Makin Anjlok, Rupiah Melemah di Kisaran 1%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 November 2018 14:02
Makin Anjlok, Rupiah Melemah di Kisaran 1%
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah perkasa selama 3 hari, rupiah hari ini menyerah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Depresiasi rupiah lumayan dalam, mencapai kisaran 1%. 

Pada Jumat (9/11/2018), US$ 1 di pasar spot dihargai Rp 14.690. Rupiah melemah 1,07% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya. 

Sejak pembukaan pasar, rupiah memang sudah melemah. Namun depresiasi mata uang Tanah Air semakin dalam seiring perjalanan pasar. 


Nasib rupiah berubah 180 derajat. Setelah menguat dan menjadi mata uang terbaik di Asia, kini rupiah berbalik melemah dalam dan berstatus mata uang terlemah di Benua Kuning. 


Hari ini memang dolar AS mendominasi di Asia, menguat terhadap hampir seluruh mata uang utama kecuali yen Jepang. Akan tetapi tidak ada yang mengalami depresiasi sedalam rupiah. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 13:44 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Memang sulit menghadapi dolar AS hari ini. Pada pukul 13:46 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,06%. 

Dolar AS perkasa setelah mendapat suntikan tenaga dari hasil rapat The Federal Reserve/The Fed. Jerome 'Jay' Powell dan kolega memang mempertahankan suku bunga acuan di 2-2,25%. Bahkan The Fed menyebut ada risiko perlambatan investasi di Negeri Paman Sam. 


Namun risiko tersebut tidak menyurutkan niat bank sentral AS untuk tetap dalam mode pengetatan kebijakan moneter. Dalam pernyataan tertulisnya, The Fed menyebut siklus kenaikan suku bunga acuan secara gradual masih akan ditempuh. 

"Komite menilai bahwa kenaikan suku bunga acuan secara bertahap adalah kebijakan yang konsisten dengan ekspansi ekonomi yang berkelanjutan, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi di kisaran 2% dalam jangka menengah. Risiko dalam perekonomian masih seimbang," tulis pernyataan The Fed. 

Pelaku pasar pun mendapatkan petunjuk yang lebih jelas mengenai potensi kenaikan suku bunga acuan pada rapat Desember. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada rapat 19 Desember adalah 75,8%. Naik dibandingkan posisi kemarin yaitu 74,6% dan seminggu yang lalu sebesar 68,8%. 

Kenaikan suku bunga acuan akan ikut menaikkan imbalan investasi di AS, khususnya di instrumen berpendapatan tetap. Akibatnya, permintaan terhadap dolar AS akan meningkat dan nilainya semakin kuat. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Sementara di dalam negeri, investor mulai melakukan profit taking setelah rupiah menguat tajam. Dalam sepekan terakhir, rupiah menguat sampai 4,8% di hadapan dolar AS. Sekarang dolar AS sudah murah, dan sangat menarik untuk diborong. 

Selain itu, memang ada alasan kuat untuk melepas rupiah hari ini. Petang nanti, setelah pasar tutup, Bank Indonesia (BI) akan merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2018. Pasar sudah terlanjur berekspektasi ada pelemahan yang lebih dalam ketimbang kuartal II-2018, terutama di pos transaksi berjalan (current account). 

Pada kuartal II-2018, transaksi berjalan mencatat defisit 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Kemungkinan defisit pada kuartal III-2018 akan lebih dalam, karena neraca perdagangan mengalami tekor yang lebih parah.  

Sepanjang kuartal III-2018, neraca perdagangan defisit US$ 2,72 miliar. Lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu US$ 1,37 miliar. 

Transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan arus devisa dari perdagangan barang dan jasa. Devisa dari sisi ini dianggap lebih mumpuni, lebih mampu menopang nilai tukar dalam jangka panjang karena tidak mudah keluar-masuk seperti portofolio di sektor keuangan.  

Saat defisit transaksi berjalan melebar cukup parah, rupiah tentunya akan kehilangan pijakan untuk bisa menguat. Ini menjadi alasan kuat bagi investor untuk melepas aset-aset berbasis rupiah sehingga depresiasi menjadi sulit terhindarkan. 

Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 20,87 miliar yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 1,45% pada pukul 13:49 WIB. Saham-saham perbankan menjadi korban aksi jual ini. Jual bersih investor asing di BMRI mencapai Rp 65,17 miliar dan BBCA Rp 41,86 miliar.  


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular