
Dari Harga Sampai KAI Dorong Produksi PTBA
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
14 November 2018 15:14

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membukukan pertumbuhan produksi sebesar 16,38% sampai pada kuartal III-2018, atau sebesar 19,68 juta ton, dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 16,91 juta ton.
Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin menjelaskan, pertumbuhan produksi ini salah satu faktor pendorongnya adalah penambahan kapasitas angkutan kereta api.
"Meningkatkan produksi menunjukkan peningkatan dari kereta api, sebab peningkatan produksi kami tergantung dari PT KAI. Syukurnya, kinerja mereka bagus, terlihat dari jumlah angkutan yang bertambah kapasitasnya," terang Arviyan kepada media dalam konferensi pers kinerja perusahaan, di Jakarta, Rabu (14/11/2018).
Lebih lanjut, Arviyan menjelaskan, PT KAI menyatakan komitmen akan mengangkut batu bara hasil produksi PTBA dari lokasi tambang Tanjung Enim sebesar 23,10 juta ton dengan porsi sebesar 19,40 juta ton menuju pelabuhan Tarahan di Bandar Lampung, dan 3,70 juta ton menuju Dermaga Kertapati di Palembang.
Rencana angkutan tersebut meningkat 8% jika dibanding realisasi sepanjang 2017 yang sebesar 21,36 juta ton.
Sedangkan dari sisi volume penjualan, sampai pada September 2018 perusahaan mencatatkan peningkatan sebesar 7,8% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, atau sebesar 18,58 juta ton dari yang sebelumnya 17,23 juta ton.
Jika dirinci, volume penjualan batu bara untuk ekspor tercatat sebesar 8,67 juta ton sampai pada September 2018, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 6,22 juta ton.
Sedangkan, perusahaan membukukan volume penjualan domestik sampai kuartal III-2018 sebesar 9,9 juta ton, turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 11 juta ton.
Arviyan menuturkan, strategi perusahaan untuk meningkatkan ekspor adalah dengan memanfaatkan momentum penguatan harga batu bara global, pelemahan rupiah terhadap dolar AS dan tentunya peningkatan permintaan batu bara, baik dari Tiongkok akibat kurangnya pasokan batu bara domestik selama musim panas yang ekstrem, serta dari India yang produksinya belum mampu memenuhi kebutuhan domestik, hingga adanya peningkatan permintaan untuk Korea Selatan.
"Selain itu, strategi kami juga akan mengoptimalkan ekspor batu bara medium to high calorie ke premium market, hal itu sudah kami lakukan pada kuartal III tahun ini," tambah Arviyan.
Adapun, harga jual rata-rata batubara periode Januari-September 2018 mengalami kenaikan 13% dibanding periode yang sama tahun lalu, yakni dari Rp 745.775/ton menjadi Rp 841.655/ton. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga rata-rata batubara Newcastle periode Januari-September 2018 yang cukup signifikan yaitu sebesar 27%, serta kenaikan rata-rata Harga Batubara Acuan ( HBA ) sebesar 20% dibandingkan pada Januari-September 2017.
Sebelumnya, perusahaan juga telah mengumumkan pendapatan laba bersih yang tembus angka Rp 3,93 triliun sampai pada kuartal III-2018 atau 49,43% dari laba bersih di periode yang sama tahun lalu senilai Rp 2,63 triliun.
Pendapatan usaha sampai September 2018 mencapai Rp 16,04 triliun, meningkat Rp2,75 triliun atau 21% dibandingkan pendapatan usaha di periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan terbesar diperoleh dari penjualan batubara ekspor yaitu sebesar 52% dari total pendapatan, sedangkan penjualan batubara domestik hanya sebesar 46% dan selebihnya yaitu 2% merupakan pendapatan dari aktivitas usaha lainnya, yang terdiri dari penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa.
"Pencapaian tersebut hanya dapat terwujud dengan penerapan strategi usaha yang efektif serta efisiensi yang berkelanjutan di semua lini," pungkas Arviyan.
(gus) Next Article Inalum Berencana Tambah Kepemilikan di Bukit Asam
Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin menjelaskan, pertumbuhan produksi ini salah satu faktor pendorongnya adalah penambahan kapasitas angkutan kereta api.
Lebih lanjut, Arviyan menjelaskan, PT KAI menyatakan komitmen akan mengangkut batu bara hasil produksi PTBA dari lokasi tambang Tanjung Enim sebesar 23,10 juta ton dengan porsi sebesar 19,40 juta ton menuju pelabuhan Tarahan di Bandar Lampung, dan 3,70 juta ton menuju Dermaga Kertapati di Palembang.
Rencana angkutan tersebut meningkat 8% jika dibanding realisasi sepanjang 2017 yang sebesar 21,36 juta ton.
Sedangkan dari sisi volume penjualan, sampai pada September 2018 perusahaan mencatatkan peningkatan sebesar 7,8% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, atau sebesar 18,58 juta ton dari yang sebelumnya 17,23 juta ton.
Jika dirinci, volume penjualan batu bara untuk ekspor tercatat sebesar 8,67 juta ton sampai pada September 2018, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 6,22 juta ton.
Sedangkan, perusahaan membukukan volume penjualan domestik sampai kuartal III-2018 sebesar 9,9 juta ton, turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 11 juta ton.
Arviyan menuturkan, strategi perusahaan untuk meningkatkan ekspor adalah dengan memanfaatkan momentum penguatan harga batu bara global, pelemahan rupiah terhadap dolar AS dan tentunya peningkatan permintaan batu bara, baik dari Tiongkok akibat kurangnya pasokan batu bara domestik selama musim panas yang ekstrem, serta dari India yang produksinya belum mampu memenuhi kebutuhan domestik, hingga adanya peningkatan permintaan untuk Korea Selatan.
"Selain itu, strategi kami juga akan mengoptimalkan ekspor batu bara medium to high calorie ke premium market, hal itu sudah kami lakukan pada kuartal III tahun ini," tambah Arviyan.
Adapun, harga jual rata-rata batubara periode Januari-September 2018 mengalami kenaikan 13% dibanding periode yang sama tahun lalu, yakni dari Rp 745.775/ton menjadi Rp 841.655/ton. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga rata-rata batubara Newcastle periode Januari-September 2018 yang cukup signifikan yaitu sebesar 27%, serta kenaikan rata-rata Harga Batubara Acuan ( HBA ) sebesar 20% dibandingkan pada Januari-September 2017.
Sebelumnya, perusahaan juga telah mengumumkan pendapatan laba bersih yang tembus angka Rp 3,93 triliun sampai pada kuartal III-2018 atau 49,43% dari laba bersih di periode yang sama tahun lalu senilai Rp 2,63 triliun.
Pendapatan usaha sampai September 2018 mencapai Rp 16,04 triliun, meningkat Rp2,75 triliun atau 21% dibandingkan pendapatan usaha di periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan terbesar diperoleh dari penjualan batubara ekspor yaitu sebesar 52% dari total pendapatan, sedangkan penjualan batubara domestik hanya sebesar 46% dan selebihnya yaitu 2% merupakan pendapatan dari aktivitas usaha lainnya, yang terdiri dari penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa.
"Pencapaian tersebut hanya dapat terwujud dengan penerapan strategi usaha yang efektif serta efisiensi yang berkelanjutan di semua lini," pungkas Arviyan.
(gus) Next Article Inalum Berencana Tambah Kepemilikan di Bukit Asam
Most Popular