Menguat Lagi, IHSG Dekati Level Psikologis 6.000

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 November 2018 09:39
IHSG dibuka menguat 0,55% ke level 5.972,33 pada perdagangan hari ini.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,55% ke level 5.972,33 pada perdagangan hari ini. IHSG melanjutkan tren positif pasca membukukan penguatan selama 7 hari berturut-turut.

IHSG berhasil mengekor bursa saham utama kawasan Asia yang sebelumnya telah terlebih dahulu dibuka di zona hijau: indeks Nikkei menguat 1,35%, indeks Shanghai menguat 0,71%, indeks Hang Seng menguat 1,31%, indeks Straits Times menguat 0,77%, dan indeks Kospi menguat 1,5%.

Hasil midterm elections di AS memberikan suntikan energi bagi bursa saham Benua Kuning. Kini, posisi mayoritas di House of Representatives dipegang oleh Democratic setelah sebelumnya dipegang oleh Republican, sementara Republican mempertahankan posisi mayoritasnya di Senate.

Dengan House of Representatives dikuasai oleh Democratic, sebenarnya kebijakan-kebijakan pro pertumbuhan ekonomi seperti pemotongan tingkat pajak dan peningkatan anggaran belanja infrastruktur akan menjadi sulit untuk diloloskan. Jika diloloskan pun, pastinya sudah melalui 'penyaringan' dari Democratic yang membuatnya menjadi tak begitu ekspansif.

Namun di sisi lain, ada peluang, walaupun tak besar, bahwa Presiden AS Donald Trump akan mencabut bea masuk yang telah menyulut perang dagang dengan China. Hal ini bisa dilakukan Trump guna mengompensasi tidak digolkannya kebijakan-kebijakan pro pertumbuhan ekonomi di Kongres.

Kemudian secara historis, kala tahta kepresidenan ditempati oleh seorang Republican seperti saat ini, pasar saham biasanya memang menunjukkan performa yang baik ketika Kongres terpecah.

"Di bawah kepemimpinan presiden Republican, Kongres yang terpecah merupakan skenario yang terbaik, menghasilkan 12% rata-rata imbal hasil tahunan untuk indeks S&P 500," papar Ekonom Bank of America Merill Lynch Jospeh Song, seperti dikutip dari CNBC International.

Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari rilis angka cadangan devisa oleh Bank Indonesia (BI). Kemarin sore (7/11/2018), BI mengumumkan cadangan devisa per akhir Oktober 2018 sebesar US$ 115,16 miliar, naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 114,85 miliar.

Naiknya cadangan devisa akan memberikan amunisi tambahan bagi bank sentral untuk menetralisir tekanan terhadap rupiah jika diperlukan nantinya.

Terlepas dari meningkatnya cadangan devisa, rupiah justru melemah sebesar 0,51% di pasar spot ke level Rp 14.650/dolar AS. Hal ini sejatinya wajar saja, mengingat rupiah sudah menguat signifikan sebesar 2,67% dalam 2 hari terakhir.

Namun, pelaku pasar harus waspada. Pasalnya, pelemahan rupiah bisa kian dalam jika pelaku pasar kelewat grogi menantikan rilis Neraca Pembayaran (NPI) periode kuartal-III 2018 esok hari (9/11/2018).

Pelaku pasar akan mencermati betul pos defisit transaksi berjalan guna mencari petunjuk terkait arah pergerakan rupiah di kuartal terakhir tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(ank/roy) Next Article Tersengat Dampak Corona, IHSG Ambles Lebih 4%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular