
Rupiah Boleh Perkasa Hari Ini, Tapi Jangan Berpuas Diri
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 November 2018 13:37

Pertama adalah rapat pengambil kebijakan The Federal Reserve/The Fed atau Federal Open Market Committee (FOMC) pada 8 November waktu AS. Pelaku pasar memang memperkirakan Jerome 'Jay' Powell dan kolega masih akan menahan suku bunga acuan di 2-2,25% dengan probabilitas mencapai 95,4% menurut CME Fedwatch.
Namun bisa saja The Fed memberikan kejutan dalam rapat ini. Apalagi data terbaru menunjukkan pasar tenaga kerja Negeri Paman Sam terus membaik.
Angka pengangguran AS pada Oktober 2018 memang masih bertahan di 3,7% tetapi penciptaan lapangan kerja mencapai 250.000. Jauh di atas konsensus pasar yang dihimpun Refinitiv yaitu 190.000, juga jauh melampaui angka bulan sebelumnya yaitu 118.000.
Kemudian upah per jam rata-rata meningkat sebesar 0,2% secara bulanan atau 3,1% secara tahunan. Peningkatan tahunan sebesar itu merupakan yang tercepat sejak tahun 2009.
Artinya, perekonomian Negeri Adidaya masih kuat sehingga membuat The Fed punya alasan untuk terus menerapkan kebijakan moneter ketat. Apabila The Fed menilai bahwa ekonomi terus tumbuh cepat dan ancaman inflasi semakin nyata, maka bukan tidak mungkin ada petunjuk baru berupa penambahan dosis kenaikan suku bunga.
Untuk tahun depan, pelaku pasar memperkirakan ada setidaknya tiga kali kenaikan Federal Funds Rate dan setidaknya sekali pada 2020. Namun bila ekonomi AS semakin kuat, inflasi semakin mengancam, maka bisa jadi The Fed akan memandang perlu pengetatan moneter ekstra untuk menjaga Negeri Adidaya dari risiko overheating.
Kalau sampai ada sinyal seperti itu, maka dolar AS akan mendapat doping untuk menguat. Sebab kenaikan suku bunga acuan akan membuat berinvestasi di AS semakin menarik, karena imbalan investasi juga akan ikut naik. Permintaan dolar AS pun akan meningkat dan nilainya menguat.
Kedua adalah kenaikan imbal hasil (yield) obligasi AS. Pada pukul 13:20 WIB, yield obligasi pemerintah AS seri acuan tenor 10 tahun adalah 3,2028%. Naik dibandingkan posisi kemarin yaitu 3,199%.
Kenaikan yield adalah sinyal bullish bagi dolar AS. Sebab yield di pasar sekunder akan menjadi acuan penentuan kupon di lelang selanjutnya, yaitu pada 6 dan 7 November waktu AS.
Investor yang berharap kupon akan naik bakal berburu dolar AS sebagai amunisi untuk membeli obligasi dalam lelang. Permintaan dolar AS lagi-lagi akan naik, dan mata uang ini pun siap menguat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Namun bisa saja The Fed memberikan kejutan dalam rapat ini. Apalagi data terbaru menunjukkan pasar tenaga kerja Negeri Paman Sam terus membaik.
Angka pengangguran AS pada Oktober 2018 memang masih bertahan di 3,7% tetapi penciptaan lapangan kerja mencapai 250.000. Jauh di atas konsensus pasar yang dihimpun Refinitiv yaitu 190.000, juga jauh melampaui angka bulan sebelumnya yaitu 118.000.
Artinya, perekonomian Negeri Adidaya masih kuat sehingga membuat The Fed punya alasan untuk terus menerapkan kebijakan moneter ketat. Apabila The Fed menilai bahwa ekonomi terus tumbuh cepat dan ancaman inflasi semakin nyata, maka bukan tidak mungkin ada petunjuk baru berupa penambahan dosis kenaikan suku bunga.
Untuk tahun depan, pelaku pasar memperkirakan ada setidaknya tiga kali kenaikan Federal Funds Rate dan setidaknya sekali pada 2020. Namun bila ekonomi AS semakin kuat, inflasi semakin mengancam, maka bisa jadi The Fed akan memandang perlu pengetatan moneter ekstra untuk menjaga Negeri Adidaya dari risiko overheating.
Kalau sampai ada sinyal seperti itu, maka dolar AS akan mendapat doping untuk menguat. Sebab kenaikan suku bunga acuan akan membuat berinvestasi di AS semakin menarik, karena imbalan investasi juga akan ikut naik. Permintaan dolar AS pun akan meningkat dan nilainya menguat.
Kedua adalah kenaikan imbal hasil (yield) obligasi AS. Pada pukul 13:20 WIB, yield obligasi pemerintah AS seri acuan tenor 10 tahun adalah 3,2028%. Naik dibandingkan posisi kemarin yaitu 3,199%.
Kenaikan yield adalah sinyal bullish bagi dolar AS. Sebab yield di pasar sekunder akan menjadi acuan penentuan kupon di lelang selanjutnya, yaitu pada 6 dan 7 November waktu AS.
Investor yang berharap kupon akan naik bakal berburu dolar AS sebagai amunisi untuk membeli obligasi dalam lelang. Permintaan dolar AS lagi-lagi akan naik, dan mata uang ini pun siap menguat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Next Page
Cermati Data Neraca Pembayaran
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular