Rupiah Kian Beringas, Dolar AS Digilas

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 November 2018 14:31
Investor Berburu Aset di Pasar Indonesia
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Faktor apa yang membuat rupiah begitu beringas? Melihat mata uang Asia yang juga menguat, sepertinya faktor eksternal lebih dominan. 

Dolar AS memang sedang tertekan. Dollar Index (yang mengukur posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,04% pada pukul 14:12 WIB.  

Pagi tadi, Dollar Index sempat berbalik menguat karena investor memborong dolar AS yang sudah terkoreksi lumayan dalam. Rupanya aksi borong itu sangat temporer, karena memang risk appetite pelaku pasar sedang membuncah. 


Perkembangan ekonomi dunia memang membahagiakan karena ada potensi damai dagang AS-China. Melalui cuitan di Twitter, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa dirinya sudah melakukan pembicaraan dengan Presiden China Xi Jinping melalui telepon, dan diskusi di antara kedua pemimpin tersebut berjalan dengan baik. 

"Baru saja melakukan pembicaraan yang baik dengan Presiden Xi Jinping. Kami membicarakan berbagai topik dengan fokus mengenai perdagangan. Diskusi berjalan baik dan rencananya ada pertemuan saat KTT G20 di Argentina. Kami juga melakukan diskusi yang baik membahas Korea Utara!" sebut Trump. 

Kemudian, perkembangan Brexit juga menelurkan hasil positif. Finansial Times mengabarkan bahwa Uni Eropa siap berkompromi dengan Inggris untuk tidak menerapkan batas kepabeanan di laut Irlandia. Soal wilayah kepabeanan di Irlandia ini yang kerap menjadi ganjalan dalam proses berceraian London-Brussel.

Ditambah penurunan tensi perang dagang AS-China, perkembangan positif Brexit akan semakin membuat investor berani mengambil risiko. Risk appetite kembali tinggi, dan aset-aset aman (safe haven) bukan lagi pilihan utama. Inilah mengapa yen ikut melemah, karena mata uang Negeri Matahari Terbit juga berstatus safe haven

Indonesia pun ikut menikmati derasnya aliran modal. Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah anjlok. Penurunan yield adalah pertanda harga sedang naik karena tingginya permintaan. Pada pukul 14:18 WIB, yield obligasi pemerintah tenor acuan 10 tahun turun drastis 11,5 basis poin ke 8,408%.  

Sementara di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 490,05 miliar yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,73%. Investor asing memburu saham-saham kelas paus seperti ASII (beli bersih Rp 152,11 miliar), BBCA (Rp 152,08 miliar), dan TLKM (Rp 83,77 miliar).  

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular