
Jangan Senang Dulu, Kurs Rupiah Masih Terburuk di ASEAN
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
06 November 2018 14:01

Dari dalam negeri, setidaknya ada dua hal yang dapat menjadi amunisi rupiah. Pertama, pasar Domestik-Non Delivery Forward (DNDF).
Pada Kamis (1/11/2018) Bank Indonesia resmi memperkenalkan pasar DNDF dalam dua tenor yaitu 1 dan 3 bulan. Kehadiran DNDF berimbas positif bagi rupiah sebab aliran valas di dalam negeri terjaga. Situasi tersebut tidak lepas dari dukungan berbagai stakeholder terkait.
"Saya sampaikan terima kasih ke perbankan, pelaku keuangan dan korporasi yang aktif di pasar valas," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di kantornya, Jakarta, Jumat (2/11/2018).
Selain itu, aturan DNDF yang harus memberlakukan underlying dan memiliki tujuan yang jelas, mendorong aksi spekulasi berkurang. Hal tersebut mendorong ketersedian valas di pasar terjaga.
Selain DNDF, amunisi tambahan dari rilis pertumbuhan ekonomi kuartal III-2018. Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2018 sebesar 5,17% Year-on-Year (YoY).
Meskipun pencapaian ini lebih lambat dibandingkan kuartal II-2018 sebesar 5,27%, namun lebih tinggi dari konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia sebesar 5,14%. Di sisi lain, pencapaian ini lebih tinggi dari periode yang sama pada tahun 2017 sebesar 5,06% YoY.
Saat kondisi ekonomi global yang tidak menentu, keberhasilan pemerintah mempertahankan tren positif pertumbuhan ekonomi tentu diapresiasi pasar. Terlebih bank-bank sentral di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, mulai mengetatkan kebijakan moneternya guna merespon normalisasi kebijakan di Amerika Serikat (AS).
Bank Indonesia (BI) sendiri telah menaikkan suku bunga acuan hingga 150 basis poin (bps) pada tahun ini. Imbas dari kebijakan ini, tentu mengancam pertumbuhan beberapa variabel pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) diantaranya investasi dan konsumsi. Namun faktanya, kedua variabel tetap tumbuh baik.
Sektor investasi masih tumbuh 6,96%, bahkan lebih baik dibandingkan kuartal II-2018 yaitu 5,86%. Sementara konsumsi masih terjaga di atas 5%. Ketika dua variabel ini kontributor terbesar pembentuk PDB.
Maka, saat pertumbuhan keduannya masih terjaga, akan mendorong pertumbuhan ekonomi tetap positif. Kedua sentimen positif ini memperbesar peluang rupiah untuk memperbaiki posisinya di kawasan ASEAN.
TIM RISET CNBC INDONESIA
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages
Most Popular