
Winning Streak Terputus, Rupiah Terlemah Ketiga Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 November 2018 08:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot usai libur Maulid Nabi Muhammad SAW. Rupiah, dan mata uang Asia lainnya, tersapu gelombang penguatan dolar AS yang terjadi secara global.
Pada Rabu (21/22/2018), US$ 1 kala pembukaan pasar spot dihargai Rp 14.610. Rupiah melemah 0,17% dibandingkan posisi penutupan perdagangan awal pekan.
Seiring perjalanan pasar, rupiah terus melemah. Pada pukul 08:08 WIB, US$ 1 sudah berada di Rp 14.620 di mana rupiah melemah 0,24%.
Sebelum pelemahan hari ini, rupiah sudah menguat selama 5 hari perdagangan beruntun. Selama periode tersebut, rupiah terapresiasi 1,54%.
Kemarin, rupiah bisa dibilang selamat karena tidak diperdagangkan di pasar spot. Andai pasar keuangan Indonesia tidak libur, kemungkinan besar rupiah akan melemah.
Namun hari ini rupiah sudah tidak bisa menghindar. Senasib dengan mata uang utama Asia, rupiah tidak berdaya di hadapan dolar AS.
Pagi ini, mayoritas mata uang Benua Kuning melemah terhadap greenback. Hanya yen Jepang dan rupee India yang menguat. Dengan catatan, yen punya status sebagai aset aman (safe haven) dan pasar keuangan India belum dibuka sehingga rupee masih mencerminkan posisi kemarin.
Won Korea Selatan menjadi mata uang terlemah di Asia. Disusul oleh peso Filipina dan ruiah di peringkat ketiga terbawah.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 08:12 WIB:
Penguatan dolar AS (dan yen) adalah pertanda investor sedang enggan mengambil risiko. Risk appetite turun sehingga pelaku pasar memilih bermain aman dengan kembali ke pelukan safe haven.
Kekhawatiran investor saat ini tertuju pada hubungan AS-China yang kembali tegang. KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) yang gagal menghasilkan komunike ternyata berbuntut panjang.
China menuding AS memaksakan kehendak dan ingin membenarkan praktik proteksionisme untuk masuk dalam salah satu poin komunike APEC. Menurut Beijing, Washington menjadikan APEC sebagai arena untuk melampiaskan amarah. China pun terpaksa masuk ke arena pertandingan tersebut.
"Ada satu negara yang memaksa memasukkan ide mereka ke teks yang harus disepakati pihak-pihak lain, membenarkan proteksionisme dan unilateralisme. Tidak mau menerima masukan dari China dan negara-negara lainnya," tegas Wang Yi, Penasihat Negara China, seperti dikutip Reuters.
Namun AS membantah tuduhan itu. Gedung Putih menilai China 'memelintir' fakta yang sebenarnya.
"Ada 20 dari 21 negara yang siap menandatangani komunike, hanya China yang tidak bersedia. Kami berusaha menyelesaikan ini, tetapi mereka tidak mau," kata seorang pejabat pemerintah AS kepada Reuters.
Dikhawatirkan hubungan yang buruk ini berlanjut hingga ke pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Argentina akhir November hingga awal Desember mendatang. Padahal pelaku pasar sudah berharap banyak dari pertemuan ini.
"Gedung Putih melihat KTT ASEAN dan APEC adalah panggung pembuka untuk G20. Kami tidak ingin berharap banyak, saya rasa ekspektasi tidak akan terlalu tinggi setelah pengalaman ini (di APEC)," lanjut sang sumber.
Perkembangan ini membuat pelaku pasar panik dan mencari selamat masing-masing. Instrumen berisiko tidak menjadi pilihan utama, semua memilih safe haven. Dolar AS pun kebanjiran peminat sehingga nilainya menguat.
Rupiah sudah menguat dalam 5 hari perdagangan. Apabila dolar AS terus sangar, maka winning streak rupiah akan terhenti hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Rabu (21/22/2018), US$ 1 kala pembukaan pasar spot dihargai Rp 14.610. Rupiah melemah 0,17% dibandingkan posisi penutupan perdagangan awal pekan.
Seiring perjalanan pasar, rupiah terus melemah. Pada pukul 08:08 WIB, US$ 1 sudah berada di Rp 14.620 di mana rupiah melemah 0,24%.
Kemarin, rupiah bisa dibilang selamat karena tidak diperdagangkan di pasar spot. Andai pasar keuangan Indonesia tidak libur, kemungkinan besar rupiah akan melemah.
Namun hari ini rupiah sudah tidak bisa menghindar. Senasib dengan mata uang utama Asia, rupiah tidak berdaya di hadapan dolar AS.
Pagi ini, mayoritas mata uang Benua Kuning melemah terhadap greenback. Hanya yen Jepang dan rupee India yang menguat. Dengan catatan, yen punya status sebagai aset aman (safe haven) dan pasar keuangan India belum dibuka sehingga rupee masih mencerminkan posisi kemarin.
Won Korea Selatan menjadi mata uang terlemah di Asia. Disusul oleh peso Filipina dan ruiah di peringkat ketiga terbawah.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 08:12 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Dolar AS memang masih menguat secara global. Pada pukul 08:15 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,1%. Penguatan dolar AS (dan yen) adalah pertanda investor sedang enggan mengambil risiko. Risk appetite turun sehingga pelaku pasar memilih bermain aman dengan kembali ke pelukan safe haven.
Kekhawatiran investor saat ini tertuju pada hubungan AS-China yang kembali tegang. KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) yang gagal menghasilkan komunike ternyata berbuntut panjang.
China menuding AS memaksakan kehendak dan ingin membenarkan praktik proteksionisme untuk masuk dalam salah satu poin komunike APEC. Menurut Beijing, Washington menjadikan APEC sebagai arena untuk melampiaskan amarah. China pun terpaksa masuk ke arena pertandingan tersebut.
"Ada satu negara yang memaksa memasukkan ide mereka ke teks yang harus disepakati pihak-pihak lain, membenarkan proteksionisme dan unilateralisme. Tidak mau menerima masukan dari China dan negara-negara lainnya," tegas Wang Yi, Penasihat Negara China, seperti dikutip Reuters.
Namun AS membantah tuduhan itu. Gedung Putih menilai China 'memelintir' fakta yang sebenarnya.
"Ada 20 dari 21 negara yang siap menandatangani komunike, hanya China yang tidak bersedia. Kami berusaha menyelesaikan ini, tetapi mereka tidak mau," kata seorang pejabat pemerintah AS kepada Reuters.
Dikhawatirkan hubungan yang buruk ini berlanjut hingga ke pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Argentina akhir November hingga awal Desember mendatang. Padahal pelaku pasar sudah berharap banyak dari pertemuan ini.
"Gedung Putih melihat KTT ASEAN dan APEC adalah panggung pembuka untuk G20. Kami tidak ingin berharap banyak, saya rasa ekspektasi tidak akan terlalu tinggi setelah pengalaman ini (di APEC)," lanjut sang sumber.
Perkembangan ini membuat pelaku pasar panik dan mencari selamat masing-masing. Instrumen berisiko tidak menjadi pilihan utama, semua memilih safe haven. Dolar AS pun kebanjiran peminat sehingga nilainya menguat.
Rupiah sudah menguat dalam 5 hari perdagangan. Apabila dolar AS terus sangar, maka winning streak rupiah akan terhenti hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Most Popular