
Pertumbuhan Ekonomi Membayangi, Reli Obligasi Masih Berlanjut
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
05 November 2018 11:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali melanjutkan reli penguatan harga hari ini, menggenapkan kenaikan harga untuk lima hari berturut-turut.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan paling menguat pagi ini adalah seri FR0075 yang bertenor 20 tahun, dengan penurunan yield 9 basis poin (bps) menjadi 8,71%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga menguat yaitu 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun, dengan penurunan yield 8 bps, 7 bps, dan 6 bps menjadi 8,14%, 8,31%, dan 8,61%.
Penguatan pasar obligasi sejalan dengan pasar saham yang bertolak belakang dengan memerahnya pasar saham regional.
Sentimen positif domestik masih dipengaruhi oleh meredanya perang dagang AS-China dan inflasi Eropa yang menandai pertumbuhan ekonomi.
Sumber: Refinitiv
Penguatan masih dapat terjadi di pasar SBN meskipun nanti siang akan diumumkan data pertumbuhan ekonomi yang diprediksi melambat.
Faktor lain adalah penguatan masih dapat terjadi menjelang lelang di mana biasanya pelaku pasar akan menekan harga demi menekan posisi tawar pemerintah sehingga dapat meraih yield yang tinggi dalam lelang besok.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 510 bps, menyempit dari posisi pekan lalu 522 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 3,2% karena data ketenagakerjaan yang baik sehingga mengalihkan dana investor global dari pasar obligasi ke pasar saham Negeri Paman Trump.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 864,98 triliun SBN, atau 36,91% dari total beredar Rp 2.343 triliun.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 66 miliar dibanding posisi Oktober Rp 864,32 triliun, tetapi persentasenya masih turun menjadi 86,91% karena nilai total SBN yang naik tipis dari posisi akhir Oktober Rp 2.340 triliun.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi seperti yang terjadi di pasar ekuitas.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik +0,01% menjadi 5.906 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah masih melemah -0,13% menjadi Rp 14.970 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan pasar saham domestik tidak sejalan dengan kondisi regional, di mana dibayangi sentimen negatif dari pertumbuhan industri China yang melambat, yaitu pada data indeks pembelian manajer (purchasing manager index/PMI).
Penguatan dolar AS tidak seiring dengan melemahnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang turun -0,05%% menjadi 96,494.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/roy) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Seri acuan lain juga menguat yaitu 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun, dengan penurunan yield 8 bps, 7 bps, dan 6 bps menjadi 8,14%, 8,31%, dan 8,61%.
Penguatan pasar obligasi sejalan dengan pasar saham yang bertolak belakang dengan memerahnya pasar saham regional.
Sentimen positif domestik masih dipengaruhi oleh meredanya perang dagang AS-China dan inflasi Eropa yang menandai pertumbuhan ekonomi.
Yield Obligasi Negara Acuan 5 Nov 2018 | ||||
Seri | Benchmark | Yield 2 Nov 2018 (%) | Yield 5 Nov 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 8.222 | 8.142 | -8.00 |
FR0064 | 10 tahun | 8.388 | 8.31 | -7.80 |
FR0065 | 15 tahun | 8.677 | 8.61 | -6.70 |
FR0075 | 20 tahun | 8.807 | 8.715 | -9.20 |
Avg movement | -7.93 |
Penguatan masih dapat terjadi di pasar SBN meskipun nanti siang akan diumumkan data pertumbuhan ekonomi yang diprediksi melambat.
Faktor lain adalah penguatan masih dapat terjadi menjelang lelang di mana biasanya pelaku pasar akan menekan harga demi menekan posisi tawar pemerintah sehingga dapat meraih yield yang tinggi dalam lelang besok.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 510 bps, menyempit dari posisi pekan lalu 522 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 3,2% karena data ketenagakerjaan yang baik sehingga mengalihkan dana investor global dari pasar obligasi ke pasar saham Negeri Paman Trump.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 864,98 triliun SBN, atau 36,91% dari total beredar Rp 2.343 triliun.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 66 miliar dibanding posisi Oktober Rp 864,32 triliun, tetapi persentasenya masih turun menjadi 86,91% karena nilai total SBN yang naik tipis dari posisi akhir Oktober Rp 2.340 triliun.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi seperti yang terjadi di pasar ekuitas.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik +0,01% menjadi 5.906 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah masih melemah -0,13% menjadi Rp 14.970 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan pasar saham domestik tidak sejalan dengan kondisi regional, di mana dibayangi sentimen negatif dari pertumbuhan industri China yang melambat, yaitu pada data indeks pembelian manajer (purchasing manager index/PMI).
Penguatan dolar AS tidak seiring dengan melemahnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang turun -0,05%% menjadi 96,494.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/roy) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Most Popular