BI: Pelemahan Rupiah Bukan Karena Faktor CAD yang Bengkak

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
12 November 2018 14:21
Nilai tukar rupiah yang hari ini, Senin (12/11/2018) melemah sejak pagi tadi murni faktor global
Foto: Nanang Hendarsah (dok. Bank Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah yang hari ini, Senin (12/11/2018) melemah sejak pagi tadi murni faktor global. Rilis defisit transaksi berjalan (current account deficit (CAD) tak menjadi faktor pelemahan ini.

Bank Indonesia (BI) menegaskan faktor utama pelemahan rupiah dikarenakan perlambatan ekonomi di China.

"Pelemahan bukan karena faktor Current Account, tapi karena dinamika global," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia.


"Pelemahan Rupiah hari ini sejalan dengan melemahnya seluruh mata uang regional, dipicu sentiment negatif atas indikasi pelemahan ekonomi China dan reaksi pemerintah Italia yang belum akan melakukan penyesuaian budget plan sesuai dengan permintaan Uni Eropa."

"Kesemuanya mememicu pelepasan saham mulai dari pasar modal AS ke pasar Asia, aksi beli surat obligasi pemerintah AS sebagai instrument yang aman (flight to quality), dan menurunnya harga komoditas," imbuh Nanang.

Menurutnya sampai siang hari ini, BI melihat terjadi outflow atau dana keluar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN). "Namun masih kecil," tutur Nanang.

Mengutip Reuters, Menteri Keuangan China Liu Kun mengatakan pemerintah akan memberikan stimulus pajak untuk menggairahkan dunia usaha Negeri Tirai Bambu. Bentuknya adalah pengurangan tarif Pajak Penghasilan (PPh) badan dan kewajiban perpajakan bagi eksportir.

Pelaku usaha China memang sedang lesu. Ini terlihat dari dua data teranyar yaitu inflasi di tingkat grosir (Producer Price Index/PPI) dan penjualan mobil.

Inflasi tingkat produsen di China pada Oktober 2018 tercatat 3,3% secara tahunan, melambat dibandingkan pencapaian bulan sebelumnya yaitu 3,6%.

Kemudian penjualan mobil pada Oktober 2018 turun 11,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini terjadi dalam 4 bulan berturut-turut. Bahkan penurunan Oktober 2018 menjadi yang terdalam sejak Januari 2012.

Dengan pemberian stimulus, meski belum ada elaborasi lebih lanjut, pasar keuangan China kembali bergairah. Mata uang yuan menguat 0,02% di hadapan greenback, sementara indeks Shanghai Composite menguat 0,1% pada pukul 09:25 WIB.





(wed) Next Article RI, Jepang, China Hingga Korsel Siap 'Buang' Dolar AS di 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular