Hari Ini Rupiah Menguat 0,21%, Sejak Awal Tahun Anjlok 12,21%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 November 2018 10:42
Hari Ini Rupiah Menguat 0,21%, Sejak Awal Tahun Anjlok 12,21%
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan menguat pada hari ini. Dolar AS pun bisa diturunkan ke bawah level Rp 15.200. 

Pada Kamis (1/11/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 15.195. Rupiah menguat 0,21% dibandingkan posisi hari sebelumnya. 

Dolar AS di kurs acuan bertahan di level Rp 15.200 dalam 5 hari perdagangan terakhir. Hari ini, rupiah pun mencapai titik terkuatnya sejak 25 Oktober. 

Namun sejak awal tahun, rupiah melemah 12,21% di kurs acuan. Sementara dalam setahun terakhir, depresiasinya mencapai 11,79%. 

 

Sedangkan di pasar spot, rupiah juga masih menguat. Pada pukul 10:13 WIB, US$ diperdagangkan Rp 15.195 di mana rupiah masih menguat 0,03%. 

Namun perlu dicatat, apresiasi rupiah semakin terbatas. Saat pembukaan pasar, rupiah masih mampu menguat 0,13% dan sekarang tinggal tersisa 0,03%. 


Seperti rupiah, mata uang utama Asia pun mayoritas menguat terhadap dolar AS. Penguatan paling tajam dialami oleh won Korea Selatan, disusul baht Thailand dan dolar Singapura. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 10:15 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dolar AS kebetulan memang sedang terkoreksi. Pada pukul 10:17 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,27%. 

Berbagai sentimen positif membuat pelaku pasar berbunga-bunga. Dari AS, Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengungkapkan ada peluang Washington-Beijing akan berdamai dan mengakhiri friksi dagang yang memanas sejak awal tahun. Bahkan bisa saja bea masuk yang sudah diterapkan bakal dicabut. 

"Tidak ada yang ditulis di atas batu. Jika ada kesepakatan dengan China, maka bisa saja berbagai bea masuk akan dihapuskan," ungkapnya kepada wartawan di Gedung Putih, mengutip Reuters. 

Rencananya, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan berdialog di sela-sela KTT G20 di Buenos Aires (Argentina) akhir bulan ini. "Kami mungkin akan melakukan dialog yang sangat bagus dengan Presiden Xi," ujar Kudlow. 

Ketegangan perang dagang pun sedikit mereda, dan investor mulai keluar dari sarangnya. Pelaku pasar berani mengambil risiko dan masuk ke aset-aset di negara berkembang Asia, termasuk Indonesia. 

Aura positif juga datang dari Eropa. Inggris dan Uni Eropa dikabarkan mencapai kesepakatan sementara terkait nasib lembaga keuangan selepas Brexit. 

The Times melaporkan, Perdana Menteri Inggris Theresa May sudah sepakat dengan Uni Eropa bahwa lembaga keuangan Negeri Ratu Elizabeth tetap bisa mengakses pasar Eropa Kontinental meski nanti Inggris tidak lagi menjadi bagian Uni Eropa. Lembaga keuangan Inggris tetap bisa memberikan pelayanan hingga pertukaran data. 

Selain dari Inggris, kabar positif lainnya adalah rilis data inflasi Zona Euro periode Oktober yang sebesar 2,2% year-on-year (YoY). Lebih cepat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 2,1%. 

Inflasi Benua Biru yang mulai merangkak naik dengan stabil akan memantapkan sikap Bank Sentral Uni Eropa (ECB) untuk melakukan pengetatan moneter. Dimulai dengan mengakhiri pembelian surat-surat berharga pada Desember 2018, dan menaikkan suku bunga acuan pada musim panas (tengah tahun) 2019. 

Sentimen-sentimen positif ini membuat investor meninggalkan aset-aset aman (termasuk dolar AS) dan masuk ke instrumen berisiko. Rupiah dkk di Asia pun diuntungkan karena menerima aliran dana yang keluar dari Negeri Paman Sam.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular