
Ditopang Derasnya Arus Modal, Rupiah Mantap di Puncak Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 November 2018 15:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih menguat dan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia. Derasnya arus modal yang masuk ke pasar keuangan domestik menyokong penguatan rupiah.
Pada Kamis (8/11/2018) pukul 15:00 WIB, US$ 1 di pasar spot dihargai Rp 14.500. Rupiah menguat 0,51% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Gerak rupiah hari ini agak aneh. Mengawali hari, rupiah melemah 0,14%. Kemudian pelemahan rupiah semakin dalam hingga mencapai 0,58%. Rupiah pun sempat merasakan status sebagai mata uang terlemah di Asia.
Namun jelang tengah hari semua berubah. Rupiah berbalik arah, pelemahannya semakin tipis dan bahkan mampu menyentuh zona hijau.
Selepas tengah hari, rupiah semakin beringas. Dari mata uang terlemah, rupiah meroket menjadi yang terbaik di Benua Kuning.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 14:53 WIB:
Arus modal yang mengalir ke pasar keuangan Indonesia menjadi obat kuat mujarab bagi rupiah. Pada pukul 14:55 WIB, nilai beli bersih investor asing di pasar saham mencapai Rp 916,93 miliar yang membantu Indeks Harga Saham (IHSG) menguat 0,71%.
Sementara di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) masih cenderung turun yang menandakan harga instrumen ini sedang naik. Berikut posisi yield obligasi pemerintah berbagai tenor pada pukul 14:57 WIB:
Kemarin, Bank Indonesia (BI) mengumumkan cadangan devisa Oktober 2018 sebesar US$ 115,16 miliar. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu US$ 114,85 miliar.
Artinya, tekanan terhadap rupiah sepertinya mulai berkurang sehingga BI tidak perlu lagi menggunakan cadangan devisa secara agresif. Rupiah yang mulai stabil memberi kepercayaan diri bagi investor untuk mengoleksi mata uang ini.
Kedua, kemungkinan investor sedang 'mengangkat' rupiah sebelum saat-saat menegangkan esok hari. Sebab besok ada rilis data yang kemungkinan bisa melemahkan rupiah yaitu Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2018. Kemungkinan NPI dan transaksi berjalan (current account) kuartal III-2018 masih akan membukukan defisit, bahkan bisa jadi lebih dalam ketimbang kuartal II-2018.
Jadi pasokan valas di perekonomian dalam negeri sebenarnya masih seret. Utamanya pasokan dari ekspor-impor barang dan jasa yang dicerminkan dari transaksi berjalan, nilainya terus-menerus minus. Ini tentu akan menjadi sentimen negatif buat rupiah.
Oleh karena itu, rupiah yang diangkat hari ini akan lebih menggiurkan bila dilepas besok. Sebab besok akan ada alasan yang kuat untuk 'membanting' rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Kamis (8/11/2018) pukul 15:00 WIB, US$ 1 di pasar spot dihargai Rp 14.500. Rupiah menguat 0,51% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Gerak rupiah hari ini agak aneh. Mengawali hari, rupiah melemah 0,14%. Kemudian pelemahan rupiah semakin dalam hingga mencapai 0,58%. Rupiah pun sempat merasakan status sebagai mata uang terlemah di Asia.
Namun jelang tengah hari semua berubah. Rupiah berbalik arah, pelemahannya semakin tipis dan bahkan mampu menyentuh zona hijau.
Selepas tengah hari, rupiah semakin beringas. Dari mata uang terlemah, rupiah meroket menjadi yang terbaik di Benua Kuning.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 14:53 WIB:
Arus modal yang mengalir ke pasar keuangan Indonesia menjadi obat kuat mujarab bagi rupiah. Pada pukul 14:55 WIB, nilai beli bersih investor asing di pasar saham mencapai Rp 916,93 miliar yang membantu Indeks Harga Saham (IHSG) menguat 0,71%.
Sementara di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) masih cenderung turun yang menandakan harga instrumen ini sedang naik. Berikut posisi yield obligasi pemerintah berbagai tenor pada pukul 14:57 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Ada sejumlah sentimen positif yang membuat pelaku pasar berkenan masuk ke pasar keuangan Indonesia. Pertama adalah rilis cadangan devisa. Kemarin, Bank Indonesia (BI) mengumumkan cadangan devisa Oktober 2018 sebesar US$ 115,16 miliar. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu US$ 114,85 miliar.
Artinya, tekanan terhadap rupiah sepertinya mulai berkurang sehingga BI tidak perlu lagi menggunakan cadangan devisa secara agresif. Rupiah yang mulai stabil memberi kepercayaan diri bagi investor untuk mengoleksi mata uang ini.
Kedua, kemungkinan investor sedang 'mengangkat' rupiah sebelum saat-saat menegangkan esok hari. Sebab besok ada rilis data yang kemungkinan bisa melemahkan rupiah yaitu Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2018. Kemungkinan NPI dan transaksi berjalan (current account) kuartal III-2018 masih akan membukukan defisit, bahkan bisa jadi lebih dalam ketimbang kuartal II-2018.
Jadi pasokan valas di perekonomian dalam negeri sebenarnya masih seret. Utamanya pasokan dari ekspor-impor barang dan jasa yang dicerminkan dari transaksi berjalan, nilainya terus-menerus minus. Ini tentu akan menjadi sentimen negatif buat rupiah.
Oleh karena itu, rupiah yang diangkat hari ini akan lebih menggiurkan bila dilepas besok. Sebab besok akan ada alasan yang kuat untuk 'membanting' rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular