Dolar AS Menguat, Harga Obligasi Negara Tertekan Lagi

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
13 November 2018 11:05
Koreksi sejak kemain itu juga bertepatan dengan momentum menjelang lelang siang ini.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi bersamaan dengan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan sentimen dari pelemahan rupiah di tengah tekanan data neraca pembayaran. 

Koreksi sejak kemain itu juga bertepatan dengan momentum menjelang lelang siang ini. 

Turunnya harga surat berharga negara (SBN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  
Data Refinitiv menunjukkanterkoreksinya harga SBN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. 

Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0075 yang mengalami kenaikan yield sebesar 7 basis poin (bps) menjadi 8,67%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Seri acuan lain juga terkoreksi yaitu seri 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun dengan penurunan yield sebesar 3 bps, 5 bps, dan 3 bps menjadi 8,1%, 8,24%, dan 8,49%. 

Yield Obligasi Negara Acuan 12 Nov 2018
SeriBenchmarkYield 12 Nov 2018 (%) Yield 13 Nov 2018 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 12 Nov'18
FR0063 5 tahun8.0738.1093.607.97
FR0064 10 tahun8.1888.2455.708.13
FR0065 15 tahun8.4598.4953.608.43
FR0075 20 tahun8.6018.6717.008.59
Avg movement4.97
Sumber: Refinitiv 

Selain karena sentimen negatif ketika dolar AS diburu di tengah kemelut lanjutan Brexit dan APBN Italia, koreksi juga bertepatan dengan persiapan menghadapi lelang rutin surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) siang ini.  

Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 509 bps, melebar dari posisi kemarin 500 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 3,15% dari posisi kemarin 3,18%. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 878,7 triliun SBN, atau 37,09% dari total beredar Rp 2.369 triiliun berdasarkan data per 8 November.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 14,38 triliun dibanding posisi akhir Oktober Rp 864,32 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 36,93% pada periode yang sama. 

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar uang, tetapi tidak di pasar saham yang masih berhasil menguat setelah kemarin tenggelam.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,75% menjadi 5.810 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,68% menjadi Rp 14.910 di hadapan tiap dolar AS. 

Penguatan dolar AS seiring seiring dengan naiknya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang menguat 0,02% menjadi 97,560. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi masih terjadi di pasar Brasil, China, Malaysia, dan Rusia, sama seperti yang terjadi di Indonesia. 

Dana investor global dari beberapa pasar efek utang pemerintah itu memiliki kemungkinan masuk ke pasar India dan Singapura yang justru menguat pagi ini, atau bahkan ke pasar obligasi negara berkembang yang menguat seperti Jepang dan AS.  

Yield Obligasi 10 Tahun Negara Berkembang dan Acuan
NegaraYield 12 Nov 2018 (%) Yield 13 Nov 2018 (%)Selisih (basis poin)
Brasil10.410.488.00
China3.4963.5162.00
India7.817.804-0.60
Italia3.4173.4553.80
Jepang0.1190.115-0.40
Malaysia4.1274.1512.40
Filipina7.377.370.00
Rusia8.978.992.00
Singapura2.4952.485-1.00
Turki17.0716.31-76.00
Amerika Serikat3.1863.154-3.20
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular