Rupiah Kembali Rebut Mahkota Raja Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 November 2018 13:46
Gerak rupiah benar-benar anomali hari ini.
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Gerak rupiah benar-benar anomali hari ini. Dari melemah, bahkan terlemah di Asia, rupiah kini kembali menguat cukup tajam dan kembali meraih status sebagai yang terbaik di Benua Kuning. 

Pada Kamis (8/11/2018), US$ 1 pasar spot dihargai Rp 14.450 di perdagangan pasar spot pada pukul 13:40 WIB. Rupiah menguat cukup signifikan yaitu mencapai 0,86%. 

Membuka hari, rupiah melemah 0,14%. Rupiah kemudian terus melemah, depresiasinya sempat mencapai 0,58% dan jadi mata uang paling lemah di Asia.  


Namun jelang tengah hari, rupiah mulai berbalik arah. Hingga kemudian depresiasi rupiah habis, dan mata uang Tanah Air kembali ke zona hijau. 


Kini rupiah kembali perkasa, bahkan menjadi mata yang dengan penguatan paling tajam di Asia. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang Asia pada pukul 13:32 WIB: 



Rupiah pun kembali mempertahankan laju selama 2 hari perdagangan terakhir. Kemarin, rupiah ditutup menguat tajam 1,52% dan sehari sebelumnya berakhir dengan apresiasi 1,17%.

Rupiah menjadi raja Asia selama 2 hari beruntun. Apakah hari ini akan menjadi yang ketiga?

Sentimen Penopang Rupiah

Ada sentimen positif yang bisa menopang rupiah. Pertama adalah rilis cadangan devisa.

Kemarin, Bank Indonesia (BI) mengumumkan cadangan devisa Oktober 2018 sebesar US$ 115,16 miliar. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu US$ 114,85 miliar.

Artinya, tekanan terhadap rupiah sepertinya mulai berkurang sehingga BI tidak perlu lagi menggunakan cadangan devisa secara agresif. Rupiah yang mulai stabil memberi kepercayaan diri bagi investor untuk mengoleksi mata uang ini.  


Kedua adalah masih berlanjutnya koreksi harga minyak dunia. Pada pukul 13:42 WIB, harga minyak jenis brent melemah 0,01% dan light sweet juga turun 0,21%.

Koreksi harga minyak bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah, karena bisa mengurangi beban di neraca migas. Defisit neraca migas kerap kali menjadi biang kerok di neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account).



TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular