Neraca Dagang Oktober Jebol, INDEF Sebut Wajar

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
15 November 2018 16:54
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Oktober 2018 mengalami defisit US$ 1,82 miliar.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Oktober 2018 mengalami defisit US$ 1,82 miliar. Perinciannya, ekspor tercatat tumbuh 3,59% secara tahunan US$ 15,80 miliar sedangkan impor tumbuh 23,66% YoY ke US$ 17,62 miliar.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listianto mengatakan pengumuman BPS sebagai sesuatu yang wajar. "Tren tahun ini memang defisit," ujarnya dalam keterangan pers di Jakarta, Kamis (15/11/2018).



Menurut Eko, kebutuhan dalam negeri Indonesia tinggi. Apalagi memasuki kuartal IV, pemerintah maupun swasta menggenjot kinerja. Namun, mayoritas konten berasal dari luar negeri alias impor.

"Untuk momentum akhir tahun, libur Natal dan tahun baru, semua terjadi pada bulan-bulan ini. Implikasinya adalah impor yang meningkat namun ekspor tumbuh tipis sekali," kata Eko.

"Karena memang situasi perang dagang nya, seperti Amerika dan China adalah mitra dagang utama kita. Imbasnya ke kita. Secara umum memang banyak yg memprediksi akan terjadi defisit," ujarnya.
Foto: infografis/Musuh-musuh Perang Dagang Trump/Aristya Rahadian Krisabella

Bagaimana dengan neraca perdagangan November dan Desember? Eko menilai defisit akan lebih lebar. Impor semakin besar demi memenuhi permintaan saat Natal dan tahun baru.

Selain itu, lanjut Eko, kelas menengah Indonesia juga gemar belanja online. Ironisnya, 90 persen produk yang dijual adalah impor. "Kemudian ada harbolnas (hari belanja online nasional) terinspirasi dengan yang dilakukan Alibaba. Ujung-ujungnya adalah impor," kata Eko.

(miq/miq) Next Article Neraca Dagang Maret 2020 Surplus US$ 740 Juta

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular