
Perang Dagang Jadi Fokus, Bursa Saham Asia Dibuka Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 November 2018 09:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia dibuka di zona merah pada perdagangan hari ini: indeks Shanghai turun 0,18%, indeks Hang Seng turun 0,27%, dan indeks Strait Times turun 0,12%. Satu-satunya yang bisa menguat adalah indeks Kospi, yakni sebesar 0,16%. Sementara itu, bursa saham Jepang diliburkan seiring dengan peringatan Thanksgiving.
Perang Dagang AS-China yang kian panas menyita perhatian investor. Pada hari Selasa (20/11/2018), United States Trade Representative (USTR) mengatakan bahwa China telah gagal untuk mengubah praktik-praktik tidak adil di bidang kekayaan intelektual dan transfer teknologi yang menjadi salah satu alasan AS membebankan bea masuk baru bagi importasi produk-produk asal China.
"Tinjauan baru ini menunjukkan bahwa China belum secara fundamental merubah praktik-praktik yang tidak adil, tidak beralasan, dan menganggu keseimbangan pasar yang merupakan inti dari laporan pada Maret 2018 mengenai investigasi "Section 301"." Tulis USTR dalam pernyataannya.
China pun kini dibuat berang oleh pernyataan tersebut. Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, menegaskan bahwa tuduhan AS sama sekali tidak berdasar.
"AS membuat tuduhan baru yang tak berdasar kepada China. Kami sangat tidak bisa menerimanya. Kami harap AS mencabut kata-kata dan perilaku yang menghancurkan hubungan bilateral kedua negara," sebut Gao dalam jumpa pers di Beijing, dilansir Reuters.
Bila AS melakukan tindakan atas tuduhannya, Gao mengatakan China akan tetap menjaga kepentingannya. Menurutnya, tindakan AS selanjutnya bisa saja semakin merusak tata cara perdagangan dunia
"China akan mencermati langkah yang mungkin akan ditempuh AS. China siap melakukan langkah yang diperkukan untuk menjaga kedaulatan dan kepentingan negara," tegas Gao.
Kian panasnya hubungan kedua negara terjadi di saat yang kurang tepat. Pasalnya, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan bertemu di sela-sela KTT G-20 pada akhir bulan ini.
Besar kemungkinan, pertemuan itu tak bisa menyelesaikan perang dagang yang selama ini tengah berkecamuk.
Dari kawasan regional, sentimen negatif datang dari rilis data ekonomi yang mengecewakan. Kemarin (22/11/2018), angka final untuk pertumbuhan ekonomi Singapura periode kuartal-III 2018 diumumkan sebesar 2,2% YoY, di bawah konsensus yang sebesar 2,4% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?
Perang Dagang AS-China yang kian panas menyita perhatian investor. Pada hari Selasa (20/11/2018), United States Trade Representative (USTR) mengatakan bahwa China telah gagal untuk mengubah praktik-praktik tidak adil di bidang kekayaan intelektual dan transfer teknologi yang menjadi salah satu alasan AS membebankan bea masuk baru bagi importasi produk-produk asal China.
"AS membuat tuduhan baru yang tak berdasar kepada China. Kami sangat tidak bisa menerimanya. Kami harap AS mencabut kata-kata dan perilaku yang menghancurkan hubungan bilateral kedua negara," sebut Gao dalam jumpa pers di Beijing, dilansir Reuters.
Bila AS melakukan tindakan atas tuduhannya, Gao mengatakan China akan tetap menjaga kepentingannya. Menurutnya, tindakan AS selanjutnya bisa saja semakin merusak tata cara perdagangan dunia
"China akan mencermati langkah yang mungkin akan ditempuh AS. China siap melakukan langkah yang diperkukan untuk menjaga kedaulatan dan kepentingan negara," tegas Gao.
Kian panasnya hubungan kedua negara terjadi di saat yang kurang tepat. Pasalnya, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan bertemu di sela-sela KTT G-20 pada akhir bulan ini.
Besar kemungkinan, pertemuan itu tak bisa menyelesaikan perang dagang yang selama ini tengah berkecamuk.
Dari kawasan regional, sentimen negatif datang dari rilis data ekonomi yang mengecewakan. Kemarin (22/11/2018), angka final untuk pertumbuhan ekonomi Singapura periode kuartal-III 2018 diumumkan sebesar 2,2% YoY, di bawah konsensus yang sebesar 2,4% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular