Manis Luar-Dalam, Benarkah IHSG On Track?

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
08 November 2018 11:37
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melanjutkan tren menguat yang didukung oleh sentimen dari dalam dan luar negeri.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Atmosfer perdaganagn saham di bursa saham domestik tampaknya mulai bergairah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melanjutkan tren menguat yang didukung oleh sentimen dari dalam dan luar negeri.

Menjelang pukul 11.00 WIB, IHSG tercatat menguat 0,48% ke level 5.968,76, sedikit lagi menyentuh level psikologis 6.000. Aktivitas perdagangan berlangsung ramai, diman volume transaksasi mencapai 4,38 miliar saham senilai Rp 3,47 triliun.

Pemodal asing juga aktif melakukan akumulasi beli bersih (net buy) yang siang ini tercatat Rp 328,5 miliar.

Sebenarnya seperti apa persepsi pelaku pasar terhadap perdagangan saham di bursa domestik hari ini?

Samuel Sekuritas dalam risetnya hari ini menyampaikan, bahwa atmosfer positif di bursa saham domestik tidak lepas dari pengaruh penguatan bursas saham global. Terumtama Wall Street yang ditutup menguat setelah hasil pemilu sela di Amerika Serikat (AS) sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar.

Lalu Presiden AS Donald Trump juga mulai menyampaikan pernyataan yang menyejukkan, dimana ia bersedia bekerjasama dan bernegosiasi dengan partai Demokrat, untuk kepentingan dan menjaga kemajuan ekonomi AS.

Hal senada juga disampaikan dalam riset Trimgeh Sekuritas yang menyebutkan hasil pemilu sela di AS memberikan angin segar. Kemenangan kubu demokrat tampaknya membuat Presiden Trum melunak.

Untuk selanjutnya investor akan kembali fokus pada keputusan Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) terkait suku bunga acuan. Pelaku pasar global macih mencermati apakah The Fed akan melanjutkan kebijakan moneter yang ketat pada 2019.  

Selain itu, kabar dari neraca perdaganagn China tampaknya juga menggembirakan. Pada Oktober neraca perdaganagn China tercatat surplus US$ 34,1 miliar. Ekspor dalam mata uang dolar China tercatat meningkat 15,6% lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar 11%.

Sementara itu dari dalam negeri, Panin Sekuritas menyebutkan posisi cadangan devisa Indonesia yang meningkat menjadi US$ 115,2 miliar pada akhir Oktober 2018 dibandingkan US$ 114,8 miliar pada akhir September 2018 menjadi katalis bagi investor. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Peningkatan cadangan devisa pada Oktober 2018 terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa migas dan penarikan utang luar negeri (ULN) pemerintah yang lebih besar dari kebutuhan devisa untuk pembayaran ULN pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah.

Selain itu, riset Samuel Sekuritas juga menyebutkan, kinerja emiten pada sembilan bulan pertama 2018 juga dinilai memuaskan. Dimana pada saat yang sama investor berharap ada Santa Claus Effect jelang akhir tahun dan aksi selektif beli midterm memanfaatkan potential gain January Effect, kami lihat masih akan mewarnai fluktuasi pergerakan indeks.

Sementara itu, Panin Sekuritas jyga mencermati, ekspor minyak sawit nasional pada September 2018 mencapai 3,2 juta ton, atau turun 3% MoM dari  3,3 juta ton pada Agustus 2018. Hal ini disebabkan oleh penurunan permintaan dari India turun 5% secara bulanan, Cina (-25% MoM), Pakistan (-24% MoM), Amerika Serikat (-50% MoM), dan negara-negara Timur Tengah (-21% MoM).

Hal tersebut membuat ekspor minyak sawit nasional sampai 9M18 masih mengalami penurunan sebesar 1,03% secara tahunan menjadi 22,95 juta ton dari 23,19 juta ton di 9M17. Dari sisi produksi, produksi minyak sawit nasional pada September 2018 tercatat sebesar 4,41 juta ton, atau naik 8,5% secara bulanan dari 4,06 juta ton, sehingga produksi minyak sawit nasional dalam sembilan bulan 2018 tercatat 35,08 juta ton atau naik 17% dari periode yang sama 2017 yang tercatat 29,89 juta ton.

Sementara itu, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mulai berkurang. Pada Kamis (8/11/2018) pukul 11:00 WIB, US$1 ditransaksikan pada Rp 14.630 di pasar spot. Rupiah melemah 0,38% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.



(hps/roy) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular