
Moody's Peringatkan Risiko Utang Global Bisa Memburuk
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
12 November 2018 15:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat internasional Moody's Investors Service mengatakan risiko kredit akan meningkat di 2019 karena pertumbuhan ekonomi melambat, kenaikan suku bunga, pengetatan likuiditas, dan kembalinya gejolak pasar.
Hubungan Amerika Serikat (AS) dan China yang memburuk akan menaikkan risiko geopolitik sementara konsekuensi dari melambatnya pertumbuhan ekonomi global akan mendorong pembahasan globalisasi dan kesenjangan ke ranah politik. Lesunya pertumbuhan ekonomi global ini diperkirakan akan berlanjut hingga 2020.
"Pertumbuhan ekonomi akan melambat di negara maju dan berkembang meskipun pertumbuhan akan tetap kuat di negara maju hingga 2019," tulis Moody's dalam pernyataan resminya yang diterima CNBC Indonesia, Senin (12/11/2018).
"Kebijakan moneter ketat, memburuknya perseteruan ekonomi dan permintaan yang melambat di China akan mendominasi proyeksi pertumbuhan yang lebih lemah itu."
Kondisi keuangan global yang makin ketat akan membebani biaya dana dan likuiditas. Meskipun suku bunga tetap rendah, pertumbuhan utang korporasi memberi sinyal akan adanya tekanan kredit di kemudian hari dan meningkatkan risiko siklus yang terlambat, tambah Moody's.
"Sumber risiko global yang paling kuat dan jauh jangkauannya adalah kebijakan dagang AS yang akan memberi dampak sektoral dan regional yang signifikan dan dapat mengganggu ekonomi global," tulis Moody's. "Meningkatnya perseteruan dagang akan menciptakan ketidakpastian terkait keputusan investasi perusahaan, melambatnya perdagangan global, dan kemungkinan perubahan rantai pasokan."
Sementara itu, risiko politik dalam negeri dan geopolitik akan menjadi risiko terbesar ketidakpastian kondisi kredit.
"Dalam pandangan kami, meningkatnya ketegangan AS-China akan berlanjut melebihi perseteruan dagang sementara potensi risiko meningkat bagi Brexit tanpa kesepakatan di mana Inggris akan meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan," menurut Moody's.
(dru) Next Article Moody's Proyeksi Kredit Bank RI di Bawah Asumsi OJK, Kenapa?
Hubungan Amerika Serikat (AS) dan China yang memburuk akan menaikkan risiko geopolitik sementara konsekuensi dari melambatnya pertumbuhan ekonomi global akan mendorong pembahasan globalisasi dan kesenjangan ke ranah politik. Lesunya pertumbuhan ekonomi global ini diperkirakan akan berlanjut hingga 2020.
"Pertumbuhan ekonomi akan melambat di negara maju dan berkembang meskipun pertumbuhan akan tetap kuat di negara maju hingga 2019," tulis Moody's dalam pernyataan resminya yang diterima CNBC Indonesia, Senin (12/11/2018).
Kondisi keuangan global yang makin ketat akan membebani biaya dana dan likuiditas. Meskipun suku bunga tetap rendah, pertumbuhan utang korporasi memberi sinyal akan adanya tekanan kredit di kemudian hari dan meningkatkan risiko siklus yang terlambat, tambah Moody's.
![]() |
"Sumber risiko global yang paling kuat dan jauh jangkauannya adalah kebijakan dagang AS yang akan memberi dampak sektoral dan regional yang signifikan dan dapat mengganggu ekonomi global," tulis Moody's. "Meningkatnya perseteruan dagang akan menciptakan ketidakpastian terkait keputusan investasi perusahaan, melambatnya perdagangan global, dan kemungkinan perubahan rantai pasokan."
Sementara itu, risiko politik dalam negeri dan geopolitik akan menjadi risiko terbesar ketidakpastian kondisi kredit.
"Dalam pandangan kami, meningkatnya ketegangan AS-China akan berlanjut melebihi perseteruan dagang sementara potensi risiko meningkat bagi Brexit tanpa kesepakatan di mana Inggris akan meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan," menurut Moody's.
(dru) Next Article Moody's Proyeksi Kredit Bank RI di Bawah Asumsi OJK, Kenapa?
Most Popular