Ditolong China, Rupiah Kembali Perkasa

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 November 2018 12:25
Ditolong China, Rupiah Kembali Perkasa
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berbalik arah menjadi menguat. Padahal sejak pembukaan pasar rupiah lebih banyak menghabiskan waktu di zona merah. 

Pada Kamis (8/11/2018) pukul 11:57 WIB, US$ 1 di pasar spot sama dengan Rp 14.570. Rupiah menguat tipis 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Saat pembukaan pasar, rupiah melemah 0,14%. Depresiasi rupiah semakin dalam, dan dolar AS kembali menyentuh level Rp 14.600. 


Namun perlahan pelemahan rupiah terus menipis. Dolar AS pun kembali bisa didorong ke kisaran Rp 14.500. 

Posisi terkuat rupiah hingga tengah hari ini ada di Rp 14.565/US$. Sedangkan terlemahnya adalah Rp 14.665/US$.  

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap rupiah sampai pukul 11:54 WIB: 



Di Asia, dolar AS mulai kehilangan pijakan. Sejumlah mata uang utama Benua Kuning mampu menipiskan pelemahannya, bahkan rupiah, dolar Singapura, dan peso Filipina sudah bisa menguat. 

Nasib rupiah pun membaik. Jika sempat menyandang status sebagai mata uang terlemah di Asia, kini rupiah jadi yang terbaik kedua. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 12:00 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Rupiah dan mata uang Asia terbantu oleh rilis data teranyar di China. Ekspor Negeri Tirai Bambu mengumumkan ekspor tumbuh 15,6% year-on-year (YoY) pada Oktober, lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 14,5%. Pencapaian Oktober juga jauh lebih baik ketimbang konsensus pasar yang memperkirakan pertumbuhan ekspor di angka 11%. 

Sementara impor tumbuh 21,4%, melonjak dibandingkan September yang naik 14,3%. Juga lebih baik ketimbang konsensus pasar yang meramal pertumbuhan sebesar 14%. 

Pelaku pasar menilai ternyata China tidak terlalu terluka akibat perang dagang dengan AS. Meski data-data ekonomi domestik melambat, seperti Purchasing Managers Index (PMI), tetapi kinerja eksternal China masih meyakinkan. 

China adalah perekonomian terbesar di Asia, sehingga hidup-mati China akan sangat mempengaruhi negara-negara Asia lainnya. Ketika kinerja ekonomi China impresif, maka ada harapan bisa mengangkat para tetangganya termasuk Indonesia.  

Bagi Indonesia, China adalah pasar ekspor nomor 1. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, ekspor Indonesia ke China mencapai US$ 18,52 miliar atau 15,14% dari total ekspor. Jika ekonomi China masih bergeliat, maka ekspor Indonesia pun ikut terangkat.

Namun rupiah cs di Asia perlu waspada karena dolar AS masih berada di jalur pendakian. Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama) masih naik 0,25%. 

Faktor pendukung penguatan dolar AS adalah jelang pengumuman hasil rapat komite pengambil kebijakan di The Federal Reserve/The Fed yaitu Federal Open Market Committee (FOMC). Mengutip CME Fedwatch, Jerome 'Jay' Powell dan sejawat diperkirakan masih menahan suku bunga acuan di 2-2,25%. Probabilitasnya mencapai 92,8%. 

Meski begitu, investor tetap menantikan hasil rapat ini karena ingin mencari petunjuk mengenai arah kebijakan moneter AS ke depan. Pelaku pasar ingin mencari petunjuk yang lebih jelas seputar kemungkinan kenaikan Federal Funds Rate pada Desember.

Berdasarkan CME Fedwatch, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dalam rapat tersebut adalah 75%. Naik dibandingkan sepekan lalu yaitu 72,4%. 

Apabila petunjuk itu ada, maka dolar AS akan punya modal kuat untuk terangkat. Sebab kenaikan suku bunga acuan akan ikut mendongkrak imbalan investasi, terutama untuk instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi. Ini akan membuat permintaan terhadap dolar AS akan meningkat dan nilainya menguat.  

Apakah sentimen positif dari China bisa menolong rupiah hari ini? Atau tarikan penguatan dolar AS masih lebih kuat? Kita tunggu saja.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular