Nasib Rupiah: 4 Hari di Atas, Sekarang di Bawah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 November 2018 12:43
Nasib Rupiah: 4 Hari di Atas, Sekarang di Bawah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Malang benar nasib rupiah. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), rupiah yang awalnya digdaya kini berbalik lesu. Sentimen global dan dalam negeri memang membatasi gerak rupiah. 

Pada Senin (19/11/2018) pukul 12:03 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.620 di perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,08% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Depresiasi rupiah agak mengejutkan. Rupiah mengawali hari dengan penguatan mencapai 0,64%. Meski kemudian penguatan rupiah tergerus, posisinya masih cukup aman di zona hijau. 


Namun ternyata pelemahan rupiah terjadi dengan begitu cepat. Bahkan rupiah sudah harus melemah sebelum tengah hari.  


Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap rupiah hingga pukul 12:06 WIB:




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Sebenarnya tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang Asia pun tidak berdaya di hadapan dolar AS. Tinggal tersisa yen Jepang, rupee India, dan ringgit Malaysia yang menguat, lainnya tidak selamat. 

Pelemahan terdalam dialami oleh won Korea Selatan disusul oleh dolar Taiwan. Sepertinya negara-negara yang mengandalkan ekspor sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi sedang mengalami masa sulit. Penyebabnya adalah hawa perang dagang AS vs China yang kembali terasa.

Mengutip Reuters, Presiden AS Donald Trump telah menerima surat dari China yang berisi 142 daftar reformasi ekonomi di Negeri Tirai Bambu. Meski secara keseluruhan bisa menerima, tetapi ada hal-hal yang dinilai Trump masih mengganjal. 

"Mereka mengirim daftar yang banyak. Untuk beberapa hal, belum bisa saya terima," tegasnya. 

Meski rencana dialog Trump dengan Presiden China Xi Jinping masih terjadwal, tetapi pelaku pasar mulai menurunkan ekspektasi. Bisa saja tidak ada hal substansial yang disepakati dalam pertemuan di sela-sela KTT G20 ini.

Artinya, jalan menuju damai dagang AS-China masih samar-samar. Ketika AS dan China masih terlibat perang dagang, maka rantai pasok dunia (global supply chain) akan terhambat.

Korea Selatan dan Taiwan adalah negara yang menjadikan ekspor sebagai penggerak ekonomi sehingga perang dagang AS-China tentu bukan kabar gembira. Menurut catatan Bank Dunia, ekspor menyumbang 43,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Korea Selatan tahun lalu. Sementara di Taiwan, porsinya lebih besar lagi yaitu mencapai sekitar 70%.

Oleh karena itu, wajar apabila investor melepas won dan dolar Taiwan karena risiko perlambatan ekspor yang akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi di negara sang empunya mata uang tersebut. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 12:21 WIB: 

 

Meski paling berat dirasakan won dan dolar Taiwan, sentimen perang dagang juga sukses menjadi pemberat langkah mata uang utama Asia. Perang dagang adalah sentimen besar yang mempengaruhi mood pelaku pasar karena menentukan nasib perekonomian global. Ketika perang dagang menghangat, maka investor cenderung memilih bermain aman dan masuk safe haven assets seperti dolar AS dan yen. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Sementara dari dalam negeri, tidak adanya sentimen yang bisa menopang rupiah membuat mata uang Tanah Air harus terjerembab ke zona merah. Sepertinya dampak suntikan adrenalin berupa kenaikan suku bunga acuan jelang akhir pekan lalu sudah mulai mereda.  

Pada 15 November, Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikkan suku bunga acuan dari 5,75% ke 6%. Kebijakan itu mengejutkan pasar, dan berhasil membuat rupiah perkasa. Kenaikan suku bunga acuan akan membuat imbalan investasi di Indonesia, utamanya di instrumen berpendapatan tetap, akan naik.

Oleh karena itu, kebijakan BI sukses membuat permintaan terhadap aset-aset keuangan di Indonesia meningkat sehingga menopang penguatan rupiah. Namun sepertinya efek dari obat kuat itu sudah habis hari ini. 

Paket Ekonomi Jilid XVI yang dirilis pemerintah akhir pekan lalu juga tidak mampu menguatkan rupiah. Hasilnya, rupiah terseret arus penguatan dolar AS di Asia.

Sebenarnya tidak hanya di Asia, penguatan greenback sudah meluas (broadbased). Terlihat dari Dollar Index (yang menggambarkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama dunia) yang naik 0,07% pada pukul 12:32 WIB. 

Hidup bak roda yang berputar, kadang di atas dan kadang di bawah. Setelah 4 hari beruntun di atas, kini rupiah sepertinya harus merasakan posisi di bawah.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular