
Data Manufaktur China Diabaikan, Bursa Saham Asia Melesat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
31 October 2018 17:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia melesat pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei melonjak 2,16%, indeks Shanghai menguat 1,35%, indeks Hang Seng melejit 1,6%, indeks Strait Times terapresiasi 1,76%, dan indeks Kospi naik 0,74%.
Sentimen positif bagi bursa saham regional salah satunya datang dari melesatnya Wall Street pada dini hari tadi: Dow Jones ditutup melesat 1,77%, S&P 500 melesat 1,57%, dan Nasdaq menguat 1,58%.
Saham-saham semikonduktor menjadi motor penguatan Wall Street: Intel melesat 5,2%, Nvidia meroket 9,36%, dan KLA-Tencor melejit 7,6%.
Saham Nvidia melejit lantaran mendapat angin segar dari JPMorgan yang menaikkan rating perusahaan dari netral menjadi overweight. JPMorgan menganggap kejatuhan saham perusahaan sepanjang bulan ini telah terlampau dalam, seperti dikutip dari Barron's.
Target harga baru yang dipatok analis JPMorgan Harlan Sur di level US$ 255/saham mengimplikasikan upside sebesar 37% dari posisi penutupan saham Nvidia pada hari Senin (29/10/2018).
Sentimen positif juga datang dari bergeliatnya pasar tenaga kerja di Jepang. Kemarin pagi (30/10/2018), tingkat pengangguran per akhir September diumumkan sebesar 2,3%, di bawah konsensus yang sebesar 2,4%.
Terakhir, rencana suntikan dana di bursa saham Korea Selatan masih terus direspon positif oleh pelaku pasar. Pada hari Senin, otoritas dan institusi keuangan disana mengumumkan bahwa mereka akan bekerja sama untuk membangkitkan pasar saham Korea Selatan yang terus saja melemah dengan membentuk pendanaan senilai KRW 500 miliar (US$ 439,1 juta) dan menyuntikannya ke pasar saham pada awal November.
Kim Yong-beom, Wakil Ketua dari Financial Services Commission mengatakan bahwa dana senilai KRW 300 miliar akan disuntikkan untuk saham-saham anggota indeks Kosdaq, sementara dana lainnya dengan nilai setidaknya KRW 200 miliar akan digunakan untuk berinvestasi di saham-saham anggota Kosdaq dan Kospi, seperti dikutip dari Pulse.
Kuatnya dorongan beli dari berbagai sentimen positif tersebut membuat lemahnya aktivitas manufaktur di China terabaikan pada perdagangan hari ini. Pada pagi hari, Manufacturing PMI periode Oktober diumumkan di level 50,2, lebih rendah dari konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 50,6, seperti dikutip dari CNBC International.
Sebagai informasi, pada bulan September Manufacturing PMI China tercatat sebesar 50,8, juga lebih rendah dari ekspektasi yang sebesar 51,2.
Perang dagang dengan AS nampak sangat membebani aktivitas manufaktur di China. Pada 24 September silam, AS resmi memberlakukan bea masuk baru bagi importasi produk China senilai US$ 200 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi importasi produk asal AS senilai US$ 60 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Sentimen positif bagi bursa saham regional salah satunya datang dari melesatnya Wall Street pada dini hari tadi: Dow Jones ditutup melesat 1,77%, S&P 500 melesat 1,57%, dan Nasdaq menguat 1,58%.
Target harga baru yang dipatok analis JPMorgan Harlan Sur di level US$ 255/saham mengimplikasikan upside sebesar 37% dari posisi penutupan saham Nvidia pada hari Senin (29/10/2018).
Sentimen positif juga datang dari bergeliatnya pasar tenaga kerja di Jepang. Kemarin pagi (30/10/2018), tingkat pengangguran per akhir September diumumkan sebesar 2,3%, di bawah konsensus yang sebesar 2,4%.
Terakhir, rencana suntikan dana di bursa saham Korea Selatan masih terus direspon positif oleh pelaku pasar. Pada hari Senin, otoritas dan institusi keuangan disana mengumumkan bahwa mereka akan bekerja sama untuk membangkitkan pasar saham Korea Selatan yang terus saja melemah dengan membentuk pendanaan senilai KRW 500 miliar (US$ 439,1 juta) dan menyuntikannya ke pasar saham pada awal November.
Kim Yong-beom, Wakil Ketua dari Financial Services Commission mengatakan bahwa dana senilai KRW 300 miliar akan disuntikkan untuk saham-saham anggota indeks Kosdaq, sementara dana lainnya dengan nilai setidaknya KRW 200 miliar akan digunakan untuk berinvestasi di saham-saham anggota Kosdaq dan Kospi, seperti dikutip dari Pulse.
Kuatnya dorongan beli dari berbagai sentimen positif tersebut membuat lemahnya aktivitas manufaktur di China terabaikan pada perdagangan hari ini. Pada pagi hari, Manufacturing PMI periode Oktober diumumkan di level 50,2, lebih rendah dari konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 50,6, seperti dikutip dari CNBC International.
Sebagai informasi, pada bulan September Manufacturing PMI China tercatat sebesar 50,8, juga lebih rendah dari ekspektasi yang sebesar 51,2.
Perang dagang dengan AS nampak sangat membebani aktivitas manufaktur di China. Pada 24 September silam, AS resmi memberlakukan bea masuk baru bagi importasi produk China senilai US$ 200 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi importasi produk asal AS senilai US$ 60 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular