Fokus Investor

Sebelum Main Saham, Simak Informasi Berikut Ini

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
23 November 2018 07:06
Untuk itu sebelum melakukan transaksi investor mungkin bisa memperhatikan kembali peristiwa apa yang terjadi kemarin yang bisa mempengaruhi perdagangan hari ini
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta CNBC, CNBC Indonesia - Sejumlah peristiwa ekonomi yang terjadi kemarin masih relevan mempengaruhi perdagangan saham hari ini. Untuk itu sebelum melakukan transaksi investor mungkin bisa memperhatikan kembali peristiwa apa yang terjadi kemarin yang bisa mempengaruhi perdagangan saham hari ini.
Mari kita simak sejumlah peristiwa yang terjadi kemarin, diantaranya:

- Harga Minyak Turun
Pada perdagangan hari ini Kamis (22/11/2018) hingga pukul 10.00 WIB, harga minyak jenis brent kontrak Januari 2019 turun 0,44% ke level US$ 63,20/barel. Di waktu yang sama, harga minyak jenis light sweet kontrak Januari 2019 melemah 0,42% ke level US$ 54,4/barel.Harga sang emas hitam kembali melemah pasca kemarin mampu rebound cukup tinggi.

Pada penutupan perdagangan hari Rabu (21/11/2018), harga light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) naik 2,25%, sementara harga brent yang menjadi acuan di Eropa menguat 1,52%.

- Siasat Adaro Hadapi Harga Batu Bara yang Turun
Harga batu bara dunia terus terusan merosot dalam 6 bulan terakhir. Pada pagi ini, harga komoditas ini bahkan melorot di bawah US$ 100 per ton. Tepatnya berada di level US$ 97,75 per metrik ton.

Turunnya harga emas hitam juga membuat saham emiten emiten tambang berguguran, salah satunya adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Hingga pukul 09:55 WIB, harga saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) anjlok 1,53% ke level Rp 1.290 per saham. ADRO telah ditransaksikan sebanyak 3,244 kali dengan volume 48 juta lembar saham. Total transaksinya Rp 63 miliar.

Terkait dengan turunnya harga batu bara dan saham, Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan fluktuasi harga batu bara tidak bisa diprediksi oleh perusahaan. "Yang biasa kita lakukan adalah terus menjalankan efisiensi dan keunggulan operasional di seluruh rantai bisnis Adaro sehingga bisa menghasilkan kinerja operasional yang solid," ujarnya, Kamis (22/11/2018).

Sementara masih memantau pergerakan harga batu bara, Adaro sendiri belum memutuskan langkah terkait produksi atau kinerja tahun depan. Namun dipastikan untuk tahun ini, perusahaan masih berpatokan pada target dan rencana yang ditetapkan.

"Sampai saat ini masih sesuai dengan pandua, untuk tahun depan akan diumumkan di awal tahun 2019," jelasnya.

- BEI Ubah Batas Atas Auto Reject Saham IPO
Bursa Efek Indonesia (BEI) akan melakukan kaji ulang terkait penerapan aturan batas penolakan otomatis (auto reject) terhadap saham-saham yang pertama kali (listing) ditransaksikan di pasar sekunder.

Wacana tersebut disampaikan BEI karena menyimak harga saham IPO yang ditransaksikan di bursa langsung mengalami peningkatan yang signifikan. Lalu kenaikan harga saham terus berlangsung, hingga BEI menilai transaksi tersebut tak wajar.  

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono W Widodo mengatakan perlu ditinjau terkait dengan auto rejection atas (ARA) yang kemungkinan akan disamakan dengan saham-saham yang sudah tercatat.

"Kami lihat memang saham IPO kenaikan harganya cukup tinggi. Kita lagi memikirkan untuk meninjau kembali. Kita kaji apakah perlu dua kali dengan ARA normal atau disamakan dengan ARA yang non IPO (saham yang sudah tercatat)," kata Laksono di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (22/11).

- Emiten Batu Bara Pangkas Produksi
Harga batu bara yang terus merosot selama 6 bulan terakhir membuat produsen komoditas ini mulai ketar-ketir. Pagi tadi, harga emas hitam ini tercatat sudah anjlok di bawah US$ 100 per metrik ton.

Harga ini merupakan rekor terendah dalam 6 bulan terakhir, dan membuat saham emiten-emiten pertambangan berguguran. Sebut saja Adaro yang anjlok 1,53% ke level Rp 1.290 per saham. ADRO telah ditransaksikan sebanyak 3,244 kali dengan volume 48 juta lembar saham. Total transaksinya Rp 63 miliar.

Begitu juga dengan harga saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) koreksi 1,15% ke level Rp 4.300 per saham. PTBA telah ditransaksikan sebanyak 2.746 kali dengan volume 9 juta lembar saham. Total transaksinya Rp 39 miliar.

Untuk harga batu bara dengan kalori rendah, penurunan harga bahkan lebih signifikan. "Harga baru bara khususnya yang GAR 4200 yang ekspornya kebanyakan dari Indoensia itu trendnya turun terus dari Juni, dari level US$ 51 hingga sekarang US$ 30," ujar Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia saat dihubungi, Kamis (22/11/2018).

- Pemerintah Setop Lelang Obligasi
Pemerintah lewat Kementerian Keuangan menghentikan penerbitan surat utang (obligasi) di sisa tahun ini. Pembiayaan APBN 2018 sudah terpenuhi.

Demikian disampaikan Kementerian Keuangan dalam pernyataannya, Kamis (22/11/2018).

Rencana sisa lelang Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/Sukuk Negara) di pasar perdana domestik hingga akhir tahun ini dibatalkan. Berikut jadwal rencana yang dibatalkan:
  • Lelang penerbitan SBSN tanggal 27 November 2018
  • Lelang penerbitan SUN tanggal 4 Desember 2018
  • Lelang penerbitan SBSN tanggal 11 Desember 2018
  • Lelang penerbitan SUN tanggal 18 Desember 2018
- OJK Periksa Transaksi 9 Saham yang Baru IPO
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan memeriksa pihak-pihak yang berkaitan dengan proses penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) dan transaksi sahamnya di pasar sekunder yang membuat harga saham naik signifikan. Lalu kenaikan harga saham terus berlangsung, hingga BEI menilai transaksi tersebut tak wajar.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen mengatakan pihak bursa telah terlebih dahulu melakukan pemeriksaan kepada emiten-emiten dengan kenaikan harga saham signifikan dna melaporkannya ke OJK. Sebagai tindak lanjut OJK akan melakukan pemeriksaan terkait kepastian laporan bursa tersebut.

"Secara umum kan tidak nunggu kejadian dulu tapi kan yang prioritas menjadi issue sekarang kan teman-teman sudah menulis. Semuanya diperiksa termasuk BAE," kata Hoesen di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (22/11).

Hasil pantauan bursa kepada saham-saham yang sejak IPO mengalami kenaikan signifikan sudah diterbitkan dalam bentuk unusual market activity (UMA), yang artinya bursa menilai saham-saham ini memiliki pergerakan yang tidak biasa. Tak hanya UMA, bahkan beberapa saham ini juga dihentikan perdagangannya (suspensi).

Menurut Hoesen, tak hanya saham yang dikategorikan UMA saja yang akan diperiksa namun juga seluruh emiten yang naiknya mencapai batas atas saat listing.

Berikut beberapa saham IPO tahun ini yang sudah mengalami UMA sejak dicatatkan di bursa:
  1. PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS)
  2. PT Indah Prakarsa Sentosa Tbk (INPS)
  3. PT Steadfast Marine Tbk (KPAL)
  4. PT MD Pictures Tbk (FILM)
  5. PT Andira Agro Tbk (ANDI)
  6. PT Arkadia Digital Media Tbk (DIGI)
  7. PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (PANI)
  8. PT Super Energy Tbk (SURE)
  9. PT Shield On Service Tbk (SOSS)
- Perusahaan Cangkang Cayman Island Borong 15,75% Saham TUGU
Teka-teki pembeli 15,75% saham PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) akhirnya terungkap. Pembelinya adalah Salvitas Limited, perusahaan cangkang (special purpose vehicle) asal Cayman Island.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Salvitas memborong 280 juta lembar saham TUGU atau setara dengan kepemilikan 15,75% dari PT Sakti Laksana Prima. Transaksi dilakukan pada 15 November 2018 lalu.

Akuisisi saham ini dilakukan pada harga Rp 2.050 per lembar atau setara dengan Rp 574 miliar. Transaksi crossing alias tutup sendiri ini difasilitasi oleh PT UOB Kay Hian Sekuritas.
- Goldman Sachs: Saatnya Masuk Pasar Saham Indonesia 2019
Goldman Sachs Asset Management menilai volatilitas di pasar saham global tahun ini mulai menjemukan dan membuka peluang untuk kembalai membeli aset pasar berkembang yang selektif.

"Ini kembali ke kondisi normal," James Ashley, kepala strategi pasar internasional, mengatakan pada saat briefing di Singapura. "Kami pikir pasar negara berkembang sudah kelebihan jual (oversold). Kami akan melihat ini sebagai peluang masuk yang menarik."

Tahun yang penuh tantangan bagi pasar keuangan berubah memburuk pada bulan November, ketika volatilitas meledak dari New York ke Athena.

Sementara ekuitas global telah memperoleh kembali sebagian kerugian mereka dalam beberapa hari terakhir, pasar seperti China, Hong Kong dan Korea Selatan semuanya jatuh ke wilayah bear karena kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan, penurunan harga minyak dan perang perdagangan AS-Cina.

Goldman Asset mempertimbangkan saham-saham di China, India dan Indonesia, kata Ashley yang berbasis di London. "Pesan utama untuk 2019 adalah, kami lebih memilih pendanaan dari investasi saham dibandingkan memberikan kredit, di negara maju kami lebih memilih menyalurkan kredit daripada pasar obligasi dan kami lebih memilih pasar berkembang untuk mengembangkan pasar," katanya.

[Gambas:Video CNBC]
(hps) Next Article Mau Cuan 2019, Ini Kriteria Saham Pilihan Schroders

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular