
Anjlok 1%, Rupiah Terlemah di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 November 2018 16:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah lumayan dalam di perdagangan pasar spot akhir pekan ini. Rupiah tidak mampu bertahan dari hantaman sentimen negatif eksternal maupun domestik.
Pada Jumat (9/11/2018), US$ 1 dibanderol Rp 14.680 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 1% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya.
Pelemahan rupiah hari ini sudah bisa diperkirakan sebelum pembukaan pasar spot. Pasalnya, depresiasi mata uang Tanah Air sudah terlihat di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF).
Mengawali hari, rupiah sudah melemah 0,45%. Penguatan rupiah terus menjadi seiring perjalanan pasar. Dolar AS yang kemarin sempat didorong ke kisaran Rp 14.500 kini kembali ke level Rp 14.600.
Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Dalam 3 hari perdagangan terakhir, rupiah tidak berhenti finis di jalur hijau. Bahkan selama 3 hari itu penguatan rupiah jadi yang terbaik di Asia.
Namun hari ini nasib rupiah berbalik 180 derajat. Pelemahan rupiah bukan sekedar dalam, tetapi adalah yang terdalam di antara mata uang Asia lainnya. Hanya rupiah yang melemah sampai 1%.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 04:15 WIB:
Dolar AS perkasa karena mendapat suntikan tenaga dari hasil rapat The Federal Reserve/The Fed. Jerome 'Jay' Powell dan kolega memang mempertahankan suku bunga acuan di 2-2,25%. Bahkan The Fed menyebut ada risiko perlambatan investasi di Negeri Paman Sam.
Namun risiko tersebut tidak menyurutkan niat bank sentral AS untuk tetap dalam mode pengetatan kebijakan moneter. Dalam pernyataan tertulisnya, The Fed menyebut siklus kenaikan suku bunga acuan secara gradual masih akan ditempuh.
"Komite menilai bahwa kenaikan suku bunga acuan secara bertahap adalah kebijakan yang konsisten dengan ekspansi ekonomi yang berkelanjutan, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi di kisaran 2% dalam jangka menengah. Risiko dalam perekonomian masih seimbang," tulis pernyataan The Fed.
Pelaku pasar pun mendapatkan petunjuk yang lebih jelas mengenai potensi kenaikan suku bunga acuan pada rapat Desember. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada rapat 19 Desember adalah 75,8%. Naik dibandingkan posisi kemarin yaitu 74,6% dan seminggu yang lalu sebesar 68,8%.
Kenaikan suku bunga acuan akan ikut menaikkan imbalan investasi di AS, khususnya di instrumen berpendapatan tetap. Akibatnya, permintaan terhadap dolar AS akan meningkat dan nilainya semakin kuat.
Sementara dari dalam negeri, investor mulai melakukan profit taking setelah rupiah menguat tajam. Dalam sepekan terakhir, rupiah menguat sampai 4,8% di hadapan dolar AS. Sekarang dolar AS sudah murah, dan sangat menarik untuk diborong.
Selain itu, memang ada alasan kuat untuk melepas rupiah hari ini. Petang ini, Bank Indonesia (BI) akan merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2018. Pasar sudah terlanjur berekspektasi ada pelemahan yang lebih dalam ketimbang kuartal II-2018, terutama di pos transaksi berjalan (current account).
Pada kuartal II-2018, transaksi berjalan mencatat defisit 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Kemungkinan defisit pada kuartal III-2018 akan lebih dalam, karena neraca perdagangan mengalami tekor yang lebih parah.
Sepanjang kuartal III-2018, neraca perdagangan defisit US$ 2,72 miliar. Lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu US$ 1,37 miliar.
Transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan arus devisa dari perdagangan barang dan jasa. Devisa dari sisi ini dianggap lebih mumpuni, lebih mampu menopang nilai tukar dalam jangka panjang karena tidak mudah keluar-masuk seperti portofolio di sektor keuangan.
Saat defisit transaksi berjalan melebar cukup parah, rupiah tentunya akan kehilangan pijakan untuk bisa menguat. Ini menjadi alasan kuat bagi investor untuk melepas aset-aset berbasis rupiah sehingga depresiasi menjadi sulit terhindarkan.
Di pasar saham, investor asing mencatatkan beli bersih Rp 42,93 miliar. Keluarnya investor asing sedikit banyak menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga harus terkoreksi dalam yaitu 1,72%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Jumat (9/11/2018), US$ 1 dibanderol Rp 14.680 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 1% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya.
Pelemahan rupiah hari ini sudah bisa diperkirakan sebelum pembukaan pasar spot. Pasalnya, depresiasi mata uang Tanah Air sudah terlihat di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF).
Mengawali hari, rupiah sudah melemah 0,45%. Penguatan rupiah terus menjadi seiring perjalanan pasar. Dolar AS yang kemarin sempat didorong ke kisaran Rp 14.500 kini kembali ke level Rp 14.600.
Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Dalam 3 hari perdagangan terakhir, rupiah tidak berhenti finis di jalur hijau. Bahkan selama 3 hari itu penguatan rupiah jadi yang terbaik di Asia.
Namun hari ini nasib rupiah berbalik 180 derajat. Pelemahan rupiah bukan sekedar dalam, tetapi adalah yang terdalam di antara mata uang Asia lainnya. Hanya rupiah yang melemah sampai 1%.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 04:15 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Tidak hanya di Asia, penguatan dolar AS memang mengglobal. Pada pukul 16:17 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback secara relatif di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,04%. Dolar AS perkasa karena mendapat suntikan tenaga dari hasil rapat The Federal Reserve/The Fed. Jerome 'Jay' Powell dan kolega memang mempertahankan suku bunga acuan di 2-2,25%. Bahkan The Fed menyebut ada risiko perlambatan investasi di Negeri Paman Sam.
Namun risiko tersebut tidak menyurutkan niat bank sentral AS untuk tetap dalam mode pengetatan kebijakan moneter. Dalam pernyataan tertulisnya, The Fed menyebut siklus kenaikan suku bunga acuan secara gradual masih akan ditempuh.
"Komite menilai bahwa kenaikan suku bunga acuan secara bertahap adalah kebijakan yang konsisten dengan ekspansi ekonomi yang berkelanjutan, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi di kisaran 2% dalam jangka menengah. Risiko dalam perekonomian masih seimbang," tulis pernyataan The Fed.
Pelaku pasar pun mendapatkan petunjuk yang lebih jelas mengenai potensi kenaikan suku bunga acuan pada rapat Desember. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada rapat 19 Desember adalah 75,8%. Naik dibandingkan posisi kemarin yaitu 74,6% dan seminggu yang lalu sebesar 68,8%.
Kenaikan suku bunga acuan akan ikut menaikkan imbalan investasi di AS, khususnya di instrumen berpendapatan tetap. Akibatnya, permintaan terhadap dolar AS akan meningkat dan nilainya semakin kuat.
Sementara dari dalam negeri, investor mulai melakukan profit taking setelah rupiah menguat tajam. Dalam sepekan terakhir, rupiah menguat sampai 4,8% di hadapan dolar AS. Sekarang dolar AS sudah murah, dan sangat menarik untuk diborong.
Selain itu, memang ada alasan kuat untuk melepas rupiah hari ini. Petang ini, Bank Indonesia (BI) akan merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2018. Pasar sudah terlanjur berekspektasi ada pelemahan yang lebih dalam ketimbang kuartal II-2018, terutama di pos transaksi berjalan (current account).
Pada kuartal II-2018, transaksi berjalan mencatat defisit 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Kemungkinan defisit pada kuartal III-2018 akan lebih dalam, karena neraca perdagangan mengalami tekor yang lebih parah.
Sepanjang kuartal III-2018, neraca perdagangan defisit US$ 2,72 miliar. Lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu US$ 1,37 miliar.
Transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan arus devisa dari perdagangan barang dan jasa. Devisa dari sisi ini dianggap lebih mumpuni, lebih mampu menopang nilai tukar dalam jangka panjang karena tidak mudah keluar-masuk seperti portofolio di sektor keuangan.
Saat defisit transaksi berjalan melebar cukup parah, rupiah tentunya akan kehilangan pijakan untuk bisa menguat. Ini menjadi alasan kuat bagi investor untuk melepas aset-aset berbasis rupiah sehingga depresiasi menjadi sulit terhindarkan.
Di pasar saham, investor asing mencatatkan beli bersih Rp 42,93 miliar. Keluarnya investor asing sedikit banyak menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga harus terkoreksi dalam yaitu 1,72%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular