Ini Proyeksi Fitch Soal Nasib Emiten Kertas

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
31 October 2018 17:34
Fitch Ratings mengatakan kebijakan China yang melarang impor sampah akan membuka peluang bagi perusahaan-perusahaan kertas Indonesia.
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings mengatakan, kebijakan China melarang impor sampah, termasuk produk kertas daur ulang, akan membuka peluang bagi perusahaan-perusahaan kertas Indonesia untuk meningkatkan ekspornya.

Larangan impor sampah yang berlaku sejak awal 2018 tersebut bertujuan memperbaiki standar kesehatan lingkungan di Negeri Tirai Bambu.


Akibatnya, harga bahan mentah untuk produsen kertas daur ulang di China melonjak dan menyebabkan perusahaan kertas kecil dan menengah di negara itu terpaksa menghentikan kegiatan usahanya. Hal ini membuat pasokan kertas dalam negeri berkurang, tulis Fitch dalam catatan risetnya yang diterima CNBc Indonesia, Rabu (31/10/2018).

Di lain pihak, ekspor produk kertas dan bubur kertas Indonesia melonjak 24% secara tahunan (yoy) menjadi US$3,1 miliar (Rp 47,1 triliun) selama periode Januari-Agustus, menurut data Bank Indonesia (BI) yang dikutip Fitch.

Angka itu merupakan kebalikan dari penurunan ekspor komoditas tersebut yang terjadi antara 2012 dan 2016.

"Fitch yakin banyak dari pertumbuhan ekspor itu didorong oleh pengiriman ke pasar China yang sedang kekurangan pasokan," tulis analis Fitch, Arisyi Raz.

"Secara segmen, Fitch memperkirakan eksportir kertas untuk kemasan akan paling mendapatkan keuntungan dari larangan impor sampah China karena tingginya pertumbuhan permintaan dari bisnis e-commerce dan pabrikan produk-produk konsumer," lanjutnya.

Situasi di mana banyak perusahaan China menghentikan kegiatannya karena kekurangan bahan baku memberi kesempatan bagi pemasok dari luar China untuk memenuhi permintaan itu, tulis Fitch.

Lembaga pemeringkat ini mengutip data ekspor produsen kertas kemasan PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW) dan PT Indah Kiat Pulp & Paper (INKP) yang melonjak masing-masing 964% dan 7% di periode yang sama. Penjualan ekspor berkontribusi sebesar 25% untuk FASW dan 60% untuk INKP.

Ekspor yang lebih tinggi ini akan membantu perusahaan meningkatkan keuntungannya karena harga ekspor sedikit lebih tinggi dibandingkan produk yang dijual di dalam negeri, menurut Fitch.


"Fitch memperkirakan ekspor yang kuat ke China akan tetap menguat dalam 18-24 bulan ke depan karena kami yakin pemerintah China berkomitmen kuat untuk meningkatkan standar lingkungannya," menurut catatan tersebut.

China mengimpor sekitar 50 juta metrik ton produk kertas dan bubu rkertas tiap tahun dan Fitch memperkirakan angka itu akan terus meningkat seiring dengan diterapkannya larangan tersebut.
(wed) Next Article Raksasa Semen Thailand Caplok Fajar Surya Wisesa Rp 9,6 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular