
Rupiah Boleh Perkasa Hari Ini, Tapi Jangan Berpuas Diri
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 November 2018 13:37

Ketiga adalah dari dalam negeri, yaitu rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2018 pada 9 November. Kemungkinan NPI akan kembali defisit, seperti dua kuartal sebelumnya.
Tahun ini, NPI terus mengalami defisit. Artinya devisa yang keluar lebih banyak ketimbang yang masuk, sehingga rupiah tidak punya modal untuk menguat.
Pada kuartal I-2018, NPI membukukan defisit US$ 3,9 miliar dan pada kuartal berikutnya tekor lebih dalam yaitu US$ 4,3 miliar. Padahal sejak Maret 2016, NPI belum pernah lagi defisit.
NPI terdiri dari dua komponen besar yaitu transaksi berjalan (current account) serta transaksi modal dan finansial. Komponen yang pertama disebut menggambarkan aliran devisa dari ekspor-impor barang dan jasa, sementara yang belakangan adalah pasokan valas dari investasi di sektor riil maupun pasar keuangan atau portofolio.
Di sisi current account, Indonesia memang tidak pernah lagi mengalami surplus sejak kuartal IV-2011. Artinya, sektor perdagangan tidak pernah lagi memberikan sumbangan tetapi malah menyedot devisa. Pada kuartal III-2018, kemungkinan besar transaksi berjalan kembali defisit. Indikator paling mudah adalah dari sisi perdagangan.
Sepanjang kuartal III-2018, neraca perdagangan defisit US$ 2,72 miliar. Bahkan lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu US$ 1,37 miliar. Artinya, ada kemungkinan defisit transaksi berjalan kuartal III-2018 akan lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya. Padahal pada kuartal II-2018, defisit transaksi berjalan sudah yang paling dalam sejak 2014.
Kemudian di sisi transaksi modal dan finansial, hal yang patut dicermati adalah penanaman modal asing di sektor riil (Foreign Direct Investment/FDI). Pada kuartal III-2018, FDI terkontraksi alias minus 20,2% secara year-on-year (YoY). Lebih dalam ketimbang kontraksi pada kuartal II-2018 yaitu 12,9%.
Namun ada sedikit harapan dari pasar keuangan. Pada kuartal III-2018, investor asing membukukan jual bersih Rp 1,74 triliun. Masih ada outflow, tetapi jauh lebih sedikit ketimbang kuartal sebelumnya yang mencapai Rp 25,94 triliun.
Di pasar obligasi pemerintah, investor asing melakukan malah beli bersih Rp 23,39 triliun. Bandingkan dengan kuartal II-2018 di mana terjadi jual bersih Rp 31,18 triliun.
Artinya, ada kemungkinan transaksi modal dan finansial akan mampu sedikit menutupi lubang menganga yang disebabkan transaksi berjalan. Atau setidaknya transaksi modal dan finansial tidak menjadi beban tambahan, do no harm.
Akan tetapi, secara keseluruhan NPI kuartal III-2018 kemungkinan masih akan mengalami defisit. Bahkan mungkin lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya, karena defisit yang lebih parah di transaksi berjalan akan sulit diimbangi oleh perbaikan di transaksi modal dan finansial.
Oleh karena itu, rupiah kemungkinan masih akan diterpa cobaan dalam waktu dekat. Dolar AS masih punya amunisi untuk menguat sementara kala NPI defisit, maka rupiah memang tidak punya pijakan untuk menguat karena minimnya pasokan valas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Tahun ini, NPI terus mengalami defisit. Artinya devisa yang keluar lebih banyak ketimbang yang masuk, sehingga rupiah tidak punya modal untuk menguat.
Pada kuartal I-2018, NPI membukukan defisit US$ 3,9 miliar dan pada kuartal berikutnya tekor lebih dalam yaitu US$ 4,3 miliar. Padahal sejak Maret 2016, NPI belum pernah lagi defisit.
Di sisi current account, Indonesia memang tidak pernah lagi mengalami surplus sejak kuartal IV-2011. Artinya, sektor perdagangan tidak pernah lagi memberikan sumbangan tetapi malah menyedot devisa. Pada kuartal III-2018, kemungkinan besar transaksi berjalan kembali defisit. Indikator paling mudah adalah dari sisi perdagangan.
Sepanjang kuartal III-2018, neraca perdagangan defisit US$ 2,72 miliar. Bahkan lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu US$ 1,37 miliar. Artinya, ada kemungkinan defisit transaksi berjalan kuartal III-2018 akan lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya. Padahal pada kuartal II-2018, defisit transaksi berjalan sudah yang paling dalam sejak 2014.
Kemudian di sisi transaksi modal dan finansial, hal yang patut dicermati adalah penanaman modal asing di sektor riil (Foreign Direct Investment/FDI). Pada kuartal III-2018, FDI terkontraksi alias minus 20,2% secara year-on-year (YoY). Lebih dalam ketimbang kontraksi pada kuartal II-2018 yaitu 12,9%.
Namun ada sedikit harapan dari pasar keuangan. Pada kuartal III-2018, investor asing membukukan jual bersih Rp 1,74 triliun. Masih ada outflow, tetapi jauh lebih sedikit ketimbang kuartal sebelumnya yang mencapai Rp 25,94 triliun.
Di pasar obligasi pemerintah, investor asing melakukan malah beli bersih Rp 23,39 triliun. Bandingkan dengan kuartal II-2018 di mana terjadi jual bersih Rp 31,18 triliun.
Artinya, ada kemungkinan transaksi modal dan finansial akan mampu sedikit menutupi lubang menganga yang disebabkan transaksi berjalan. Atau setidaknya transaksi modal dan finansial tidak menjadi beban tambahan, do no harm.
Akan tetapi, secara keseluruhan NPI kuartal III-2018 kemungkinan masih akan mengalami defisit. Bahkan mungkin lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya, karena defisit yang lebih parah di transaksi berjalan akan sulit diimbangi oleh perbaikan di transaksi modal dan finansial.
Oleh karena itu, rupiah kemungkinan masih akan diterpa cobaan dalam waktu dekat. Dolar AS masih punya amunisi untuk menguat sementara kala NPI defisit, maka rupiah memang tidak punya pijakan untuk menguat karena minimnya pasokan valas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular