
Hingga Penutupan Perdagangan, IHSG Tetap yang Terbaik di Asia
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 November 2018 16:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Performa bursa saham tanah air pada hari ini terbilang impresif. Dibuka melemah 0,19% ke level 5.936,66, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri sesi 1 dengan penguatan sebesar 0,66% ke level 5.987,06. Penguatan sebesar itu sudah cukup membuat IHSG menempati urutan teratas di Asia.
Pada akhir sesi 2, IHSG memperlebar penguatannya menjadi 0,72% ke level 5.990,81. IHSG lantas belum lengser dari posisinya sebagai yang terbaik di Asia. Hingga sore ini, indeks Nikkei naik 0,65%, indeks Hang Seng naik 0,18%, indeks Strait Times naik 0,14%, indeks KLCI (Malaysia) naik 0,01%, indeks PSI (Filipina) naik 0,04% indeks Shanghai turun 0,23%, indeks Kospi turun 0,32%, indeks SET (Thailand) turun 0,61%, dan indeks Nifty 50 (India) turun 0,26%.
Sentimen pada perdagangan hari ini bisa dibilang cukup netral. Di satu sisi, rilis data ekonomi di AS yang tak mampu memenuhi ekspektasi membawa angin segar bagi bursa saham regional. Klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 16 November 2018 diumumkan sebesar 224.000, lebih tinggi dari estimasi yang sebesar 215.000, seperti dikutip dari Forex Factory.
Kemudian, pemesanan barang tahan lama inti periode Oktober 2018 diumumkan terkontraksi sebesar 0,1% MoM, di bawah konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,4% MoM.
Mengecewakannya rilis data tersebut menimbulkan persepsi bahwa The Federal Reserve belum akan mengerek suku bunga acuan pada bulan depan. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 22 November 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps pada bulan Desember adalah sebesar 75,8%. Posisi ini lebih rendah dari posisi bulan lalu yang sebesar 81,4%.
Namun, tak sedikit juga pelaku pasar yang menganggap bahwa probabilitas normalisasi pada bulan depan masih tinggi. Angkanya masih di atas 70%. Pelaku pasar memandang bahwa kemungkinan The Fed menunda rencana normalisasinya adalah tipis.
Apalagi, Presiden AS Donald Trump sudah beberapa kali menyerang kebijakan pengetatan yang diambil oleh The Fed. Tak hanya institusinya, Gubernur The Fed yakni Jerome Powell juga ikut diserang oleh Trump.
Oleh karenanya, menjadi penting bagi The Fed untuk membuktikan independensinya. Walau perekonomian melambat pun, akan sulit memaksa The Fed untuk tidak menaikkan suku bunga acuan.
Akibat masih tingginya persepsi terkait dengan normalisasi The Fed pada bulan Desember, banyak mata uang dari negara-negara Asia diperdagangkan melemah melawan dolar AS di pasar spot: yuan melemah 0,15%, dolar Singapura melemah 0,09%, won melemah 0,2%, baht melemah 0,3%, dan peso melemah 0,37%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Saham-saham bank BUKU IV memotori laju IHSG. Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengakhiri sesi 2 dengan penguatan sebesar 3,5%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,82%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 1,21%, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 0,69%.
Penguatan rupiah melandasi aksi beli atas saham-saham bank BUKU IV. Hingga sore hari, rupiah menguat 0,17% di pasar spot ke level Rp 14.575/dolar AS.
Walaupun ada anggapan bahwa The Fed tetap akan mengeksekusi rencana kenaikan suku bunga acuan pada bulan depan, investor nampak masih mengapresiasi kenaikan suku bunga acuan sebesar 25bps ke level 6% yang diumumkan oleh Bank Indonesia (BI) tepat 1 minggu yang lalu. Keputusan ini mengejutkan lantaran konsensus yang dihimpun oleh Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan di level 5,75%.
Dengan dinaikannya suku bunga acuan, maka imbal hasil investasi pendapatan tetap di tanah air akan menjadi semakin kompetitif sehingga diharapkan bisa menarik aliran dana investor asing. Pada akhirnya, defisit di pos transaksi berjalan akan bisa diimbangi oleh surplus di pos transaksi modal dan finansial.
Sebagai informasi, prospek transaksi berjalan di kuartal-IV nampaknya cukup suram. Pada minggu lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan defisit neraca dagang periode Oktober 2018 di angka US$ 1,82 miliar, jauh lebih dalam dari konsensus yang sebesar US$ 62,5 juta. Defisit bulan Oktober menjadi yang terdalam sejak Juli 2017. Kala itu, defisit neraca dagang adalah sebesar US$ 2,01 miliar.
Selain itu, penyaluran kredit yang sedang kencang-kencangnya membuat investor optimis menempatkan dananya di saham-saham bank BUKU IV.
Melansir Reuters, penyaluran kredit bank komersial tumbuh sebesar 12,69% YoY pada September 2018, naik dari capaian periode Agustus 2018 yang sebesar 12,12% YoY. Selain saham bank BUKU IV, saham emiten properti juga menjadi motor kenaikan IHSG: PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) naik 6,45%, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) naik 5,84%, PT Agung Podomoro Tbk (APLN) naik 4,73%, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) naik 3,59%, dan PT Alam Sutera Tbk (ASRI) naik 3,21%.
Melesatnya harga saham emiten properti terjadi seiring dengan rencana pemerintah menebar insentif di sektor ini. Kemarin (21/11/2018), Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa saat ini sedang diselesaikan aturan terkait relaksasi pengenaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) untuk rumah dan apartemen.
"Selama ini dapatkan kendala karena ada PPnBM yang sangat tinggi dengan menaikkan threshold (batas bawah)-nya dari yang tadinya Rp 20 miliar menjadi Rp 30 miliar" ucap Sri Mulyani dilansir dari situs Sekretariat Kabinet, Rabu (21/11/2018).
Terkait PPh Pasal 22 untuk rumah mewah, besaran tarif akan diturunkan dari 5% menjadi 1%. "Dengan demikian kita berharap sektor konstruksi akan menjadi meningkat dari segi kegiatan usahanya," tambah Sri Mulyani. Seiring dengan penguatan nilai tukar rupiah, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 219 miliar hingga akhir sesi 2.
5 besar saham yang dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 194,4 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 182,5 miliar), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (Rp 42,3 miliar), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (Rp 24,6 miliar), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (Rp 20,3 miliar).
Appetite investor asing untuk masuk ke bursa saham dalam negeri memang sedang tinggi-tingginya. Sepanjang pekan lalu, IHSG membukukan penguatan sebesar 2,35% dan dalam periode tersebut, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 3,38 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000
Pada akhir sesi 2, IHSG memperlebar penguatannya menjadi 0,72% ke level 5.990,81. IHSG lantas belum lengser dari posisinya sebagai yang terbaik di Asia. Hingga sore ini, indeks Nikkei naik 0,65%, indeks Hang Seng naik 0,18%, indeks Strait Times naik 0,14%, indeks KLCI (Malaysia) naik 0,01%, indeks PSI (Filipina) naik 0,04% indeks Shanghai turun 0,23%, indeks Kospi turun 0,32%, indeks SET (Thailand) turun 0,61%, dan indeks Nifty 50 (India) turun 0,26%.
Sentimen pada perdagangan hari ini bisa dibilang cukup netral. Di satu sisi, rilis data ekonomi di AS yang tak mampu memenuhi ekspektasi membawa angin segar bagi bursa saham regional. Klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 16 November 2018 diumumkan sebesar 224.000, lebih tinggi dari estimasi yang sebesar 215.000, seperti dikutip dari Forex Factory.
Namun, tak sedikit juga pelaku pasar yang menganggap bahwa probabilitas normalisasi pada bulan depan masih tinggi. Angkanya masih di atas 70%. Pelaku pasar memandang bahwa kemungkinan The Fed menunda rencana normalisasinya adalah tipis.
Apalagi, Presiden AS Donald Trump sudah beberapa kali menyerang kebijakan pengetatan yang diambil oleh The Fed. Tak hanya institusinya, Gubernur The Fed yakni Jerome Powell juga ikut diserang oleh Trump.
Oleh karenanya, menjadi penting bagi The Fed untuk membuktikan independensinya. Walau perekonomian melambat pun, akan sulit memaksa The Fed untuk tidak menaikkan suku bunga acuan.
Akibat masih tingginya persepsi terkait dengan normalisasi The Fed pada bulan Desember, banyak mata uang dari negara-negara Asia diperdagangkan melemah melawan dolar AS di pasar spot: yuan melemah 0,15%, dolar Singapura melemah 0,09%, won melemah 0,2%, baht melemah 0,3%, dan peso melemah 0,37%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Saham-saham bank BUKU IV memotori laju IHSG. Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengakhiri sesi 2 dengan penguatan sebesar 3,5%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,82%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 1,21%, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 0,69%.
Penguatan rupiah melandasi aksi beli atas saham-saham bank BUKU IV. Hingga sore hari, rupiah menguat 0,17% di pasar spot ke level Rp 14.575/dolar AS.
Walaupun ada anggapan bahwa The Fed tetap akan mengeksekusi rencana kenaikan suku bunga acuan pada bulan depan, investor nampak masih mengapresiasi kenaikan suku bunga acuan sebesar 25bps ke level 6% yang diumumkan oleh Bank Indonesia (BI) tepat 1 minggu yang lalu. Keputusan ini mengejutkan lantaran konsensus yang dihimpun oleh Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan di level 5,75%.
Dengan dinaikannya suku bunga acuan, maka imbal hasil investasi pendapatan tetap di tanah air akan menjadi semakin kompetitif sehingga diharapkan bisa menarik aliran dana investor asing. Pada akhirnya, defisit di pos transaksi berjalan akan bisa diimbangi oleh surplus di pos transaksi modal dan finansial.
Sebagai informasi, prospek transaksi berjalan di kuartal-IV nampaknya cukup suram. Pada minggu lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan defisit neraca dagang periode Oktober 2018 di angka US$ 1,82 miliar, jauh lebih dalam dari konsensus yang sebesar US$ 62,5 juta. Defisit bulan Oktober menjadi yang terdalam sejak Juli 2017. Kala itu, defisit neraca dagang adalah sebesar US$ 2,01 miliar.
Selain itu, penyaluran kredit yang sedang kencang-kencangnya membuat investor optimis menempatkan dananya di saham-saham bank BUKU IV.
Melansir Reuters, penyaluran kredit bank komersial tumbuh sebesar 12,69% YoY pada September 2018, naik dari capaian periode Agustus 2018 yang sebesar 12,12% YoY. Selain saham bank BUKU IV, saham emiten properti juga menjadi motor kenaikan IHSG: PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) naik 6,45%, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) naik 5,84%, PT Agung Podomoro Tbk (APLN) naik 4,73%, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) naik 3,59%, dan PT Alam Sutera Tbk (ASRI) naik 3,21%.
Melesatnya harga saham emiten properti terjadi seiring dengan rencana pemerintah menebar insentif di sektor ini. Kemarin (21/11/2018), Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa saat ini sedang diselesaikan aturan terkait relaksasi pengenaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) untuk rumah dan apartemen.
"Selama ini dapatkan kendala karena ada PPnBM yang sangat tinggi dengan menaikkan threshold (batas bawah)-nya dari yang tadinya Rp 20 miliar menjadi Rp 30 miliar" ucap Sri Mulyani dilansir dari situs Sekretariat Kabinet, Rabu (21/11/2018).
Terkait PPh Pasal 22 untuk rumah mewah, besaran tarif akan diturunkan dari 5% menjadi 1%. "Dengan demikian kita berharap sektor konstruksi akan menjadi meningkat dari segi kegiatan usahanya," tambah Sri Mulyani. Seiring dengan penguatan nilai tukar rupiah, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 219 miliar hingga akhir sesi 2.
5 besar saham yang dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 194,4 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 182,5 miliar), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (Rp 42,3 miliar), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (Rp 24,6 miliar), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (Rp 20,3 miliar).
Appetite investor asing untuk masuk ke bursa saham dalam negeri memang sedang tinggi-tingginya. Sepanjang pekan lalu, IHSG membukukan penguatan sebesar 2,35% dan dalam periode tersebut, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 3,38 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000
Most Popular