
Sri Mulyani dan Ungkapan Dosa Defisit Transaksi Berjalan
Herdaru Purnomo & Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
08 November 2018 10:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit transaksi berjalan (deficit current account/CAD) yang dialami sejumlah negara-negara berkembang, termasuk Indonesia bukanlah sebuah dosa.
Hal tersebut dikemukakan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ketika menjadi panelis dalam sebuah seminar di Singapura, seperti dikutip dari laman media sosialnya, Kamis (8/11/2018).
"Defisit transaksi berjalan bukanlah sebuah dosa, apalagi untuk negara berkembang seperti Indonesia," kata Sri Mulyani.
"Sepanjang defisit tersebut memang digunakan untuk impor barang yang produktif," kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
Ungkapan tersebut dikeluarkan Sri Mulyani sebelum rilis pengumuman CAD yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) esok.
Beberapa analis yang dihubungi CNBC Indonesia, menyampaikan proyeksi CAD berada pada rentang di atas 3% hingga 3,5% terhadap PDB. Angka ini melebar cukup dalam.
Defisit transaksi berjalan ini diproyeksi antara US$ 8 miliar sampai US$ 9,5 miliar. Bank Indonesia mempunyai perhitungan sendiri.
Berdasarkan hitungan bank sentral, CAD diproyeksikan melebar ke 3,34% dari PDB. Hal tersebut terungkap dalam sebuah bahan yang dibahas dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan.
Kembali ke Sri Mulyani, dalam beberapa tahun terakhir, Sri Mulyani mengakui Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan. Namun, hal tersebut sejatinya bisa dikompensasi oleh derasnya aliran modal ke Indonesia.
Meski demikian, pada tahun ini defisit tersebut tidak bisa terkompensasi karena larinya arus modal dari Indonesia sebagai dampak normalisasi ekonomi global, yakni kenaikan bunga acuan bank sentral AS.
"Sehingga, dampaknya terjadi pelemahan terhadap nilai tukar rupiah," kata Sri Mulyani.
Dengan kondisi pembiayaan keuangan yang semakin mahal dan pengetatan likuiditas, pemerintah menegaskan akan lebih berhati-hati dalam menentukan prioritas proyek pembangunan.
"Ini semua dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi dunia yang akan menuju pada kondisi normal yang baru," tegasnya.
(dru) Next Article Ekonom Maybank: Penurunan CAD Cermin Perlambatan EKonomi RI
Hal tersebut dikemukakan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ketika menjadi panelis dalam sebuah seminar di Singapura, seperti dikutip dari laman media sosialnya, Kamis (8/11/2018).
Defisit transaksi berjalan bukanlah sebuah dosaSri Mulyani |
Ungkapan tersebut dikeluarkan Sri Mulyani sebelum rilis pengumuman CAD yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) esok.
Beberapa analis yang dihubungi CNBC Indonesia, menyampaikan proyeksi CAD berada pada rentang di atas 3% hingga 3,5% terhadap PDB. Angka ini melebar cukup dalam.
Defisit transaksi berjalan ini diproyeksi antara US$ 8 miliar sampai US$ 9,5 miliar. Bank Indonesia mempunyai perhitungan sendiri.
Berdasarkan hitungan bank sentral, CAD diproyeksikan melebar ke 3,34% dari PDB. Hal tersebut terungkap dalam sebuah bahan yang dibahas dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan.
Kembali ke Sri Mulyani, dalam beberapa tahun terakhir, Sri Mulyani mengakui Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan. Namun, hal tersebut sejatinya bisa dikompensasi oleh derasnya aliran modal ke Indonesia.
Meski demikian, pada tahun ini defisit tersebut tidak bisa terkompensasi karena larinya arus modal dari Indonesia sebagai dampak normalisasi ekonomi global, yakni kenaikan bunga acuan bank sentral AS.
"Sehingga, dampaknya terjadi pelemahan terhadap nilai tukar rupiah," kata Sri Mulyani.
Dengan kondisi pembiayaan keuangan yang semakin mahal dan pengetatan likuiditas, pemerintah menegaskan akan lebih berhati-hati dalam menentukan prioritas proyek pembangunan.
"Ini semua dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi dunia yang akan menuju pada kondisi normal yang baru," tegasnya.
(dru) Next Article Ekonom Maybank: Penurunan CAD Cermin Perlambatan EKonomi RI
Most Popular