Rupiah Bergejolak, Bos Indofood Putar Otak tak Naikkan Harga

Linda Sari Hasibuan, CNBC Indonesia
08 November 2018 13:10
Masalah itu tidak segera direspons produsen makanan dan minuman dengan menaikan harga jual barang.
Foto: Ist/indofood.com
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tentu akan mendorong peningkatan biaya produksi. Ini juga berpengaruh pada barang-barang makanan dan minuman.

Kendati demikian, masalah itu tidak segera direspons produsen makanan dan minuman dengan menaikan harga jual barang. Sebab, biasanya mereka sudah memiliki persediaan atah stok bahan baku.

Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Franciscus Welirang menjelaskan pandangannya terkait gejolak rupiah. Hal itu disampaikan kepada CNBC Indonesia saat ditemui di acara konferensi pers Filantropi Indonesia Festival di Jakarta, Rabu (7/11/2018).

"Industri makanan dan minuman itu sulit diambil ukurannya dari lemahnya rupiah atau menguatnya dolar. Saya kira lebih ukurannya terhadap konsumen," kata Franky, sapaan akrab Franciscus.



Dia menuturkan, untuk bertahan, produsen industri makanan dan minuman akan berputar otak serta mempertahankan harga produk. Produsen juga akan mencari alternatif bahan baku dalam negeri.

Sejatinya, Franky pun tak melihat ada pengaruh yang berarti dari pengaruh pelemahan nilai rupiah terhadap daya beli. Dengan kata lain masyarakat tak terlalu merisaukan, sekalipun harga sedikit dinaikan beberapa persen.


"Jadi ini pengaruhnya ke seberapa banyak masyarakatnya dan seberapa banyak mereka bisa menyesuaikannya. Saya tidak melihat pengaruh dari prospek industri ini atas rupiah lemah," kata dia.


(miq/miq) Next Article Produsen Indomie Kantongi Pinjaman Rp 30 T, Buat Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular