
Rupiah Mulai Menguat, Bagaimana Stance Moneter BI?
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
06 November 2018 13:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus bergerak stabil. Bahkan, mata uang Garuda sudah berada di bawah level Rp 15.000/US$.
Pada Selasa (6/11/2018) pukul 12:00 WIB, US$1 ditransaksikan pada Rp 14.840 di pasar spot. Rupiah menguat 0,90% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Dalam menyikapi perkembangan nilai tukar sejak awal tahun, sikap (stance) yang ditempuh bank sentral adalah hawkish, tercermin dari langkah BI yang sudah mengerek bunga acuan hingga 150 bps.
Kenaikan bunga acuan diharapkan dapat memancing aliran modal masuk ke pasar keuangan domestik, untuk membantu nilai tukar rupiah terlepas dari tekanan.
Lantas, bagaimana stance bank sentral setelah ini?
"Stance kebijakan kami sangat data dependant," ungkap Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo saat ditemui di Pullman, Selasa (6/11/2018).
Dody mengatakan, bank sentral akan terus memantau dinamika perekonomian global, sebelum menentukan arah kebijakan. BI menegaskan tidak akan gegabah dalam mengeksekusi suatu kebijakan.
"Kami akan melihat faktor dan perkembangan yang terjadi. Kami melihat forward looking, proyeksi ke depan bagaimana indikator makro," katanya.
Selain itu, BI juga akan melihat arah kebijakan yang bakal ditempuh bank sentral negara lain. Bank sentral tetap ingin, Indonesia menjadi salah satu negara yang memberikan daya tarik tersendiri.
"Kami akan melihat bagaimana negara lain juga mengambil posisi," tutup Dody.
(dru) Next Article BI Punya Senjata Operasi Moneter Anyar!
Pada Selasa (6/11/2018) pukul 12:00 WIB, US$1 ditransaksikan pada Rp 14.840 di pasar spot. Rupiah menguat 0,90% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Dalam menyikapi perkembangan nilai tukar sejak awal tahun, sikap (stance) yang ditempuh bank sentral adalah hawkish, tercermin dari langkah BI yang sudah mengerek bunga acuan hingga 150 bps.
![]() |
Kenaikan bunga acuan diharapkan dapat memancing aliran modal masuk ke pasar keuangan domestik, untuk membantu nilai tukar rupiah terlepas dari tekanan.
Lantas, bagaimana stance bank sentral setelah ini?
"Stance kebijakan kami sangat data dependant," ungkap Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo saat ditemui di Pullman, Selasa (6/11/2018).
Dody mengatakan, bank sentral akan terus memantau dinamika perekonomian global, sebelum menentukan arah kebijakan. BI menegaskan tidak akan gegabah dalam mengeksekusi suatu kebijakan.
"Kami akan melihat faktor dan perkembangan yang terjadi. Kami melihat forward looking, proyeksi ke depan bagaimana indikator makro," katanya.
Selain itu, BI juga akan melihat arah kebijakan yang bakal ditempuh bank sentral negara lain. Bank sentral tetap ingin, Indonesia menjadi salah satu negara yang memberikan daya tarik tersendiri.
"Kami akan melihat bagaimana negara lain juga mengambil posisi," tutup Dody.
(dru) Next Article BI Punya Senjata Operasi Moneter Anyar!
Most Popular