
Makin Anjlok, Rupiah Melemah di Kisaran 1%
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 November 2018 14:02

Sementara di dalam negeri, investor mulai melakukan profit taking setelah rupiah menguat tajam. Dalam sepekan terakhir, rupiah menguat sampai 4,8% di hadapan dolar AS. Sekarang dolar AS sudah murah, dan sangat menarik untuk diborong.
Selain itu, memang ada alasan kuat untuk melepas rupiah hari ini. Petang nanti, setelah pasar tutup, Bank Indonesia (BI) akan merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2018. Pasar sudah terlanjur berekspektasi ada pelemahan yang lebih dalam ketimbang kuartal II-2018, terutama di pos transaksi berjalan (current account).
Pada kuartal II-2018, transaksi berjalan mencatat defisit 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Kemungkinan defisit pada kuartal III-2018 akan lebih dalam, karena neraca perdagangan mengalami tekor yang lebih parah.
Sepanjang kuartal III-2018, neraca perdagangan defisit US$ 2,72 miliar. Lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu US$ 1,37 miliar.
Transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan arus devisa dari perdagangan barang dan jasa. Devisa dari sisi ini dianggap lebih mumpuni, lebih mampu menopang nilai tukar dalam jangka panjang karena tidak mudah keluar-masuk seperti portofolio di sektor keuangan.
Saat defisit transaksi berjalan melebar cukup parah, rupiah tentunya akan kehilangan pijakan untuk bisa menguat. Ini menjadi alasan kuat bagi investor untuk melepas aset-aset berbasis rupiah sehingga depresiasi menjadi sulit terhindarkan.
Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 20,87 miliar yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 1,45% pada pukul 13:49 WIB. Saham-saham perbankan menjadi korban aksi jual ini. Jual bersih investor asing di BMRI mencapai Rp 65,17 miliar dan BBCA Rp 41,86 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Selain itu, memang ada alasan kuat untuk melepas rupiah hari ini. Petang nanti, setelah pasar tutup, Bank Indonesia (BI) akan merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2018. Pasar sudah terlanjur berekspektasi ada pelemahan yang lebih dalam ketimbang kuartal II-2018, terutama di pos transaksi berjalan (current account).
Pada kuartal II-2018, transaksi berjalan mencatat defisit 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Kemungkinan defisit pada kuartal III-2018 akan lebih dalam, karena neraca perdagangan mengalami tekor yang lebih parah.
Transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan arus devisa dari perdagangan barang dan jasa. Devisa dari sisi ini dianggap lebih mumpuni, lebih mampu menopang nilai tukar dalam jangka panjang karena tidak mudah keluar-masuk seperti portofolio di sektor keuangan.
Saat defisit transaksi berjalan melebar cukup parah, rupiah tentunya akan kehilangan pijakan untuk bisa menguat. Ini menjadi alasan kuat bagi investor untuk melepas aset-aset berbasis rupiah sehingga depresiasi menjadi sulit terhindarkan.
Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 20,87 miliar yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 1,45% pada pukul 13:49 WIB. Saham-saham perbankan menjadi korban aksi jual ini. Jual bersih investor asing di BMRI mencapai Rp 65,17 miliar dan BBCA Rp 41,86 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular