Pemilu Sela AS Bawa Manfaat & Mudarat Bagi RI

Alfado Agustio, CNBC Indonesia
07 November 2018 13:45
Apa Dampaknya bagi Pasar Keuangan Indonesia ?
Foto: Presiden AS Donald Trump REUTERS/Carlos Barria
Dari 100 kursi yang diperebutkan, Partai Republik masih mendominasi Senat. Data per pukul 13:39 WIB, Partai Republik menguasai 51 kursi (50%) dan Partai Demokrat sebanyak 42 kursi (42%).
 
Sementara di House of Representative (DPR), pertarungan masih berlangsung sengit. Dari 435 kursi yang diperebutkan, dan sudah terkonfirmasi 339, hasilnya masih menegangkan. Partai Republik merengkuh 188 kursi (43,2%) dan Partai Demokrat memenangkan 207 kursi (47,6%).


Perkembangan ini tentu membuat investor cenderung wait and see. Andai ini Demokrat memenangi pertarungan di DPR, maka dipastikan segala kebijakan ekonomi Trump tidak mudah diloloskan.
 
Sejauh ini ada tiga rancangan kebijakan yang sedang didorong Trump, yaitu reformasi pajak jilid 2, kebijakan perdagangan luar negeri dan pembangunan tembok pembatas di Meksiko untuk membatasi imigran gelap.
 
Dua kebijakan utama sangat berkait dengan arah pertumbuhan ekonomi AS ke depannya. Jika rancangan Trump mentok di legislatif, maka bisa dipastikan laju pertumbuhan ekonomi AS bisa terhambat.
 
Bahkan dampak lain yang mungkin terjadi adalah tingkat investasi di AS akan menurun. Dikutip dari CNBC International, beberapa investor akan berpikir ulang masuk ke pasar keuangan AS.
 
Mengapa ini mungkin terjadi? Ketika perlambatan ekonomi mulai terjadi, maka stance kebijakan moneter di Negeri Paman Sam bisa longgar. Hal tersebut menyebabkan tingkat imbal hasil di negara tersebut kurang menarik.

Alhasil, investor pun akan mencari pasar keuangan negara berkembang yang menawarkan imbal hasil tinggi, di antaranya Indonesia.
 
Seperti yang diketahui, Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan hingga 150 basis poin ke level 5,75%. Hal ini menjadikan suku bunga acuan jadi salah satu yang tertinggi di kawasan ASEAN.
 
 
Kenaikan suku bunga acuan mendorong tingkat yield/ imbal hasil instrumen investasi berpendapatan tetap seperti obligasi pemerintah naik. Per hari ini, tingkat yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun merupakan yang tertinggi di ASEAN.
 
 
Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pasar keuangan Indonesia, sehingga berpotensi merebut aliran modal global. Imbas dari kondisi ini tentu jadi kabar positif, utamanya bagi nilai tukar rupiah.

Sejak awal tahun, rupiah telah terdepresiasi hingga 8% lebih dan berada di atas Rp 14.000/US$. Per pukul 13:00 WIB hari ini, rupiah berada di level Rp 14.670/US$ atau menguat 0,88% dibandingkan perdagangan kemarin.
 
 
Sejak tiga hari terakhir, arah nilai tukar memang cenderung menguat. Bahkan rupiah yang tadinya berada di level Rp 15.000/US$, akhir bergerak ke level di bawah Rp 14.700/US$.
 
Dengan memanfaatkan situasi investor yang galau terhadap pemilu sela di AS, maka ini jadi kesempatan untuk menarik modal asing masuk dan mendorong penguatan rupiah terus berlangsung.


TIM RISET CNBC INDONESIA
 
 
 
(alf/prm)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular