yang memang masih berada di level yang tinggi. Menurut data China Coal Resource, stok batu bara pada 6 pembangkit listrik utama China meningkat dalam 5 pekan secara berturut-turut, ke level tertingginya sejak Januari 2015. Teranyar, stoknya meningkat 0,59% secara mingguan (week-to-week/WtW) ke level 17,06 juta ton.

Lemahnya konsumsi di Negeri Tirai Bambu juga nampaknya tidak lepas dari musim dingin yang memang lebih hangat dari biasanya. Sebelumnya, China's National Climate Center memroyeksikan bahwa musim dingin yang saat ini melanda dataran China akan lebih hangat dari biasanya. Alasannya, ada potensi datangnya El Nino.

Saat musim dingin ternyata tidak seekstrim yang diperkirakan, kebutuhan listrik untuk pemanas ruangan pun akan lemah. Alhasil, konsumsi batu bara di pembangkt listrik pun tidak akan sekencang yang diperkirakan sebelumnya.

Kemudian, pemerintah China memutuskan untuk membatasi impor batu bara di sepanjang tahun 2018. Mengutip laporan dari Shanghai Securities News, seperti dilansir dari Reuters, impor batu bara di tahun ini ditetapkan tidak boleh melebihi volume impor pada tahun 2017.

Mengutip Bloomberg News, komisi perencanaan pembangunan China (National Development and Reform Comission/NDRC) telah memerintahkan sejumlah pelabuhan utama untuk menghentikan izin impor batu bara, mengutip sumber yang familiar dengan isu ini.

Hanya pembangkit listrik yang amat membutuhkan batu bara (untuk memastikan pasokan listrik di musim dingin), yang dapat mengajukan keringanan ke NDRC.   

Kebijakan ini dilakukan pemerintah China dalam rangka menjaga harga batu bara domestik tetap tinggi hingga akhir tahun ini. Selain itu, kondisi stok yang berlebih di China juga menjadi alasan pemerintah untuk membatasi impor batu bara.

Dengan pembatasan itu, volume impor batu bara China di November-Desember 2018 diramal turun sebesar 25-35 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya, mengutip Reuters. Harga batu bara pun akhirnya tak bisa lepas dari koreksi.

Sebagai catatan, China adalah konsumen utama batu bara dunia, mencapai 1.892,6 MT pada 2017 atau 51% dari total permintaan dunia. Satu negara menguasai lebih dari separuh permintaan global. Penurunan permintaan impor China akan sangat memengaruhi pergerakan harga batu bara dunia.

Meski demikian, harga batu bara masih ditopang oleh kenaikan volume impor dari negara-negara importir utama di pekan lalu. Mengutip data Global Ports, impor batu bara China naik 490.000 ton secara mingguan (week-to-week/WtW) menjadi 3,56 juta ton pada pekan lalu, sedangkan impor India juga naik tipis menjadi 3,2 juta ton di periode yang sama.

Permintaan impor yang masih kuat (khususnya dari China) sedikit melegakan pelaku pasar, bahwa konsumsi batu bara sebenarnya masih belum terlalu terdisrupsi. 

(TIM RISET CNBC INDONESIA)

(RHG) Next Article Pasokan dari Negara Produsen Seret, Harga Batu Bara Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular