
Ikuti Jejak Wall Street, Bursa Saham Asia Menghijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 November 2018 09:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia dibuka di zona hijau pada pagi hari ini: indeks Nikkei menguat 1,35%, indeks Shanghai menguat 0,71%, indeks Hang Seng menguat 1,31%, indeks Strait Times menguat 0,77%, dan indeks Kospi menguat 1,5%.
Hasil midterm elections di AS ikut direspon positif oleh pelaku pasar saham di Benua Kuning, sama seperti yang terjadi di AS sendiri; pada dini hari tadi, indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing ditutup menguat sebesar 2,13%, sementara Nasdaq melesat 2,64%.
Kini, posisi mayoritas di House of Representatives dipegang oleh Democratic setelah sebelumnya dipegang oleh Republican, sementara Republican mempertahankan posisi mayoritasnya di Senate.
Dengan House of Representatives dikuasai oleh Democratic, sebenarnya kebijakan-kebijakan pro pertumbuhan ekonomi seperti pemotongan tingkat pajak dan peningkatan anggaran belanja infrastruktur akan menjadi sulit untuk diloloskan. Jika diloloskan pun, pastinya sudah melalui 'penyaringan' dari Democratic yang membuatnya menjadi tak begitu ekspansif.
Namun di sisi lain, ada peluang, walaupun tak besar, bahwa Presiden AS Donald Trump akan mencabut bea masuk yang telah menyulut perang dagang dengan China. Hal ini bisa dilakukan Trump guna mengompensasi tidak digolkannya kebijakan-kebijakan pro pertumbuhan ekonomi di Kongres.
Kemudian secara historis, kala tahta kepresidenan ditempati oleh seorang Republican seperti saat ini, pasar saham biasanya memang menunjukkan performa yang baik ketika Kongres terpecah.
"Di bawah kepemimpinan presiden Republican, Kongres yang terpecah merupakan skenario yang terbaik, menghasilkan 12% rata-rata imbal hasil tahunan untuk indeks S&P 500," papar Ekonom Bank of America Merill Lynch Jospeh Song, seperti dikutip dari CNBC International.
Pada pukul 10:00 WIB, data ekspor-impor China periode Oktober 2018 akan diumumkan. Data ini akan sangat dipantau oleh pelaku pasar guna mengamati dampak dari perang dagang dengan AS yang memanas pada bulan September.
Pada bulan September, AS resmi mengenakan bea masuk 10% atas importasi produk asal China senilai US$ 200 miliar. Beijing pun membalas dengan mengenakan bea masuk baru atas importasi produk asal AS senilai US$ 60 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Hasil midterm elections di AS ikut direspon positif oleh pelaku pasar saham di Benua Kuning, sama seperti yang terjadi di AS sendiri; pada dini hari tadi, indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing ditutup menguat sebesar 2,13%, sementara Nasdaq melesat 2,64%.
Namun di sisi lain, ada peluang, walaupun tak besar, bahwa Presiden AS Donald Trump akan mencabut bea masuk yang telah menyulut perang dagang dengan China. Hal ini bisa dilakukan Trump guna mengompensasi tidak digolkannya kebijakan-kebijakan pro pertumbuhan ekonomi di Kongres.
Kemudian secara historis, kala tahta kepresidenan ditempati oleh seorang Republican seperti saat ini, pasar saham biasanya memang menunjukkan performa yang baik ketika Kongres terpecah.
"Di bawah kepemimpinan presiden Republican, Kongres yang terpecah merupakan skenario yang terbaik, menghasilkan 12% rata-rata imbal hasil tahunan untuk indeks S&P 500," papar Ekonom Bank of America Merill Lynch Jospeh Song, seperti dikutip dari CNBC International.
Pada pukul 10:00 WIB, data ekspor-impor China periode Oktober 2018 akan diumumkan. Data ini akan sangat dipantau oleh pelaku pasar guna mengamati dampak dari perang dagang dengan AS yang memanas pada bulan September.
Pada bulan September, AS resmi mengenakan bea masuk 10% atas importasi produk asal China senilai US$ 200 miliar. Beijing pun membalas dengan mengenakan bea masuk baru atas importasi produk asal AS senilai US$ 60 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular