Tiga Hari Jadi Raja, Kini Rupiah Terlemah di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 November 2018 08:29
Tiga Hari Jadi Raja, Kini Rupiah Terlemah di Asia
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah 3 hari perkasa, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah. Dolar AS pun kembali ke kisaran Rp 14.600. 

Pada Jumat (9/11/2018), US$ 1 sama dengan Rp 14.600 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,45% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 


Pelemahan rupiah sudah dapat diduga, karena mata uang Tanah Air terdepresiasi di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) sebelum pasar spot dibuka. Kurs di NDF kerap kali menjadi penentu arah di pasar spot. 

Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah semakin dalam. Pada pukul 08:15 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.620 di mana rupiah melemah 0,58%. 

Pada 3 hari perdagangan terakhir, rupiah terus menguat. Bukan sembarang menguat, tetapi penguatan rupiah menjadi yang terbaik di Asia. 


Namun pagi ini dolar AS memang sulit dibendung. Greenback menguat terhadap mayoritas mata uang utama Benua Kuning. 

Dengan depresiasi 0,58%, rupiah bahkan menjadi mata uang terlemah di Asia. Roda berputar, rupiah berubah dari raja menjadi hamba sahaya di Benua Kuning. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 08:12 WIB: 

 

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dolar AS mendapat kekuatan dari hasil rapat The Federal Reserve/The Fed. Jerome 'Jay' Powell dan kolega memang mempertahankan suku bunga acuan di 2-2,25%. Bahkan The Fed menyebut ada risiko perlambatan investasi di Negeri Paman Sam. 


Namun risiko tersebut tidak menyurutkan niat bank sentral AS untuk tetap dalam mode pengetatan kebijakan moneter. Dalam pernyataan tertulisnya, The Fed menyebut siklus kenaikan suku bunga acuan secara gradual masih akan ditempuh. 

"Komite menilai bahwa kenaikan suku bunga acuan secara bertahap adalah kebijakan yang konsisten dengan ekspansi ekonomi yang berkelanjutan, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi di kisaran 2% dalam jangka menengah. Risiko dalam perekonomian masih seimbang," tulis pernyataan The Fed. 

Pelaku pasar pun mendapatkan petunjuk yang lebih jelas mengenai potensi kenaikan suku bunga acuan pada rapat Desember. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada rapat 19 Desember adalah 75,8%. Naik dibandingkan posisi kemarin yaitu 74,6% dan seminggu yang lalu sebesar 68,8%. 

Kenaikan suku bunga acuan akan ikut menaikkan imbalan investasi di AS, khususnya di instrumen berpendapatan tetap. Akibatnya, permintaan terhadap dolar AS akan meningkat dan nilainya semakin kuat. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Sementara dari dalam negeri, sentimen pemberat rupiah adalah persepsi pasar terhadap rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2018. Data ini memang kemungkinan besar baru keluar setelah pasar tutup, tetapi pasar sudah terlanjur berekspektasi ada pelemahan yang lebih dalam ketimbang kuartal II-2018, terutama di pos transaksi berjalan (current account). 

Pada kuartal II-2018, transaksi berjalan mencatat defisit 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Kemungkinan defisit pada kuartal III-2018 akan lebih dalam, karena neraca perdagangan mengalami tekor yang lebih parah.

Sepanjang kuartal III-2018, neraca perdagangan defisit US$ 2,72 miliar. Lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu US$ 1,37 miliar. 


Transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan arus devisa dari perdagangan barang dan jasa. Devisa dari sisi ini dianggap lebih mumpuni, lebih mampu menopang nilai tukar dalam jangka panjang karena tidak mudah keluar-masuk seperti portofolio di sektor keuangan.  

Saat defisit transaksi berjalan melebar cukup parah, rupiah tentunya akan kehilangan pijakan untuk bisa menguat. Ini menjadi alasan kuat hilangnya mahkota raja Asia yang disandang mata uang Tanah Air dalam 3 hari terakhir.  



TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular