
Rupiah Mulai Mampu Pepet Dolar AS, Ini Penyebabnya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 November 2018 10:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah yang awalnya seperti bisa dilibas dengan mudah oleh dolar Amerika Serikat (AS) ternyata mampu melawan balik. Rupiah memang masih melemah, tetapi depresiasinya semakin tipis.
Pada Rabu (21/11/2018) pukul 10:18 WIB, US$ 1 di perdagangan pasar spot setara dengan Rp 14.595. Rupiah melemah tipis 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Bisa menipiskan pelemahan hingga ke 0,07% cukup heroik buat rupiah. Pasalnya rupiah dibuka melemah 0,17%, dan pelemahannya sempat mencapai 0,24%.
Namun perlahan rupiah bisa mendekati greenback. Meski belum bisa menguat, melemah tipis pun sudah merupakan pencapaian tersendiri mengingat pasar keuangan Indonesia agak jetlag setelah libur kemarin.
Sedangkan di kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor, rupiah juga melemah 0,22%. Rupiah gagal melanjutkan tren penguatan yang terjadi selama 2 hari beruntun.
Ringgit Malaysia kini menjadi mata uang terlemah di Asia. Disusul oleh won Korea Selatan dan peso Filipina.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 10:18 WIB:
Jadi, apa yang membuat rupiah mampu menipiskan jarak dengan dolar AS?
Terlihat bahwa arus modal mulai kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang masih minus 0,67% pada pukul 10:22 WIB. Namun ini jauh lebih baik karena sebelumnya sempat anjlok hingga nyaris 1,5%.
Sedangkan di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) mengalami penurunan di sebagian besar tenor. Koreksi yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan.
Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah pada pukul 10:25 WIB:
Derasnya arus modal, terutama di pasar obligasi, menjadi penyebab rupiah mulai bisa melawan balik. Sepertinya investor masih melihat obligasi pemerintah sebagai instrumen yang menarik karena menawarkan imbalan tinggi.
Dalam sebulan terakhir, yield obligasi seri acuan tenor 10 tahun memang sudah turun cukup tajam yaitu 63,8 basis poin (bps). Namun dibandingkan posisi 3 bulan lalu, yield masih positif 17,4 bps.
Apalagi kalau dibandingkan posisi awal tahun, masih ada selisih 173,5 bps. Artinya, instrumen ini memang masih sangat menarik karena menawarkan imbalan yang ciamik.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
Selain itu, harga minyak yang masih dalam tren turun juga suportif buat rupiah. Pada pukul 10:39 WIB, harga minyak jenis brent memang naik 1,09% dan light sweet melonjak 1,22%.
Namun ini terjadi setelah keduanya anjlok di kisaran 6% dini hari tadi. Dibandingkan posisi awal tahun, brent sudah turun 5,05% dan light sweet amblas 10,38%.
Bagi negara net importir migas seperti Indonesia, penurunan harga minyak adalah berkah. Tidak perlu banyak valas untuk mengimpor migas, sehingga mengurangi beban neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account).
Artinya fundamental rupiah akan lebih kuat sehingga mata uang Tanah Air menjadi stabil. Investor pun memberikan apresiasi dengan mulai mengoleksi rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Rabu (21/11/2018) pukul 10:18 WIB, US$ 1 di perdagangan pasar spot setara dengan Rp 14.595. Rupiah melemah tipis 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Bisa menipiskan pelemahan hingga ke 0,07% cukup heroik buat rupiah. Pasalnya rupiah dibuka melemah 0,17%, dan pelemahannya sempat mencapai 0,24%.
Namun perlahan rupiah bisa mendekati greenback. Meski belum bisa menguat, melemah tipis pun sudah merupakan pencapaian tersendiri mengingat pasar keuangan Indonesia agak jetlag setelah libur kemarin.
Sedangkan di kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor, rupiah juga melemah 0,22%. Rupiah gagal melanjutkan tren penguatan yang terjadi selama 2 hari beruntun.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Kembali ke pasar spot, rupiah tidak melemah sendirian di Asia. Mayoritas mata uang utama Benua Kuning terdepresiasi di hadapan dolar AS. Ringgit Malaysia kini menjadi mata uang terlemah di Asia. Disusul oleh won Korea Selatan dan peso Filipina.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 10:18 WIB:
Jadi, apa yang membuat rupiah mampu menipiskan jarak dengan dolar AS?
Terlihat bahwa arus modal mulai kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang masih minus 0,67% pada pukul 10:22 WIB. Namun ini jauh lebih baik karena sebelumnya sempat anjlok hingga nyaris 1,5%.
Sedangkan di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) mengalami penurunan di sebagian besar tenor. Koreksi yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan.
Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah pada pukul 10:25 WIB:
Derasnya arus modal, terutama di pasar obligasi, menjadi penyebab rupiah mulai bisa melawan balik. Sepertinya investor masih melihat obligasi pemerintah sebagai instrumen yang menarik karena menawarkan imbalan tinggi.
Dalam sebulan terakhir, yield obligasi seri acuan tenor 10 tahun memang sudah turun cukup tajam yaitu 63,8 basis poin (bps). Namun dibandingkan posisi 3 bulan lalu, yield masih positif 17,4 bps.
Apalagi kalau dibandingkan posisi awal tahun, masih ada selisih 173,5 bps. Artinya, instrumen ini memang masih sangat menarik karena menawarkan imbalan yang ciamik.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
Selain itu, harga minyak yang masih dalam tren turun juga suportif buat rupiah. Pada pukul 10:39 WIB, harga minyak jenis brent memang naik 1,09% dan light sweet melonjak 1,22%.
Namun ini terjadi setelah keduanya anjlok di kisaran 6% dini hari tadi. Dibandingkan posisi awal tahun, brent sudah turun 5,05% dan light sweet amblas 10,38%.
Bagi negara net importir migas seperti Indonesia, penurunan harga minyak adalah berkah. Tidak perlu banyak valas untuk mengimpor migas, sehingga mengurangi beban neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account).
Artinya fundamental rupiah akan lebih kuat sehingga mata uang Tanah Air menjadi stabil. Investor pun memberikan apresiasi dengan mulai mengoleksi rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Most Popular