
Prabowo Kritik Keras Jokowi, dari Pajak Hingga Utang
Chandra Gian Asmara & Ranny Virginia Utami, CNBC Indonesia
21 November 2018 15:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Calon Presiden Nomor Urut 02 Prabowo Subianto menghadiri Indonesia Forum Economic Forum di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu (21/11/2018). Dalam kesempatan itu, Prabowo mengkritik keras pengelolaan ekonomi pada pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Salah satu yang menjadi perhatian adalah pendapatan nasional bruto (GNI) Indonesia yang tertinggal jauh dibandingkan negara-negara lain. GNI adalah produk domestik bruto (PDB) yang ditambah pendapatan yang dibayarkan ke negara lain untuk berbagai hal seperti bunga dan dividen.
"GNI to GDP ratio kita peringkat 169 dari 250 negara. Mereka [pemerintah] tidak paham GDP production di Indonesia bukan oleh Indonesia, dan untuk Indonesia," kata Prabowo. "Makanya kita peringkat 169. Buat generasi muda Indonesia, kalau ini terus berlanjut, akan sangat menyedihkan," tegas dia.
Kemudian, Prabowo menyinggung tax ratio di Indonesia yang masih relatif kecil, bahkan kalah dibandingkan negara-negara lain. Padahal, tax ratio Indonesia bisa lebih tinggi dari posisi saat ini.
"Saya dengar Thailand sekarang sudah mencapai 16%, dan Malaysia juga 18%. Kita kehilangan US$ 60 miliar karena pemerintah tidak bisa maintain tax ratio," tegas Prabowo.
Prabowo pun menyinggung posisi cadangan devisa Indonesia. Meskipun sempat menyentuh titik tertinggi sepanjang sejarah tahun lalu, namun cadangan devisa Indonesia masih kalah dari negara lain.
"Singapura yang size lebih kecil, bahkan tak lebih dari besar dari satu distrik di Indonesia, [cadangan devisa] bisa lebih besar," kata dia.
[Gambas:Video CNBC]
Terakhir, pasangan Sandiaga Uno itu mengkritik kebijakan utang yang dilakukan pemerintahan Jokowi. Menurut Prabowo, Indonesia memang bergantung pada utang.
"AS itu punya banyak utang karena mereka punya banyak produksi dan teknologi. Pada dasarnya, kita Indonesia adalah negara yang bergantung pada utang. Kita bayar gaji kita ke birokrasi," tegasnya.
(miq/miq) Next Article Capres-Cawapres Harus Punya Jurus Jitu Atasi Masalah Ekonomi
Salah satu yang menjadi perhatian adalah pendapatan nasional bruto (GNI) Indonesia yang tertinggal jauh dibandingkan negara-negara lain. GNI adalah produk domestik bruto (PDB) yang ditambah pendapatan yang dibayarkan ke negara lain untuk berbagai hal seperti bunga dan dividen.
"GNI to GDP ratio kita peringkat 169 dari 250 negara. Mereka [pemerintah] tidak paham GDP production di Indonesia bukan oleh Indonesia, dan untuk Indonesia," kata Prabowo. "Makanya kita peringkat 169. Buat generasi muda Indonesia, kalau ini terus berlanjut, akan sangat menyedihkan," tegas dia.
Kemudian, Prabowo menyinggung tax ratio di Indonesia yang masih relatif kecil, bahkan kalah dibandingkan negara-negara lain. Padahal, tax ratio Indonesia bisa lebih tinggi dari posisi saat ini.
"Saya dengar Thailand sekarang sudah mencapai 16%, dan Malaysia juga 18%. Kita kehilangan US$ 60 miliar karena pemerintah tidak bisa maintain tax ratio," tegas Prabowo.
![]() |
Prabowo pun menyinggung posisi cadangan devisa Indonesia. Meskipun sempat menyentuh titik tertinggi sepanjang sejarah tahun lalu, namun cadangan devisa Indonesia masih kalah dari negara lain.
"Singapura yang size lebih kecil, bahkan tak lebih dari besar dari satu distrik di Indonesia, [cadangan devisa] bisa lebih besar," kata dia.
[Gambas:Video CNBC]
Terakhir, pasangan Sandiaga Uno itu mengkritik kebijakan utang yang dilakukan pemerintahan Jokowi. Menurut Prabowo, Indonesia memang bergantung pada utang.
"AS itu punya banyak utang karena mereka punya banyak produksi dan teknologi. Pada dasarnya, kita Indonesia adalah negara yang bergantung pada utang. Kita bayar gaji kita ke birokrasi," tegasnya.
(miq/miq) Next Article Capres-Cawapres Harus Punya Jurus Jitu Atasi Masalah Ekonomi
Most Popular