
Sritex Targetkan Laba Bersih Tahun Ini Tembus US$84 Juta
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
31 October 2018 16:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten tekstil asal Solo yaitu PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) menargetkan pertumbuhan laba setahun 2018 dapat mencapai US$ 84 juta (setara Rp 1,23 triliun).
Iwan Setiawan Lukminto, Direktur Utama Sri Rejeki Isman, mengatakan pertumbuhan kinerja laba bersih perseroan diharapkan mencapai 23% pada akhir tahun ini, dengan target pendapatan sebesar US$1 miliar (setara Rp 15,2 triliun). .
"Untuk tahun ini diharapkan pertumbuhannya masih positif," ujar Iwan di kantor CNBC Indonesia pekan ini (30/10/18). Sepanjang 2017, laba bersih emiten yang biasa disebut Sritex tersebut dicatatkan US$ 68,03 juta .
Perseroan telah mempublikasikan laporan keuangan per September dengan laba bersih US$70,49 juta, meningkat 49,24% dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun lalu senilai US$47,23 juta.
Kinerja laba bersih kuartal III-2018 perseroan sendiri dibukukan US$14,16 juta, turun 5,42% (secara kuartalan) dari US$14,97 juta pada kuartal II-2018 dan naik tipis 3,84% (secara tahunan) dari US$13,64 juta pada kuartal III-2017.
Iwan mengatakan bahwa salah satu pendorong kinerja perseroan adalah penjualan benang yang mulai masuk dan dikonsolidasikan ke dalam kinerja pendapatan perseroan, yang mencapai US$763,94 juta dalam laporan keuangan akhir September 2018.
Pada awal tahun ini, SRIL mengakuisisi dua perusahaan yakni PT Primayudha Mandirijaya dan PT Bitratex Industries, produsen benang yang target penjualannya sebesar 70% ditujukan untuk pasar ekspor.
Perseroan pernah menyatakan bila kinerja kedua perusahaan tersebut sudah dikonsolidasikan kepada kinerja SRIL maka komposisi penjualan benang dapat meningkat menjadi 50%-53% tahun ini dari tahun lalu 37%-39%.
Realisasinya, segmen benang sudah meningkat menjadi 44,92% dari tahun lalu 38,13% dari kinerja gabungan ekspor dan domestik.
Iwan mengatakan memang segmen benang masih menjadi pendorong kinerja perseroan. "Benang dengan porsi yang besar dan karena adanya tambahan produksi dan penjualan dari dua perusahaan yang baru kami akuisisi mampu meningkatkan kinerja kami secara signifikan hingga akhir tahun," tambahnya.
Selain benang, segmen bisnis SRIL lain adalah penjualan kain jadi, pakaian jadi, dan kain mentah. Per akhir September, segmen benang berporsi 44,92% dari total penjualan, sedangkan kain jadi 24,2%, pakaian 23,69%, dan kain mentah 7,19%.
Pangsa Ekspor
Dalam laporan keuangan periode yang sama, segmen ekspor perseroan masih berporsi 53,13%, turun dari porsi periode yang sama tahun lalu 53,34%.
Dari porsi ekspor tersebut, Iwan mengatakan ekspor ke Asia masih merupakan yang terbesar di antara benua tujuan lain.
Laporan keuangan perusahaan terakhir menunjukkan ekspor ke negara Asia masih menempati porsi tertinggi yaitu 76,41% senilai US$309,26 juta dari total ekspor US$404,73 juta.
Sisanya terdiri dari ekspor Eropa 12,48%, Amerika 6,16%, dan Arab-Afrika 4,95%. Saat ini Iwan menyatakan optimistis kondisi makroekonomi domestik akan segera membaik dan dapat mendorong industri tekstil secara lebih masif dibandingkan dengan perbaikan makroekonomi sendiri.
"Karena industri tekstil ini sensitif [terhadap] kondisi ekonomi, begitu ekonomi tumbuh sedikit saja maka tekstil dapat tumbuh lebih besar lagi daripada sektor lain dan dari ekonominya sendiri."
Saat ini perseroan mulai mengembangkan industri kreatif dan memanfaatkan teknologi informasi dan pembuatan jaringan pemasaran di kalangan kaum muda dengan mendirikan start-up bernama Yarn&Co.
Hari ini harga saham emiten yang memiliki aset US$1,32 miliar tersebut stagnan di level Rp 364 dan membentuk kapitalisasi pasar sebesar Rp 7,4 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/dru) Next Article Pendapatan SRIL Naik 12,29% Di Semester-I 2019
Iwan Setiawan Lukminto, Direktur Utama Sri Rejeki Isman, mengatakan pertumbuhan kinerja laba bersih perseroan diharapkan mencapai 23% pada akhir tahun ini, dengan target pendapatan sebesar US$1 miliar (setara Rp 15,2 triliun). .
"Untuk tahun ini diharapkan pertumbuhannya masih positif," ujar Iwan di kantor CNBC Indonesia pekan ini (30/10/18). Sepanjang 2017, laba bersih emiten yang biasa disebut Sritex tersebut dicatatkan US$ 68,03 juta .
Kinerja laba bersih kuartal III-2018 perseroan sendiri dibukukan US$14,16 juta, turun 5,42% (secara kuartalan) dari US$14,97 juta pada kuartal II-2018 dan naik tipis 3,84% (secara tahunan) dari US$13,64 juta pada kuartal III-2017.
Iwan mengatakan bahwa salah satu pendorong kinerja perseroan adalah penjualan benang yang mulai masuk dan dikonsolidasikan ke dalam kinerja pendapatan perseroan, yang mencapai US$763,94 juta dalam laporan keuangan akhir September 2018.
Pada awal tahun ini, SRIL mengakuisisi dua perusahaan yakni PT Primayudha Mandirijaya dan PT Bitratex Industries, produsen benang yang target penjualannya sebesar 70% ditujukan untuk pasar ekspor.
Perseroan pernah menyatakan bila kinerja kedua perusahaan tersebut sudah dikonsolidasikan kepada kinerja SRIL maka komposisi penjualan benang dapat meningkat menjadi 50%-53% tahun ini dari tahun lalu 37%-39%.
Realisasinya, segmen benang sudah meningkat menjadi 44,92% dari tahun lalu 38,13% dari kinerja gabungan ekspor dan domestik.
Iwan mengatakan memang segmen benang masih menjadi pendorong kinerja perseroan. "Benang dengan porsi yang besar dan karena adanya tambahan produksi dan penjualan dari dua perusahaan yang baru kami akuisisi mampu meningkatkan kinerja kami secara signifikan hingga akhir tahun," tambahnya.
Selain benang, segmen bisnis SRIL lain adalah penjualan kain jadi, pakaian jadi, dan kain mentah. Per akhir September, segmen benang berporsi 44,92% dari total penjualan, sedangkan kain jadi 24,2%, pakaian 23,69%, dan kain mentah 7,19%.
Pangsa Ekspor
Dalam laporan keuangan periode yang sama, segmen ekspor perseroan masih berporsi 53,13%, turun dari porsi periode yang sama tahun lalu 53,34%.
Dari porsi ekspor tersebut, Iwan mengatakan ekspor ke Asia masih merupakan yang terbesar di antara benua tujuan lain.
Laporan keuangan perusahaan terakhir menunjukkan ekspor ke negara Asia masih menempati porsi tertinggi yaitu 76,41% senilai US$309,26 juta dari total ekspor US$404,73 juta.
Sisanya terdiri dari ekspor Eropa 12,48%, Amerika 6,16%, dan Arab-Afrika 4,95%. Saat ini Iwan menyatakan optimistis kondisi makroekonomi domestik akan segera membaik dan dapat mendorong industri tekstil secara lebih masif dibandingkan dengan perbaikan makroekonomi sendiri.
"Karena industri tekstil ini sensitif [terhadap] kondisi ekonomi, begitu ekonomi tumbuh sedikit saja maka tekstil dapat tumbuh lebih besar lagi daripada sektor lain dan dari ekonominya sendiri."
Saat ini perseroan mulai mengembangkan industri kreatif dan memanfaatkan teknologi informasi dan pembuatan jaringan pemasaran di kalangan kaum muda dengan mendirikan start-up bernama Yarn&Co.
Hari ini harga saham emiten yang memiliki aset US$1,32 miliar tersebut stagnan di level Rp 364 dan membentuk kapitalisasi pasar sebesar Rp 7,4 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/dru) Next Article Pendapatan SRIL Naik 12,29% Di Semester-I 2019
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular