
Konsumsi Masih Rendah di Musim Dingin, Harga Batu Bara Loyo
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
13 November 2018 11:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara Newcastle kontrak acuan terkoreksi tipis sebesar 0,05% ke US$ 105,85/ Metrik Ton (MT) pada penutupan perdagangan hari Senin (12/11/2018). Dengan pergerakan itu, harga batu bara tak mampu melanjutkan momentum penguatan hingga 2,42% di sepanjang pekan lalu.
BACA: Ini 3 Sentimen Yang Bikin Harga Batu Bara Naik 2% Pekan Lalu
Sentimen yang menekan harga batu bara di awal pekan datang dari konsumsi yang masih lemah meski musim dingin sudah datang melanda dataran China. Selain itu, proyeksi musim dingin yang lebih hangat dari biasanya juga menjadi pemberat harga.
Pekan lalu, pelaku pasar berekspektasi permintaan impor China akan terangkat, seiring musim dingin yang akhirnya tiba di Negeri Tirai Bambu. Melansir data dari National Meterological Center di awal pekan lalu, temperatur di China bagian utara (termasuk kota-kota besar seperti Beijing, Hebei, dan Shanxi) jatuh ke bawah 0 derajat Cesius.
Sebagai informasi, batu bara termal memang masih menjadi sumber energi utama bagi pembangkit listrik di China. Datangnya musim dingin lantas menjadi sentimen bahwa konsumsi batu bara di China (khususnya di sektor pembangkit listrik) memang akan menanjak naik. Pasalnya, kebutuhan listrik untuk pemanas ruangan akan meningkat.
Meski demikian, di awal pekan ini, ekspektasi tersebut nampaknya belum jadi kenyataan. Mengutip China Coal Transport & Distribution, konsumsi batu bara di China bagian tengah dan selatan masih cukup lambat.
Hal ini dipertegas dengan stok batu bara yang memang masih berada di level yang tinggi. Menurut data China Coal Resource, stok batu bara pada 6 pembangkit listrik utama China meningkat dalam 5 pekan secara berturut-turut, ke level tertingginya sejak Januari 2015. Teranyar, stoknya meningkat 0,59% secara mingguan (week-to-week/WtW) ke level 17,06 juta ton, per akhir pekan lalu.
Dengan tingginya tingkat stok batu bara tersebut, lantas investor mengekspektasikan bahwa permintaan impor batu bara Beijing masih akan lesu. Istilahnya, kebutuhan batu bara di China masih akan tercukupi oleh melimpahnya stok saat ini. Hal ini lantas menghambat penguatan harga batu bara.
Terlebih, beberapa waktu lalu China's National Climate Center memroyeksikan bahwa musim dingin akan lebih hangat dari biasanya. Alasannya, ada potensi datangnya El Nino.
Sebagai informasi, China adalah konsumen utama batu bara dunia, mencapai 1.892,6 metrik ton pada 2017 atau 51% dari total permintaan dunia. Satu negara menguasai lebih dari separuh permintaan global. Ketika permintaan China diekspektasikan melambat, maka akan sangat mempengaruhi pergerakan harga batu bara dunia.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/gus) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara
BACA: Ini 3 Sentimen Yang Bikin Harga Batu Bara Naik 2% Pekan Lalu
Sentimen yang menekan harga batu bara di awal pekan datang dari konsumsi yang masih lemah meski musim dingin sudah datang melanda dataran China. Selain itu, proyeksi musim dingin yang lebih hangat dari biasanya juga menjadi pemberat harga.
Pekan lalu, pelaku pasar berekspektasi permintaan impor China akan terangkat, seiring musim dingin yang akhirnya tiba di Negeri Tirai Bambu. Melansir data dari National Meterological Center di awal pekan lalu, temperatur di China bagian utara (termasuk kota-kota besar seperti Beijing, Hebei, dan Shanxi) jatuh ke bawah 0 derajat Cesius.
Sebagai informasi, batu bara termal memang masih menjadi sumber energi utama bagi pembangkit listrik di China. Datangnya musim dingin lantas menjadi sentimen bahwa konsumsi batu bara di China (khususnya di sektor pembangkit listrik) memang akan menanjak naik. Pasalnya, kebutuhan listrik untuk pemanas ruangan akan meningkat.
Meski demikian, di awal pekan ini, ekspektasi tersebut nampaknya belum jadi kenyataan. Mengutip China Coal Transport & Distribution, konsumsi batu bara di China bagian tengah dan selatan masih cukup lambat.
Hal ini dipertegas dengan stok batu bara yang memang masih berada di level yang tinggi. Menurut data China Coal Resource, stok batu bara pada 6 pembangkit listrik utama China meningkat dalam 5 pekan secara berturut-turut, ke level tertingginya sejak Januari 2015. Teranyar, stoknya meningkat 0,59% secara mingguan (week-to-week/WtW) ke level 17,06 juta ton, per akhir pekan lalu.
Dengan tingginya tingkat stok batu bara tersebut, lantas investor mengekspektasikan bahwa permintaan impor batu bara Beijing masih akan lesu. Istilahnya, kebutuhan batu bara di China masih akan tercukupi oleh melimpahnya stok saat ini. Hal ini lantas menghambat penguatan harga batu bara.
Terlebih, beberapa waktu lalu China's National Climate Center memroyeksikan bahwa musim dingin akan lebih hangat dari biasanya. Alasannya, ada potensi datangnya El Nino.
Sebagai informasi, China adalah konsumen utama batu bara dunia, mencapai 1.892,6 metrik ton pada 2017 atau 51% dari total permintaan dunia. Satu negara menguasai lebih dari separuh permintaan global. Ketika permintaan China diekspektasikan melambat, maka akan sangat mempengaruhi pergerakan harga batu bara dunia.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/gus) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular