
Ekonomi Domestik China Diperkirakan Pulih, Yuan Gilas Rupiah
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
13 November 2018 08:56

Jakarta, CNBC Indonesia- Kurs rupiah kembali bergerak melemah di hadapan yuan pada pagi ini. Seperti halnya di hadapan dolar Singapura, pelemahan rupiah terjadi selama 3 hari perdagangan secara beruntun. Sentimen pelemahan rupiah kali ini juga datang dari ekonomi domestik China.
Pada Selasa (13/11/2018), pukul 08:32 WIB, CNY 1 di pasar spot ditransaksikan di Rp 2.134,87. Rupiah melemah 0,41% dibandingkan perdagangan kemarin.
Bank sentral China/People Bank of China (PBoC) dijadwalkan akan mengumumkan pertumbuhan kredit per Oktober 2018. Konsensus yang dihimpun oleh trading economics memperkirakan, penyaluran kredit akan tumbuh 13,3% Year-on-Year (YoY). Angka ini naik sedikit dibandingkan periode September yang sebesar 13,2% YoY.
Kondisi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang dalam tahap pembicaraan, sedikit memberikan angin segar bagi pertumbuhan ekonomi Negeri Tiongkok kedepannya. Seperti yang diketahui, ekonomi China hanya tumbuh 6,5% YoY pada kuartal III-2018 atau lebih rendah dari konsensus pasar di level 6,6% YoY. Salah satu penyebab perlambatan ini, disebut-sebut akibat perang dagang antara AS dan China.
Adanya rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Argentina akhir bulan ini, menghembuskan optimisme pasar utamanya pengusaha china akan terciptanya perdamaian. Kondisi ini ikut mendorong geliat ekonomi domestik China, tercermin dari kenaikan pertumbuhan kredit di negara tersebut. Di sisi lain, hal ini juga memberikan sentimen positif bagi yuan, sehingga mampu unggul di hadapan rupiah pagi ini.
Di sisi lain, pelemahan yang terus terjadi mengakibatkan harga jual yuan kembali menembus level Rp 2.200. Berikut data perdagangan di tiga bank nasional terbesar hingga pukul 08:51 WIB:
Pada Selasa (13/11/2018), pukul 08:32 WIB, CNY 1 di pasar spot ditransaksikan di Rp 2.134,87. Rupiah melemah 0,41% dibandingkan perdagangan kemarin.
Kondisi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang dalam tahap pembicaraan, sedikit memberikan angin segar bagi pertumbuhan ekonomi Negeri Tiongkok kedepannya. Seperti yang diketahui, ekonomi China hanya tumbuh 6,5% YoY pada kuartal III-2018 atau lebih rendah dari konsensus pasar di level 6,6% YoY. Salah satu penyebab perlambatan ini, disebut-sebut akibat perang dagang antara AS dan China.
Adanya rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Argentina akhir bulan ini, menghembuskan optimisme pasar utamanya pengusaha china akan terciptanya perdamaian. Kondisi ini ikut mendorong geliat ekonomi domestik China, tercermin dari kenaikan pertumbuhan kredit di negara tersebut. Di sisi lain, hal ini juga memberikan sentimen positif bagi yuan, sehingga mampu unggul di hadapan rupiah pagi ini.
Di sisi lain, pelemahan yang terus terjadi mengakibatkan harga jual yuan kembali menembus level Rp 2.200. Berikut data perdagangan di tiga bank nasional terbesar hingga pukul 08:51 WIB:
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 2.027,00 | Rp 2.177,00 |
Bank BRI | Rp 2.053,29 | Rp 2.201,52 |
Bank BCA | Rp 2.062,00 | Rp 2.189,00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(alf/alf) Next Article Setelah SGD, Korban Penguatan Rupiah Berikutnya : Yuan
Most Popular